Sukses

Doyan Belanja Online? Waspada Data Keuangan Bisa Dicuri

Pelaku kejahatan siber kini menargetkan data perbankan konsumen dan akun belanja online, mulai mengintai pengguna.

Liputan6.com, Jakarta - Belanja online memang sangat mudah dan menyenangkan, apalagi dengan berbagai diskon di akhir tahun dan mudahnya pembayaran online.

Namun demikian, pelaku kejahatan siber yang kini menargetkan data perbankan konsumen dan akun belanja online mengintai pengguna.

Kepala Pemasaran Produk Konsumen Kaspersky Lab Marina Titova mengatakan, akhir tahun dan musim liburan adalah saat yang paling menyenangkan ketika orang-orang membeli hadiah untuk keluarga dan teman-teman mereka.

"Tapi orang-orang juga tidak ingin kehilangan uang melalui transaksi tidak aman atau penipuan online,” kata Titova seperti dikutip dari keterangan resmi Kaspersky Lab, Jumat (21/12/2018).

Lebih lanjut, Titova mengatakan, konsumen perlu memperhatikan data keuangan dan pembayaran online.

"Berhati-hati dan hindarilah memasukkan kredensial kartu bank Anda di situs web yang tidak dipercaya atau melakukan pembayaran dari perangkat yang tidak aman," ujar dia, memberi saran.

Belanja online disebut-sebut sebagai salah satu kegiatan populer di internet, setelah e-mail. Menurut laporan Kaspersky Lab yang dipublikasikan baru-baru ini, 93 persen orang sadar akan ancaman siber finansial.

Sementara, 32 persennya telah mengalami ancaman data finansial jatuh ke tangan pihak yang salah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kekhawatiran Pengguna akan Pembayaran Online

Kekhawatiran pengguna akan keamanan pembayaran online sangat beralasan. Dari 32 persen yang memiliki risiko berbahaya akan data keuangannya, survei mengungkapkan bahwa seperempat (26 persen) dari mereka tidak pernah mendapatkan uang mereka kembali.

Ada beberapa faktor yang berpotensi membahayakan keuangan pengguna.

Antara lain adalah sulitnya mengontrol data pembayaran setelah menggunakannya di berbagai platform e-Commerce serta adanya variasi metode pembayaran yang tersedia.

Pasalnya, saat belanja online, orang seperti mengunjungi mall besar. Orang bisa membeli barang dari banyak platform e-Commerce. Tak heran, pembeli kadang mengalami kesulitan dalam melindungi informasi pembayaran online.

Buktinya, 54 persen pengguna khawatir data finansial mereka bisa diakses pelaku kejahatan siber.

Sementara, 36 persen responden lupa atau tidak mencoba mengingat situs web dan aplikasi tempat mereka membagikan rincian keuangannya.

Nah, karena konsumen mencoba memastikan kredensial pembayaran mereka agar mudah ditemukan dan diingat, satu dari lima (20 persen) lebih suka menyimpannya di perangkat.

Upaya tersebut memang mempermudah, tetapi jika perangkat hilang, pengguna berisiko kehilangan data pribadi sekaligus uangnya.

Pasalnya, seseorang bisa mengakses akun bank milik pengguna jika menemukan data di catatan smartphone.

3 dari 3 halaman

Kartu Kredit Paling Disukai untuk Pembayaran

Banyaknya metode pembayaran digital memberikan kebebasan kepada pembeli untuk memilih cara mereka dalam membeli barang.

Metode yang paling disukai pengguna untuk membeli barang adalah dengan kartu kredit atau debit.

Tidak hanya itu, transfer langsung dari perbankan atau e-wallet juga disukai karena lebih mudah.

Metode pembayaran lain yang juga populer adalah melalui smartphone atau smart watch sehingga pengguna tak perlu membawa dompet.

Menurut survei, sepertiga dari pembeli menggunakan metode pembayaran dengan perangkat secara teratur.

Untuk membuat belanja online aman, Kaspersky Lab merekomendasikan penggunaan solusi keamanan siber yang dapat melindungi transaksi online.

Selain itu, solusi keamanan juga  menjaga akun belanja tetap aman, yakni dengan Kaspersky Security Cloud dan Kaspersky Password Manager. 

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.