Sukses

Cerita 6 Relief Candi Jago Malang, Kisah Siksa Neraka sampai Kura-Kura dan Angsa

Setiap relief di Candi Jago Malang berisi cerita yang mengajarkan budi pekerti.

Liputan6.com, Malang - Ada banyak candi di Malang, salah satunya adalah Candi Jago di Dusun Jago, Kecamatan Tumpang. Sebuah candi yang penuh dengan panel relief terpahat rapi mulai dari kaki sampai ke dinding ruangan teratas.

Salah satu candi di Malang ini memiliki nilai penting yang dapat memberikan sejarah peristiwa politik maupun keagamaan yang terjadi pada masa lalu, khususnya masa Kerajaan Singasari. Dalam kitab Negarakertagama, Candi Jago disebut dengan Jajaghu, yang berarti keagungan.

Candi Jago diperkirakan dibangun selama 1268 Masehi sampai 1280 Masehi sebagai penghormatan untuk Raja Singasari Sri Jaya Wisnuwardhana. Candi ini direnovasi pada masa Majapahit oleh raja Adityawarman sebagai bentuk bakti terhadap leluhurnya.

Denah dasar candi berbentuk bujur sangkar berukuran 23,71 x 14 meter, tinggi yang tersisa adalah 9,97 meter menghadap arah barat. Kaki candi berupa batur berundak 3 tingkatan, badan candi yang menyisakan ambang pintu saja dan atap candi yang telah hilang.

Keunikan salah satu candi di Malang ini adalah memiliki relief yang terpahat pada dinding timur teras I, teras II, teras III sampai di bagian tubuh candi. Masing – masing relief itu memiliki cerita penuh makna dan ajaran kehidupan.

Berikut ini jalinan cerita dari relief di Candi Jago Malang:

1. Relief Cerita Tantri

Relief ini dipahatkan pada bagian penampil menghadap selatan, terbagi dalam beberapa panil. Berisi fabel atau kumpulan cerita binatang yang susastra asalnya adalah cerita Tantri Kamandaka. Seperti kisah singa dan lembu, bangau mati oleh ketam, lembu dan buaya dan lainnya.

Salah satu yang relief yang terpahat dan ceritanya cukup terkenal adalah kisah angsa dan kura-kura. Menggambarkan angsa membawa terbang kura-kura dengan cara mengigit sebatang ranting di paruhnya, sedang kura-kura menggigit ranting di kanan-kirinya.

Seluruh kumpulan cerita binatang itu pada intinya adalah ajaran tentang budi pekerti. Binatang bisa saling bersahabat dan membalas budi, tapi sebaliknya manusia bisa saling merendahkan. Fabel tersebut populer pada masa itu, lalu jadi dongeng turun temurun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Relief Kunjarakarna

Relief ini terpahat sudut timur laut kaki I sampai barat daya kaki II (teras II) candi. Berkisah tentang gambaran surga dan neraka lewat perjalanan Kunjarakarna, seorang Yaksa yang meditasi demi dibebaskan dari wataknya sebagai raksasa dalam inkarnasi kehidupan berikutnya.

Ia memohon kepada Dewa Wairocana (Budha) agar diajari mengenal dharma dan pemahaman berbagai nasib akhir para makluk di dunia ini. Sang dewa lalu memerintahkan Kunjarakarna mengunjungi daerah para orang mati, di bawah kekuasaan Dewa Yama (Yamaniloka).

Selama perjalanan, Kunjarakarna ditunjukkan jalan arwah menuju surga atau ke neraka sesuai perbuatannya pada masa lampau. Menyaksikan arwah orang mati disiksa, nasib yang menantikan pendosa. Serta memahami perbuatan lahiriah yang baik dapat menghasilkan ganjaran di surga.

3. Relief Parthayajnya

Relief cerita ini dipahatkan mulai dari sudut barat daya kaki II hingga sudut barat daya kaki III. Mengisahkan tokoh-tokoh Pandawa yang diusir dari istana dan harus menjalani masa pembungan selama 12 tahun ke hutan usai kalah bermain dadu melawan Kurawa.

Pandawa harus menjalani lelaku hidup keprihatinan serta mencapai batin suka dan duka. Salah satu tokoh Pandawa, Arjuna, melakukan tapa brata di Gunung Indrakila hingga mendapat senjata sakti dari Dewa Siwa.

Dengan senjata itu pula, Arjuna mengalahkan para raksasa serta membantu Pandawa memenangkan Perang Bharatayudha melawan Kurawa. Relief ini adalah bagian dari kisah Mahabharata.

4. Relief Arjunawiwaha

Relief ini merupakan sambungan dari relief Parthayajnya mulai dari sudut barat daya hingga sudut barat laut. Menceritakan Arjuna yang diminta membantu mengalahkan raksasa sakti mandraguna yang hendak menghancurkan surga, kerajaan Dewa Indra.

Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Indrakila lalu bisa melalui ujian dari para dewa sebelum menjalankan tugasnya. Ia juga diberi hadiah sebuah panah sakti bernama Pasupati oleh Siwa. Pada akhirnya, Arjuna mampu membunuh raksasa Niwatakawaca.

Karena keberhasilannya, Arjuna diberi hadiah berupa tujuh hari di surga (tujuh bulan di bumi) bagai raja di atas tahta Dewa Indra. Serta dinikahkan tujuh kali dengan tujuh bidadari. Setelah bulan ketujuh, Arjuna kembali ke bumi dan para bidadari yang ditinggal meratapi kepergiannya.

3 dari 3 halaman

5. Relief Kresnawijaya

Relief Kresnawijaya (Kalayawanantaka) dipahatkan pada bagian tubuh candi, di sisi kanan dan kiri pintu masuk candi. Kakawin mengisahkan pertempuran antara Kresna melawan raksasa Kalayawana.

Dewa Wisnu turun ke dunia sebagai Kresna disertai Dewa Basuki sebagai adik Baladewa untuk memusnahkan para raksasa. Raksasa Kalayawana marah karena kematian saudaranya lalu membuat rencana memusnahkan kerajaan sekaligus membunuh Kresna dan Baladewa.

Singkat cerita, Kresna dengan tipu muslihat berhasil membunuh Kalayawana lewat mata berapi sang bijak Muchukunda (Mrcchukundha). Kakawin ini merupakan pengantar pada cerita Kresnayana.

6. Relief Angling Darma

Relief ini dipahatkan pada kaki I dimulai dari sudut barat daya dan berakhir pada sudut timur laut kaki I. Menceritakan raja agung Malawapati, Angling Darma diberi ilmu ‘Pesona Pancabumi’ oleh Raja Naga (Antaboga) sehingga mengerti bahasa binatang dengan syarat harus merahasiakannya.

Kukuh menjaga rahasia itu, membuat permaisurinya sakit hati lantas membakar diri. Setelah itu, dalam pengembaraannya Angling Darma tiba di suatu negara kecil yang rajanya suka minum darah dan makan manusia. Sang raja juga dikisahkan punya kesaktian berubah wujud.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.