Sukses

WhatsApp Jadi Lapak Online Label Mewah, Cincin Berlian Rp 5,2 Miliar Berhasil Terjual

Toko perhiasan Gismondi 1754 yang berbasis di Genoa, beralih ke layanan pesan WhatsApp untuk menjual cincin berlian seharga 300.000 euro atau Rp 5,2 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika Italia memasuki masa lockdown baru dan menutup toko pada Maret lalu, toko perhiasan Gismondi 1754 yang berbasis di Genoa, beralih ke layanan pesan WhatsApp untuk menjual cincin berlian seharga 300.000 euro atau Rp 5,2 miliar kepada pelanggannya di Swiss yang kaya raya.

Sebelum pandemi, Gismondi tidak akan menjual cincin berlian 10 karat itu tanpa menunjukkannya kepada klien secara langsung.

"Saya sedang berbicara di telepon dengan wanita yang membelinya, dan ternyata ini adalah impian seumur hidupnya," kata Massimo Gismondi, kepala eksekutif dari grup perhiasan tersebut.

Sejak saat itu, percakapan dimulai dengan wanita itu melalui WhatsApp dan panggilan video untuk menemukan desain yang sempurna untuk cincin yang akan dikirim ke rumahnya.

"Orang-orang mendambakan waktu luang, untuk kembali menikmati hidup dan belanja," ujar Gismondi kepada Reuters.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bagaimana Nasib Toko Fisik?

Pada saat yang sama, asisten penjualan di Moncler (merek jaket puffer mewah) melakukan pengiriman makan malam ala gourmet ke rumah pelanggan, sehingga mereka bisa tampil stylish sambil menonton streaming video dari koleksi terbaru merek tersebut.

Pandemi telah memaksa perusahaan barang mewah untuk menggunakan media sosial, video, dan ruang pamer virtual untuk mengggoda pelanggan kaya raya mereka di Eropa dan membuat mereka tetap berbelanja pada saat turis, terutama dari China, absen selama lebih dari setahun.

Meskipun retail mulai dibuka kembali di Inggris dan sebagian besar di Italia, tetapi di Prancis masih tutup dan akses dibatasi di Jerman.

Terlebih, di Berlin misalnya, tes negatif Covid-19 diperlukan untuk masuk ke sebagian besar toko. Demikian sebagaimana dilansir New York Post, Jumat (16/4/2021).

Para eksekutif senior di industri tersebut mengatakan penjualan di luar jaringan toko tradisional memang tengah tren, namun belum menggantikan kebutuhan akan toko fisik.

"Kami belajar untuk bisa memiliki layanan tingkat tinggi dengan tingkat kontak fisik yang rendah," kata bos Moncler, Remo Ruffini, kepada Reuters.

"Penjualan jarak jauh adalah batas baru, di tengah-tengah antara e-commerce dan toko tradisional," sambung Ruffini.

Analis mengatakan bahwa lockdown dan "staycationing", berarti orang Eropa kaya memiliki uang untuk dibelanjakan yang tidak mereka habiskan untuk hotel mewah atau restoran berbintang Michelin.

 

3 dari 3 halaman

Pendapatan Naik Dua Kali Lipat

Sejumlah brand mewah ingin mendapatkan sebagian dari uang itu. Label kelas atas seperti Hermes, yang dulunya enggan menjual secara online, bahkan harus sepenuhnya merangkul e-commerce.

Pendapatan online untuk industri ini telah meningkat dua kali lipat menjadi hampir 20 persen dari penjualan pada tahun lalu, berdasarkan perkiraan analis.

Boston Consulting Group memperkirakan persentase tersebut akan meningkat menjadi 25 persen pada tahun 2023.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.