Sukses

Kotak Hitam, Jawaban Penyebab Kecelakaan Pesawat

Kotak hitam adalah alat utama untuk menentukan penyebab kecelakaan pesawat terbang. Fungsi dari alat ini adalah untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara dan mengetahui tekanan udara serat kondisi cuaca.

Liputan6.com, Jakarta: Hingga kini, penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, belum diketahui. Berbagai spekulasi pun muncul untuk menduga sebab-sebab jatuhnya pesawat buatan Rusia itu.

Sejumlah ahli Rusia mengklaim kecelakaan terjadi akibat <em>human error</em>. Sementara Menteri Dalam Negeri Rusia Magomed Tolboev menyatakan kecelakaan disebabkan oleh kesalahan organisasi penerbangan.

Selain itu, muncul dugaan dari Kepala KNKT Tatang Kurniadi terkait izin untuk menurunkan ketinggian pesawat dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki. Ia mempertanyakan kemungkinan pilot Sukhoi Aleksandr Yablontsev telah mendapat izin dari Air Traffic Center (ATC) atau tidak. Jika tidak, dapat diduga sang pilot sengaja menurunkan ketinggian pesawat sebagai demonstrasi joyflight.

Dugaan lainnya adalah faktor cuaca buruk. Diperkirakan, penerbangan pesawat terganggu adanya turbulensi di daerah yang berkontur gunung tersebut.

Namun, diluar dari sederet asumsi tadi, sebenarnya ada cara yang lebih akurat untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat, yakni dengan mendeteksi kotak hitam pada pesawat.

Kotak hitam atau biasa disebut <em>black box</em> adalah alat utama untuk menentukan penyebab kecelakaan pesawat terbang. Fungsi dari alat ini adalah untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau <em>air traffic control</em> (ATC) bandara dan mengetahui tekanan udara serta kondisi cuaca selama penerbangan.

Alat ini merupakan sekumpulan perangkat yang merujuk kepada perekam data penerbangan (<em>flight data recorder</em>; FDR) dan perekam suara kokpit (<em>cockpit voice recorder</em>; CVR) dalam pesawat terbang.

Yang unik dari kotak ini, meski dinamakan kotak hitam, tetapi ternyata kotak ini berwarna jingga atau oranye. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika pesawat itu mengalami kecelakaan. Sebab, kalau berwarna hitam, akan membuat kesulitan Tim SAR untuk mencarinya.

Penempatan kotak hitam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan. Umumnya terdapat dua unit kotak hitam yang diletakkan pada bagian depan pesawat dan bagian ekor pesawat, yang diyakini bakal menjadi bagian utuh bila ditemukan.

Kotak hitam ini awalnya dikonsep oleh ilmuwan Australia Dr David Warren. Ahli ledakan itu membuat kotak hitam berdasarkan rasa simpatinya terhadap banyak kecelakaan pesawat yang tidak diketahui asal muasal penyebabnya.

Ide penciptaan perangkat ini diambil dari sebuah alat <em>tape recorder</em> berukuran saku. Kemudian, alat yang dibuat di Australia ini dikembangkan menjadi alat perekam semua arus komunikasi dalam penerbangan. Alat ini ini bisa merekam suara pilot dan semua data yang diterima dari delapan alat yang berbeda. Semua data ini bisa dipisah dan menghasilkan data yang akurat tentang penyebab kecelakaan.

Alat ini kemudian dimasukkan dalam kotak baja yang kuat untuk menjaga agar tidak ikut hancur saat kecelakaan pesawat. Kotak ini kemudian dilapisi asbes tahan api sehingga kabel-kabelnya tidak ikut rusak karena panas.

Alat ini umumnya menggunakan pita perekam selayaknya kaset pada tape recorder. Namun, dalam perkembangan terbaru, kini telah digunakan FDR atapun CDR yang merekam menggunakan <em>chip memory</em> khusus. 

Dan perkembangan terakhir, usai insiden 11 September 2011, muncul usulan dari pihak keselamatan penerbangan agar kokpit persawat dilengkapi dengan Video Data Recorder yang merekam aktivitas dan situasi pilot saat penerbangan, termasuk menit-menit terakhir dalam kecelakaan untuk melihat situasi sebenarnya.

Istilah Kotak Hitam
Istilah kotak hitam muncul usai pertemuan pada peluncuran alat perekam penerbangan komersial pertama yang dinamai Red Egg. Karena warna dan bentuknya, salah seorang berkomentar bahwa alat tersebut adalah kotak hitam. "Ini adalah kotak hitam yang menakjubkan," katanya.

Menurut sumber, pemilihan istilah kotak hitam dinilai lebih humoris dari nama lainnya. Selain itu, istilah ini hampir tidak pernah digunakan dalam industri keselamatan penerbangan. Sehingga para ahli sepakat untuk menamakan perangkat perekam ini sebagai kotak hitam.

Sumber lain menyatakan, istilah ini berasal dari terminologi pesawat tempur RAF saat Perang Dunia II. Selama periode inovasi elektronik pada masa 1940-1945, benda seperti Oboe, GEE, dan gas H2S dipasang pada pesawat (biasanya pesawat pengebom) secara rutin.

Alat-alat tersebut ditutupi kotak besi buatan dan dicat hitam untuk mencegah pemantulan. Setelah beberapa waktu, barang elektronik terbaru yang diciptakan akan disebut sebagai kotak trik (box-of-tricks) atau kotak hitam (black box). Kemudian, sebutan ini meluas hingga masa penerbangan sipil setelah perang dan akhirnya penggunaan secara umum.(dari berbagai sumber/BOG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.