Sukses

Salon Ibunda Joshua Suherman Pernah Dijarah dan Dibakar Massa

Joshua Suherman menyebut kerusuhan Mei 2019 mirip dengan Mei 1998.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi damai yang berlangsung di Jakarta pada 21 dan 22 Mei 2019 lalu berujung kerusuhan. Lebih dari 200 perusuh diamankan aparat keamanan.

Insiden ini membuat banyak pihak prihatin termasuk para artis. Joshua Suherman menyebut kerusuhan Mei 2019 mirip dengan Mei 1998. Keduanya menyisakan trauma.

Pada 21 dan 22 Mei kemarin, Joshua Suherman diwanti-wanti ibunya untuk tidak keluar rumah. Mengingat, situasi keamanan tidak kondusif. 

“Malah Mama yang melarang saya keluar rumah. Sebenarnya, hari itu saya mau ngantor ke Majelis Lucu Indonesia tapi batal. Akhirnya saya di rumah saja memantau perkembangan keamanan di Jakarta lewat televisi,” ungkap Joshua Suherman dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Senin (27/5/2019).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ingat Kerusuhan 98

Kerusuhan 21 dan 22 Mei 2019 mengingatkan Joshua Suherman pada kerusuhan Mei 1998. “Kala itu, saya bersama orang tua pindah dari Surabaya ke Jakarta,” kenang Joshua Suherman. 

Ibunda Joshua Suherman di Surabaya mendirikan salon kecantikan. Saat pindah ke Jakarta, ia membawa sejumlah alat dan produk kecantikan ke Ibu Kota, lalu disimpan di kawasan Pluit Jakarta Utara.

Nahas, bertepatan dengan perpindahan ke Jakarta, Ibu Kota rusuh. Sejumlah ruko dijarah termasuk tempat ibu Joshua Suherman menyimpan barang-barang salon. Joshua Suherman enggan merinci kerugian saat itu.

 

 

3 dari 3 halaman

Masih Trauma

“Saat itu kerusuhan menjalar hingga ke Pluit. Salon Mama belum sempat dibuka, tapi dijarah duluan lalu dibakar. Kami sekeluarga pasrah. Itu menyisakan trauma hingga sekarang,” kenang Joshua Suherman yang kini menjabat Direktur Utama Majelis Lucu Indonesia.

Bulan ini, sejarah kelam seolah terulang. Joshua Suherman berharap, “Hidup rukun itu bukan tidak mungkin. Kalau perselisihan politik bisa diselesaikan dengan kepala dingin mengapa harus memanas? Di Indonesia kita bisa rukun bersama dan mencari makan bersama.” (Wayan Diananto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.