Sukses

Produksi Furnitur Ramah Lingkungan di Banyuwangi Berhasil Tembus Pasar Eropa

Di Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, terdapat rumah produksi pembuatan furnitur "Batu Indah Art" dengan bahan dasar dari daur ulang limbah plastik. Rumah produksi tersebut memproduksi berbagai funitur mulai dari pot, meja, kursi, dan lainnya dengan kualitas ekspor.

Liputan6.com, Banyuwangi - Di Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, terdapat rumah produksi pembuatan furnitur "Batu Indah Art" dengan bahan dasar dari daur ulang limbah plastik. Rumah produksi tersebut memproduksi berbagai funitur mulai dari pot, meja, kursi, dan lainnya dengan kualitas ekspor.

"Ini sangat kreatif. Selain memiliki nilai ekonomi, juga turut menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah plastik. Desainnya bagus. Selain itu ringan dan kuat," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Kamis (5/9/2024).

Produk furnitur milik Muhammad Soleh tersebut telah beberapa kali dikirim ke luar negeri, seperti Australia dan beberapa negara di Eropa.

Ipuk sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Soleh, karena sejalan dengan program Banyuwangi yang berupaya mengurangi sampah plastik. "Banyuwangi juga telah menggulirkan berbagai program untuk mengurangi sampah plastik," kata Ipuk.

"Apa yang dilakukan Mas Soleh ini bisa menjadi inspirasi bagi dunia usaha, untuk turut menjaga dan melestarikan lingkungan," tambah Ipuk.

Sementara Soleh menceritakan, mengawali usaha furniture sejak 2004 saat masih merantau di Bali.

"Sebelumnya saya bekerja di industri furnitur teraso sambil belajar. Setelah punya ilmunya, saya coba membuka usaha kecil-kecilan di Bali. Saya juga tetap bekerja di tempat lain sambil mengumpulkan modal," kata dia.

Sejak tahun 2020, Soleh mulai memindahkan rumah produksinya di Banyuwangi, tepatnya Desa Genteng Wetan yang merupakan tanah kelahirannya. Sementara outlet penjualan yang utama tetap di Bali.

Awalnya, Soleh hanya memproduksi pot dan bathtub dari teraso. Kemudian terpikir untuk mulai memanfaatkan limbah botol plastik pengganti bahan teraso. Lalu dia mulai mencoba memanfaatkan plastik untuk membuat rak, pot, set meja kursi.

 

2 dari 2 halaman

Diminati Pasar Luar Negeri

Selain memasok wilayah Bali, produk Soleh juga diminati pasar luar negeri. Seperti Australia dan beberapa negara di Eropa.

"Kalau produk dari daur ulang limbah plastik memang masih sekitar satu tahunan. Tapi mendapat respon yang baik dari konsumen. Alhamdulillah sampai saat ini produk kami masih diminati pasar. Penjualan juga terus meningkat," urainya.

"Awalnya hanya punya satu orang pekerja, saat ini saya dibantu 20 orang pekerja untuk mengejar produksi," imbuhnya.

Dari usahanya tersebut, Soleh mengaku bisa mendapat omset hingga puluhan juta per bulan.