Sukses

The Mummy: Kebangkitan Ahmanet yang Mengerikan Sekaligus Memesona

Tom Cruise bermain dalam reboot film The Mummy yang baru saja dirilis di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa tahun lalu, judul The Mummy mungkin akan langsung mengingatkan pada tiga film Brendan Fraser, atau malah film hitam putih tahun 1932 ikonis yang dibintangi Boris Karloff. Kini, ada satu lagi nama besar yang bakal melekat pada film tersebut: Tom Cruise.

Ya, Tom Cruise bermain dalam reboot film The Mummy yang baru saja dirilis di Indonesia pada Rabu (7/6/2017) kemarin. Yang istimewa, film ini adalah bagian awal dari Dark Universe, jagat sinematik terbaru yang ditawarkan Universal.

Bukan superhero seperti DC dan Marvel, kali ini penonton bakal diantar ke dunia penuh monster mulai dari Frankenstein sampai Wolf Man yang kisahnya saling berkelindan.

Dark Universe dimulai dengan petualangan Nick Connor (Tom Cruise) seorang penjarah harta karun nekat yang tengah berburu di Irak. Berbekal peta yang dicuri dari seorang arkeolog wanita bernama Jenny Halsey (Annabelle Wallis), ia menemukan sebuah peti mati kuno yang terkubur di bawah tanah.

Bersama Jenny, Nick akhirnya menerbangkan peti mati kuno ini ke Inggris untuk diidentifikasi. Yang tak mereka sadari, di dalam peti mati tersebut terbaring tubuh Ahmanet (Sofia Boutella), seorang putri Mesir Kuno yang dimumi hidup-hidup karena memilih jalan sesat demi meraih takhta.

Setelah lepas landas, peristiwa aneh mulai terjadi. Rekan Nick, Chris (Jake Johnson) tiba-tiba menyerang penumpang pesawat. Tak berapa lama, ribuan burung gagak tiba-tiba menabrakkan dirinya ke pesawat. Alhasil, kecelakaan pesawat tak terhindarkan, yang berujung pada kematian Nick Connor.

Namun saat dibaringkan di kamar jenazah, Nick Connor ternyata hidup kembali. Dan nun jauh di sana, Ahmanet juga terbangun dari tidurnya, dan pelan-pelan mulai membangkitkan kekuatannya yang mengerikan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

The Mummy Film Horor, Komedi, atau Aksi?

Beban The Mummy sebagai pembuka Dark Universe, jelas tak ringan. Sebagai film perdana, The Mummy akan mengenalkan jagat baru ini ke hadapan publik, sekaligus memberi patokan pada tone apa yang akan digunakan sepanjang waralaba ini.

Tampaknya, Universal Pictures memilih untuk mengambil konsep ‘gado-gado’ dalam film ini. Sutradara film ini, Alex Kurtzman—yang juga menjadi produser di film-film Dark Universe selanjutnya— memadukan unsur laga, komedi, sampai horor dalam film ini.

Unsur laga muncul saat Tom Cruise berjibaku dengan pasukan mayat hidup yang dibangkitkan Ahmanet. Sementara bagian horor, hadir di sejumlah kemunculan awal Ahmanet. Pengadeganan pada bagian ini, lumayan mengingatkan pada film horor masa kini. Contohnya saat Ahmanet mengendap-endap dan menyelinap di balik punggung Nick. Hal ini makin terlihat apik lewat performa aktris Sofia Boutella yang demikian lentur mengeksekusi gerakan-gerakan Ahmanet yang tidak manusiawi tersebut.

Sementara unsur humor, mungkin akan sedikit mengingatkan pada lelucon-lelucon khas Marvel. Terutama celetukan-celetukan di tengah adegan laga—meskipun beberapa terasa sedikit garing.

Sayangnya, kombinasi beragam unsur ini tak bisa menyelamatkan The Mummy dari sejumlah kelemahan dalam film ini, terutama di departemen skenario. Salah satu yang paling terasa, adalah bagian awal yang terasa sedikit bertele-tele. Salah satunya saat latar belakang Ahmanet dijelaskan berulang kali.

Tak hanya itu, dinamika karakter Nick Connor-Jenny Halsey terjadi secara kelewat instan. Perjalanan ikatan emosional Nick terhadap Jenny, bila dibandingkan di awal dan akhir film, terasa prematur. Apalagi terkait dengan keputusan besar yang diambil karakter Nick di akhir film.

Justru ikatan antara Nick Connor dan Ahmanet sebenarnya jauh lebih menarik untuk dieksplorasi. Terutama saat Nick merasa bingung dengan keterikatannya yang ganjil dengan Ahmanet.

Apalagi, Ahmanet adalah salah satu magnet terbesar film ini. Karakter mumi wanita pertama ini, terbilang berlapis-lapis. Tak sekadar ditampilkan sebagai tokoh antagonis yang mengerikan dan ambisius, ia juga hadir sebagai sosok rapuh yang terluka. Sosok Ahmanet, tak kalah bersinar bila dibandingkan dengan karakter Nick Connor yang jadi fokus film.

Salah satu hal lain yang perlu dipuji dari The Mummy, adalah design production yang apik. Desain makam Ahmanet, misalnya. Begitu pula dengan adegan kecelakaan pesawat yang terlihat nyata.

Namun pada akhirnya, alasan terbesar untuk menyaksikan The Mummy adalah Dark Universe. Menjadi film perdana dalam waralaba ini, The Mummy mengantarkan pemirsa pada sejumlah tokoh kunci yang akan menjadi benang merah dalam Dark Universe, seperti Dr. Henry Jekyll yang dimainkan oleh Russell Crowe.

Jadi seperti apa nasib Dark Universe ke depannya? Kita tunggu saja dalam The Bride of Frankenstein yang rencananya bakal tayang tahun 2019 mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.