Sukses

Dari Geri untuk Pedagang Kansas di Tengah Pandemi

Kisah Geri Irawan membantu para pedagang Kansas (Kantin Sastra) lewat GoFood. Para pedagang Kansas kehilangan pemasukan sejak kampus FIB UI ditutup akibat pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - "Gue bukan pengemis Ger. Gue pedagang," kata Geri Irawan (27)  mengenang ucapan dari salah satu pedagang Kantin Sastra (Kansas). Ucapan itu menyentak Geri, alumnus Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).

"Kalau hanya sumbangan, mau sampai kapan?" ujar Geri ketika ditemui Liputan6.com di kawasan Beji, Depok, Minggu (14/11/2021).

September 2020, Geri beserta beberapa temannya memberikan sumbangan kepada para pedagang Kansas, kantin FIB UI. Sumbangan itu diberikan lantaran mereka tidak punya pemasukan karena perkuliahan berhenti dan pindah ke daring (online).

Geri sejak lulus pada 2017 berdagang chicken pop corn, offline maupun online lewat GoFood. Alhasil, meski omsetnya turun sekitar 80 hingga 90 persen, Ia tetap mendapat pemasukan.

Dari situlah, Geri kemudian terinspirasi mengajak para pedagang Kansas mengikuti jejaknya.

“Kalau prinsip saya, jangan kasih ikan, tapi kailnya?” kata Geri.

Geri bersama rekan-rekannya kemudian mendampingi para pedagang membuat akun, menyiapkan banner, pemilihan nama, foto produk, pengemasan makanan yang baik, hingga promo dll.

"Kalau dagang minuman, usahakan beli sealer. Jangan pakai penutup biasa karena bisa tumpah. Kalau makanan, jangan pakai styrofoam karena konsumen sudah mulai sadar lingkungan dan kalau bubur dia bisa tumpah," kata Geri yang juga driver Gojek.

Foto produk ayam Kremes Mas Alan, salah satu pedagang Kansas yang dibantu Geri Irawan (Liputan6.com/Istimewa)

 

“Soal nama di GoFood, jangan pakai nama semisal dapur apa gitu. Langsung saja nama produknya. Karena misalkan kita sedang lapar, kita pasti langsung terpikir produknya,” ujarnya.

Bermula dari satu, kini ada tujuh pedagang Kansas yang dibina Geri. Ia juga membantu mereka mengelola pemasukan lewat aplikasi GoBiz. “Awalnya cuma satu. Terus nyebar di grup Whatsapp pedagang. Karena lihat keuntungannya, mereka jadi mau ikut,” ujar Geri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ayam Kremes Mas Alan

Gujes, gujes, gujes, gujes, suara kereta Jakarta-Bogor menderu di tengah notifikasi yang masuk ke ponsel Alanu Wajib (46). Siang itu, pesanan baru saja masuk. Di rumahnya di belakang Depok Town Square (DTS), Alan bergegas ke dapur menggoreng menu andalannya ayam kremes.

Alan adalah pemilik gerai ayam kremes di Kansas. Saat pandemi menghentikan perkuliahan, Alan bersama istrinya, Isnawati (45) benar-benar tak punya pemasukan. Penggorengan, dan alat masak lainnya pun hanya menggantung di dapur. Pria asal Surabaya itu hanya mengandalkan tabungan yang tersisa.

“Waktu itu kami sempat stres. Ya Allah, mau sampai kapan ini. Soalnya Mas Alan dan saya tidak bekerja karena faktor umur. Mau kerja apa?” kata Isnawati.

Alan saat pendampingan oleh Geri Irawan. Oleh Geri, Alan dibimbing untuk memasarkan produknya lewat GoFood (Liputan6.com/Istimewa)

Seperti cahaya di ujung terowongan gelap, GoFood dan Geri mengubah peruntungan Alan dan istri. Oleh Geri, Alan dibimbing agar produknya mendapat banyak pemesan. Salah satunya soal pemilihan nama.  

“Mas Geri bilang, dulu kan terkenalnya Ayam Kremes Mas Alan, pakai nama itu aja,” ujar Alan.

Benar saja, beberapa alumni FIB yang berdomisili di Depok dan sekitarnya langsung mengenali produk Alan, yang pernah meraih tiga kali penghargaan sebagai makanan terfavorit di Kansas.

Tampilan Ayam Kremes Mas Alan di GoFood (Liputan6.com/Luthfie Febrianto)

 

Setelah bergabung dengan GoFood, Alan mendapat pesanan dari mahasiswa asal Jepang yang dulu jadi pelanggannya di Kansas. Dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata, mahasiswa yang kini sudah pulang ke Jepang itu memesan produk Alan.

“Dia bilang, bisakah. bisakah dipesan? Dia tinggalnya dulu di Mares (Margonda Residence, red)” ujar Alan mengenang.

“Kalau orang begitu kan kadang pesan ayam dua atau tiga, nasi satu. Katanya sambel saya enak, cocok,” katanya lagi.

Alan saat menerima pesanan Ayam Kremes (Liputan6.com / Luthfie Febrianto)

Kini Alan kembali memiliki pemasukan rutin. Setiap hari ia bisa melayani hingga enam sampai tujuh driver. “Kalau sehari bisa enam sampai tujuh. Pemasukan kotor Rp 600 ribu, setelah dipotong segala macam, bersihnya Rp 400 sampai Rp 500 ribu,” ujarnya.

Alan sendiri mengaku berharap Kansas segera dibuka. Namun ia juga ingin tetap menjadi mitra Gofood. “Semoga nanti bisa GoFood juga ketika sudah di Kansas lagi. Soalnya sayang kalau ditinggal,” katanya.

3 dari 3 halaman

Membantu UMKM

Sementara itu, riset dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) berjudul Dampak Ekosistem Gojek terhadap Perekonomian Indonesia 2021: Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional, menemukan 92 persen mitra UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di GoFood merasakan manfaat dari teknologi Gojek selama pandemi.

“Keberadaan ekosistem Gojek membantu meningkatkan pendapatan mitra driver dan UMKM selama pandemi,” kata Peneliti LD FEB UI, Alfindra Primaldhi.

Pelaku UMKM yang bermitra dengan GoFood mayoritas ingin melanjutkan kerjasama (Sumber: LD FEB UI)

Selain itu, pendapatan mitra UMKM GoFood rata-rata naik 66% di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020. Manfaat tersebut membuat 87 persen UMKM ingin melanjutkan kemitraan dengan Gojek.

“Sejak awal berdiri, mendorong pertumbuhan UMKM adalah DNA Gojek, dan di periode penuh tantangan ini kami terus berupaya mengembangkan solusi yang lengkap, inklusif, dan mudah diterapkan yang membantu UMKM mempertahankan bisnis sekaligus mengembangkan skala usahanya.” kata Co-CEO Gojek yang kini menjabat CEO GoTo, Andre Soelistyo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.