Sukses

Metamorfosis Vidio, Platform OTT Lokal Terbaik Karya Anak Bangsa

Vidio terus berupaya hadir sebagai platform OTT lokal terbaik dengan menawarkan beragam konten menarik dan layanan yang mumpuni.

Liputan6.com, Bali - Vidio berhasil menjaga layanan terbaik sebagai platform over-the-top (OTT) dengan masuk ke dalam daftar aplikasi Top Grossing untuk kategori Entertainment di Google Play Store. Selain itu, berdasarkan data Media Partners Asia (MPA) Q2 2022, Vidio juga menjadi layanan OTT nomor 1 di Indonesia untuk kategori pengguna aktif bulanan dan total waktu streaming. Tidak hanya itu, pertumbuhan pelanggan baru juga memimpin di kalangan OTT di Asia Tenggara.

Berdasarkan data terkini, Vidio berhasil merengkuh 35 persen pangsa pasar pelanggan baru di Asia Tenggara. Jumlah ini bahkan mengalahkan platform global, seperti Netflix dan Disney Plus.

 

Vidio pun terus berupaya memposisikan diri sebagai platform OTT lokal yang menawarkan konten lokal terbaik dan sepenuhnya dikembangkan para engineer dalam negeri. Hal itu diungkapkan Managing Director Emtek Group Sutanto Hartono saat menjadi pembicara dalam Asia Pacific Media Forum (APMF) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Jumat (21/10/2022).

"Sejak memulainya pertama kali, kami (Vidio) memikirkan konten lokal sejak awal," katanya. Keputusan ini bukannya tanpa alasan, karena konten lokal merupakan pondasi penting dalam pengembangan platform, sekaligus menjadi kegemaran para penikmat hiburan di Indonesia.

Hal itu dapat terlihat dari daftar 100 siaran TV teratas pada September 2022 yang menunjukkan 90 persennya merupakan konten lokal. Sutanto menuturkan, konten lokal yang menjadi favorit pun terbilang beragam, mulai dari olahraga seperti sepakbola hingga konten hiburan.

Berawal dari situ, Vidio berusaha menyuguhkan deretan konten lokal terbaik. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, layanan streaming video ini menyajikan beragam konten orisinal untuk para pelanggannya.

Kehadiran konten orisinal lokal besutan Vidio ini juga tidak lepas dari data yang menunjukkan pelanggan Indonesia ternyata cukup sering menikmati konten dalam negeri. Berdasarkan data, konsumsi konsumen Indonesia terhadap konten lokal mencapai 35 persen di berbagai platform OTT.

Jumlah itu pun diprediksi akan terus bertambah seiring dengan ketersediaan konten lokal Indonesia yang lebih banyak. Karenanya, menurut Sutanto, Vidio berupaya untuk terus menambah daftar konten orisinal yang ada di platformnya.

Komitmen itu ditujukkan dengan dirilisnya 37 judul konten orisinal pada 2022 ini. Selain jumlah yang terus bertambah, kualitas konten yang dihadirkan pun terus ditingkatkan.

"Kami yakin ini bisa menjadi upaya Vidio untuk dapat memberikan konten-konten terbaik bagi semua orang, dan berhasil membawanya ke tingkat selanjutnya," tutur Sutanto.

Yang menarik, konten orisinal besutan Vidio pun ternyata mendapat sambutan positif dari publik. Berdasarkan riset Media Partners Asia (MPA), empat konten Vidio Originals berhasil masuk dalam daftar 10 konten lokal teratas di Asia Tenggara.

Deretan konten eksklusif pun terus ditambahkan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, termasuk untuk konten olahraga. Seperti diketahui, Vidio dipastikan akan menayangkan gelaran Piala Dunia 2022 yang diadakan di Qatar.

Selain Piala Dunia untuk timnas senior, Vidio juga akan menyiarkan pertandingan Piala Dunia U-20 yang digelar pada 2023. Event ini kian spesial karena Indonesia menjadi tuan rumahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hadirkan Layanan Terbaik

Tidak hanya dari sisi konten, Vidio juga berupaya menghadirkan pengalaman menonton yang terbaik. Untuk itu, infrastruktur Vidio dipastikan bisa memenuhi kebutuhan para pelanggan, termasuk ketika diakses jutaan orang sekaligus.

Menurut Sutanto, hal ini biasanya terjadi ketika Vidio menayangkan pertandingan olahraga. Sebagai contoh, saat pertandingan Indonesia melawan Thailand pada awal 2022 ketika gelaran Piala AFF.

Ketika itu, jumlah penonton yang menyaksikan pertandingan tersebut mencapai jutaan. Namun, Vidio berhasil menjamin layanan tetap berjalan dengan lancar, sehingga pengalaman menonton para pelanggan tetap terjaga.

"Jadi, bagaimana kami bisa mempertahankan hal tersebut? Hal ini dimungkinkan karena kami membangun platform kelas dunia dan seluruhnya dibangun di Indonesia," Sutanto menjelaskan.

Saat ini, Vidio telah memiliki lebih dari 200 engineer asal Indonesia dengan kualifikasi terbaik. Tidak hanya itu, Vidio juga menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan teknologi global, seperti Google Cloud Platform.

 

3 dari 4 halaman

Vidio Kalahkan Netflix dan Disney+ di Indonesia, Jadi Raja di Negeri Sendiri

Sebelumnya, menurut riset Media Partners Asia (MPA), Vidio yang merupakan layanan video streaming milik PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek), menjadi layanan paling populer dalam hal konsumsi video premium di Indonesia.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/10/2022), Vidio bahkan disebut mengalahkan kedigdayaan Netflix dan Disney+ di pasar domestik.

Meskipun Disney+ memiliki lebih banyak pelanggan, sebagian besar berasal dari kemitraan dengan Telkomsel, masyarakat Indonesia lebih menyukai Vidio yang kini memiliki 3,5 juta pelanggan.

Vidio adalah kisah sukses layanan digital lokal yang langka, dan menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan media lokal lainnya di seluruh dunia.

Raksasa Barat mendominasi pasar video online di hampir setiap wilayah utama di luar China. Netflix melesat ke posisi terdepan di Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Australia, dan sebagian besar Eropa Barat.

Lalu, Amazon adalah salah satu pemain terbesar di Jepang dan wilayah Eropa tertentu. Adapun Disney+ adalah pemimpin pasar di India.

Para pemain lokal sebagian besar masih gagal menjadi pesaing alternatif dari luar negeri. Akan tetapi, masih ada peluang pasar ketika pemain luar tidak menanamkan banyak uang.

Netflix dan rekan-rekannya belum melakukan investasi besar di Indonesia. Meskipun populasinya besar, Indonesia belum memiliki industri film lokal yang signifikan dan penduduknya relatif masih miskin. (PDB per kapita berada di antara Thailand dan India)

“Sebagian besar pesaing yang Anda sebutkan, setidaknya yang dari barat, sebenarnya tidak menginvestasikan banyak uang di produksi konten lokal Indonesia,” kata Managing Director Emtek dan CEO Vidio sekaligus PT Surya Citra Media (SCM), Sutanto Hartono.

Namun, bukan berarti tidak ada peluang besar. Kue pasar video premium pun terbilang menjanjikan di Asia Tenggara.

 

4 dari 4 halaman

Penggunaan Layanan Video-On-Demand Melonjak

Menurut laporan MPA, layanan video premium hanya mengambil pasar 7 persen dari waktu yang dihabiskan pengguna Asia Tenggara di layanan streaming pada Q2 2022. Penggunaan layanan video-on-demand berlangganan pun melonjak, dan telah melampaui TV berbayar di pasar Asia Tenggara.

Jika ada layanan atau platform yang dapat menarik hanya 10 persen dari populasi di Indonesia, mereka akan memiliki sekitar 30 juta pelanggan.

Vidio saat ini mendanai hampir 40 series lokal dalam setahun, lebih banyak dari yang dibuat para pemain luar jika digabungkan. Perusahaan juga memiliki hak siar dari Liga Inggris dan NBA. Penonton NBA memang kecil, tapi mereka cukup kaya dan loyal.

Vidio juga menawarkan layanan dengan harga yang lebih tinggi dari pada pesaingnya. Ada layanan gratis dan tiga jenis layanan berbayar berbeda, dikelompokkan berdasarkan perangkat dan pemrograman apa yang dapat pengguna nikmati.

Penggemar olahraga harus membayar lebih dari orang yang tidak menginginkan olahraga dan penggemar olahraga juga harus membayar lebih untuk menonton di perangkat selain ponsel.

Netflix lebih ketat soal harga ketimbang para pemain lainnya. Itulah alasan besar mengapa Vidio menghasilkan lebih banyak pendapatan di Indonesia daripada pesaingnya, meskipun memiliki basis pengguna yang lebih kecil.

Netflix atau Disney+ diprediksi dapat menyalip Vidio jika mereka mau berinvestasi lebih banyak di Indonesia.

Tapi untuk membuat layanan yang sesuai dengan penonton Indonesia akan butuh waktu dan biaya besar dibandingkan keuntungan yang akan diperoleh.

Sebagian besar perusahaan Barat memutuskan tidak akan melakukan investasi besar-besaran dan berharap layanan mereka di belahan dunia lain bisa membantu meningkatkan jumlah pelanggan.

Strategi tersebut dinilai tidak akan bisa berhasil di Indonesia, atau sejumlah pasar lain di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika. Di situlah letak peluang bagi pemain lokal dengan sumber daya mumpuni berpeluang untuk mendapatkan keuntungan lebih besar. 

(Dam/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.