Sukses

Investor SoftBank Berada di Balik Kabar Rencana Merger Gojek dan Grab

Sejumlah investor ternyata mendorong SoftBank untuk meminta Gojek dan Grab merger, guna memperkecil kerugian akibat bakar uang demi persaingan bisnis keduanya.

Liputan6.com, Jakarta - Para pemegang saham tengah melobi SoftBank untuk membantu startup penyedia jasa ride hailing Grab dan Gojek melakukan merger. Apalagi, kedua startup ini bersaing ketat untuk mendapatkan pangsa pasar terbanyak di Asia Tenggara.

Sebelumnya, kabar ini telah ditepis oleh Gojek. Meski begitu, kabar merger keduanya langsung membuat heboh Indonesia. Pasalnya Gojek merupakan startup berbasis di Jakarta dan mendapatkan suntikan dana dari Tencent dan Google.

Sementara Grab merupakan startup berbasis Singapura dengan investor SoftBank dan Microsoft. Kedua startup ini saling bersaing ketat di Indonesia.

"Kekuatan yang bermain di sini lebih tinggi dari sekadar apa yang diinginkan Grab atau Gojek. Ini adalah tentang sejumlah pemegang saham berpengaruh jangka panjang di kedua perusahaan yang ingin membendung kerugian atau mencari jalan keluar dari investasi mereka," kata salah satu investor Grab, sebagaimana dikutip Financial Times, Jumat (13/3/2020).

Kabarnya, sudah ada pembicaraan mengenai rencana merger Grab dan Gojek, setidaknya selama dua tahun terakhir. Namun, dalam beberapa bulan belakangan ini ada urgensi lebih.

Pendiri SoftBank Masayoshi Son baru-baru ini datang ke Jakarta untuk berdiskusi lebih lanjut. Namun, menurut sumber, masih belum jelas kesepakatan seperti apa yang diinginkan oleh SoftBank.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kedua Belah Pihak Sama-Sama Terbuka

"Hari ini, karena adanya dinamika, kedua belah pihak sama-sama terbuka. Ada kemauan yang lebih besar di tingkat tertinggi, terlepas dari masalah kontrol yang rumit," kata salah satu pemegang saham Gojek.

Fakta bahwa perundingan terus dilakukan mencerminkan bagaimana kondisi Asia telah berubah. Sebelumnya pengusaha dan investor memprioritaskan pertumbuhan dengan mengorbankan keuntungan.

Kemitraan keduanya dianggap lebih layak dibandingkan dengan berlomba-lomba membakar uang lebih banyak agar bisa mendominasi berbagai layanan seperti ride hailing, pesan-antar makanan, dan pembayaran di Singapura, Vietnam, Thailand, dan Indonesia.

3 dari 3 halaman

Denda

Lebih lanjut, tekanan atas masa depan Grab dan Gojek seiring dengan pemegang saham Elliott yang bulan lalu meminta SoftBank membuat perubahan dalam menghadapi kerugian.

"Ini bukan satu-satunya cara, tetapi merupakan opsi paling jelas. Ada cara rasional untuk memikirkannya, yakni semua pemegang saham akan menghasilkan banyak uang. Opsi ini sangat mudah," kata salah satu anggota dewan Gojek.

Jika kesepakatan dilakukan, akan ada rintangan berupa denda antitrust untuk Gojek dan Grab, bahkan, bisa juga kesepakatan tidak akan bisa dilakukan. Namun, penalti kemungkinan tak akan menghalangi pemegang saham.

Baik Uber dan Grab yang sebelumnya menggabungkan operasional di Asia Tenggara juga sempat terkena denda oleh pengawas kompetisi usaha di Singapura dengan nilai USD 13 juta.

(Tin/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.