Sukses

Jack Ma Kunjungi Universitas di Belanda Usai Hilang dari Sorotan Publik

Menurut pihak universitas Belanda, Jack Ma ingin mencurahkan waktu dan upayanya untuk pertanian dan keberlanjutan pangan

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sempat menghilang dari sorotan publik selama beberapa saat, pendiri Alibaba Group Holding, Jack Ma, terlihat mengunjungi sebuah universitas di Belanda untuk belajar tentang peningkatan produksi pangan berkelanjutan.

Diketahui, pria 57 tahun ini melakukan perjalanan pada 2 Juli 2022 lalu ke Wageningen Universty & Research (WUR) yang terkenal dengan studi pertaniannya.

"Tujuan kunjungan Ma ke Wageningen adalah untuk mendapatkan wawasan tentang kemungkinan peternakan dan perikanan yang berkelanjutan," tulis laman resmi universitas, dikutip Selasa (12/7/2022).

Menurut pihak universitas Belanda itu, Ma ingin mencurahkan waktu dan upayanya untuk pertanian dan keberlanjutan pangan, termasuk di gurun Gobi.

Setelah pengenalan secara umum tentang WUR, para peneliti membagikan pengetahuan mereka tentang masa depan peternakan, akuakultur, dan perikanan yang berkelanjutan.

Delegasi tersebut juga berkunjung ke rumah kaca berteknologi tinggi dan Netherlands Plant Eco-phenotyping Centre (NPEC) di kampus Wageningen.

Pihak kampus menyebut, selama tur itu, pensiunan miliarder teknologi itu menyatakan terkesan dengan berbagai topik penelitian WUR dan fasilitas penelitian mereka.

Ma juga menunjukkan minatnya terhadap cara membuat pertanian menarik bagi talenta muda, serta cara memproduksi pangan secara berkelanjutan. Dia juga mencatat keinginannya untuk mengunjungi kembali kampus itu, untuk menjajaki peluang kolaborasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lama Tak Muncul di Publik

Dilansir South China Morning Post, Ma yang sebelumnya cukup banyak berbicara di depan publik, tidak banyak muncul sejak pidato kontroversialnya di Shanghai pada Oktober 2020.

Pidato itu dilakukan beberapa hari sebelum initial public offering (IPO) perdana besar-besaran Ant Group, fintech yang terafliasi dengan Alibaba, dibatalkan di menit-menit terakhir.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC bulan Juni 2021 lalu, salah satu pendiri Alibaba, Joe Tsai, mengatakan Ma sedang "merendah sekarang" sambil melakukan hobi baru seperti melukis.

Mengutip Yahoo Finance, perjalanan di bulan Oktober 2021 menjadi perjalanan luar negeri pertama Jack Ma dalam lebih dari setahun.

Ma pada perjalanan di Oktober 2021 mengunjungi beberapa lembaga penelitian dan perusahaan di Belanda dan negara-negara Eropa lainnya, yang terlibat dalam infrastruktur pertanian, pemuliaan tanaman, dan pelatihan keahlian di lapangan.

Berdasarkan beberapa sumber yang dekat saat itu, Ma mengatakan terinspirasi oleh apa yang dilihatnya di sana.

Dia pun percaya bahwa kombinasi teknologi dengan cloud computing Alibaba, analisis big data, dan kecerdasan buatan, akan menciptakan potensi luar biasa untuk memodernisasi pertanian di Tiongkok.

Ma juga dilaporkan terlihat di kantor pusat Alibaba di Hangzhou Mei lalu, dalam perayaan AliDay, pertemuan tahunan karyawan Alibaba dan keluarga mereka. 

 

3 dari 4 halaman

Fintech Milik Jack Ma Luncurkan Bank Digital di Singapura

Beberapa waktu lalu, raksasa teknologi keuangan yang dikendalikan oleh miliarder China Jack Ma, yaitu Ant Group, mengumumkan akan meluncurkan bank digital di Singapura. Langkah ini menandai ekspansi lanjutan Ant Group yang berbasis di Hangzhou di luar negeri.

Dilansir dari Forbes, Selasa (7/6/2022) bisnis Ant Group yang berbasis di China masih berada di bawah tekanan regulasi yang berat setelah penawaran umum perdana senilai USD 34 miliar perusahaan itu tiba-tiba dibatalkan pada akhir tahun 2020.

Ant Group baru-baru ini juga mengubah dewan direksinya setelah sepakat menjadikan perusahaan induk keuangan yang diawasi oleh bank sentral China, People’s Bank of China.

Sekarang, raksasa fintech tersebut mengatakan bahwa anak perusahaannya yang sepenuhnya dimiliki dan berbasis di Singapura yaitu ANEXT Bank, akan menyediakan layanan keuangan untuk usaha kecil dan menengah di wilayah tersebut.

Layanan keuangan ini akan fokus khususnya pada mereka yang memiliki operasi lintas batas.

 

4 dari 4 halaman

Tonggak dalam Perjalanan Bank Digital Singapura,

"Ini menandai tonggak sejarah lain dalam perjalanan pengembangan bank digital Singapura, upaya strategis untuk memastikan sektor perbankan tetap progresif, kompetitif secara global, dan bersemangat," kata Chief Fintech Officer Monetary Authority of Singapore (MAS) Sopnendu Mohanty.

Ant Group pun bukan satu-satunya perusahaan fintech yang menyediakan layanan perbankan digital di Singapura.

Sebelumnya, Green Link Digital Bank, yang dimiliki oleh konsorsium yang mencakup pengembang China Greenland Holdings dan Linklogis Hong Kong, telah memulai bisnis di negara tersebut.

(Dio/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.