Sukses

Informasi Umum

  • Tentang PerusahaanPT Indika Energy Tbk adalah perusahaan energi terdiversifikasi yang menyinergikan sumber daya, jasa, infrastruktur energi, dan portofolio terdiversifikasi menjadi rantai nilai yang lengkap untuk menyediakan solusi energi guna memenuhi kebutuhan nasional dan global.
  • Didirikan1972

Berita Terkini

Lihat Semua
Topik Terkait

    Targetkan Komposisi Pendapatan Nonbatubara 50 Persen, Indika Energy Bertranformasi

    PT Indika Energy Tbk sejak tiga tahun lalu yaitu sekitar 2017 melakukan transformasi bisnis. Salah satu bentuk transformasi Indika dengan terjun ke bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT), salah satunya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

    Perusahaan menargetkan jika pendapatan batu bara dan non batu bara bisa seimbang dengan komposisi 50:50 pada 2025.

    Wakil Direktur Utama & Group CEO PT Indika Energy Tbk, Azis Armand, mengatakan “PLTS sangat besar karena PLTS akan mempunyai suatu ekosistem tertentu lainnya,” kata dia dalam Webinar SUKSE2S bertajuk Pengembangan PLTS untuk Kemerdekaan Energi; Sampai Kapan Harta Karun Terbesar di Indonesia Disia-siakan?, Kamis (26/8/2021).

    Dia pun mengatakan jika perusahaan mendirikan perusahaan join venture dengan salah satu pengembang PLTS di India, pada awal 2021.

    “Kami sebutnya EMITS. EMITS sudah mengembangkan lebih 550 MW di India, mayoritas kepemilikan dipegang TPG,” ujar dia.

    Azis mengatakan jika target komitmen net zero emission akan dicapai perusahaan melalui perubahan portfolio, dan melakukan dekarbonisasi di anak usaha yang akan berkontribusi ke net zero emission.

    "Kami ingin menjadi bagian dari ekosistem solar PV di Indonesia, baik melalui anak usaha EMITS dan lainnya," jelasnya.

    Hadir pula menjadi pembicara dalam webinar, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Baru Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya.

    Kemudian Direktur Pengembangan dan Niaga PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Iwan Purnama, Direktur Pengembangan PT Bukit Asam Tbk Fuad IZ Fachroeddin, Vice President Technical & Engineering Pertamina Power Indonesia Norman Ginting dan Direktur Utama PT Sky Energy Indonesia Tbk Christoper Liawan.

    Direktur Pengembangan dan Niaga PJB, Iwan Purnama, mengatakan untuk pengembangan PLTS perlu dukungan kebijakan, seperti dimasukkan semua perencanaan yang ada dalam RUPTL.

    Selain itu, menciptakan pasar PLTS dengan meningkatkan kapasitas pengembangan dalam PLTS dan menetapkan target pengembangan PLTS yang jelas.

    “Perlu harmonisasi antara supply dan demand dalam rangka akselerasi penambahan pembangkit baru,” kata Iwan.

    Dari sisi pengadaan juga diharapkan ada standarisasi aturan dan meningkatkan transparansi proses lelang, serta strandarisasi PPA yang bankable dengan alokasi risiko yang adil.

    Dari sisi eksekusi proyek ada kemudahan dan flesibilitas dalam perizinan dan penyiapan lahan, termasuk perizinan waduk yang dikelola oleh Kementerian PUPR. Kemudian relaksasi persentase penggunaan permukaan waduk untuk mendanai PLTS terapung.

    “Serta penguasaan teknologi dan kesiapan industri pendukung untuk bunga rendah,” kata dia.

     

    Punya Misi Tak Akan Ketergantungan Batu Bara Lagi

    Mendukung kampanye global menekan emisi karbon, Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid menargetkan pendapatan perusahaan pada 2025 setengahnya bersumber dari sektor non batu bara.

    Diketahui, salah satu upaya negara global dalam mengurangi dampak perubahan iklim adalah dengan menargetkan pengurangan emisi karbon, termasuk energi fosil atau yang dinilai kotor.

    Ia menyebut, langkah itu telah jadi target perusahaan dan telah disampaikan sejak 2020 lalu kepada para pemegang saham Indika Energy.

    “Waktu kita mengeluarkan obligasi pada tahun 2020 kemarin kita juga telah buat komitmen kepada investor bahwa paling sedikit pada 2025, 50 persen dari our revenue will come from non coal bases,” katanya dalam Indy Fest 2021, Selasa (19/10/2021).

    Arsjad mengatakan, bahwa dalam mengejar target Net Zero Carbon Emission pada 2050 perlu diikuti oleh peran dari pihak lainnya. Dari sisi Indika Energy, kata dia, perusahaan telah melakukan proses diversifikasi.

    “Salau bagaimanapun, ini PR kita bersama, ya dan disisi kita sendiri kita sudah lakukan proses yang namanya diversifikasi, karena kita sudah mulai nih aset-aset yang related terhadap batu bara mulai kita lepas,” tuturnya.

     

    Genjot Energi Terbarukan

    PT Indika Energy Tbk (INDY) mengubah strategi bisnis dan strategi Perseroan sejak 2021. Hal itu salah satunya merujuk pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 dengan memperbesar porsi pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang diterbitkan Kementerian ESDM.

    RUPTL PLN 2021-2030 disebut sebagai RUPTL lebih hijau karena porsi penambahan pembangkit EBT sebesar 51,6 persen, lebih besar dibandingkan penambahan pembangkit fosil sebesar 48,4 persen.

    "Indika Energy sejak tahun ini sudah mulai berubah, bahkan strategi kami. Energy itu bukan energy lagi, tapi energising Indonesia. Kita beralih menjadi perusahaan investasi yang salah satu dari tema investasinya tetap energi," ujar Direktur Utama Indika Energy, M. Arsjad Rasjid dalam INDY Fest 2021, Selasa (19/10/2021).

    Dalam hal ini, Arsjad mengatakan, Perseroan meluncurkan usaha patungan dengan Fourth Partner Energy (4PEL), yakni pengembang tenaga surya terkemuka di India.

    Perusahaan patungan, PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS), akan menyediakan platform solusi energi terbarukan satu atap untuk sektor komersial dan industri di Indonesia.

    Energi Mitra Keempat sebagian besar dimiliki oleh The Rise Fund, dana dampak sosial pasar swasta terbesar di dunia, dengan aset yang dikelola lebih dari USD 5 miliar atau sekitar Rp 70,39 triliun. Rise Fund berfokus pada investasi di perusahaan swasta yang memiliki dampak sosial dan lingkungan yang terukur, positif, dan menghasilkan keuntungan finansial yang kompetitif.

    "Kita joint venture dengan Social Impact Fund dari Amerika, The Rise Fund  untuk bersama komitting USD 500 juta to start untuk mulai solar energy," kata Arsjad.

    Ia menambahkan, pertama-tama Perseroan akan mengimplementasikan solar tersebut dalam lingkungan grup Perseroan. Selain itu, Indika juga masuk ke forest tree dalam rangka nature-based business.

    "Kita masuk sekarang sudah mulai acquiring 130 ribu hektar hutan untuk bagaimana kita konservasi untuk bagaimana bisa kontribusi common trading ke depannya,” ujar dia.

    Tak berhenti di stu, kini Perseroan bahkan juga merambah mobil listrik atau electric vehicle.

    "Kami lagi 180 derajat berubah. Major shift. Tapi semua proses ini enggak bisa seketika. Pondasinya kita mulai, sambil ubah bisnisnya kita ubah mindset-nya dulu," pungkas dia.