Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana membuat kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih fleksibel.
Terkait hal ini, Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, menegaskan komitmen perusahaan terhadap kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diusung pemerintah.
Baca Juga
Ia menyatakan Astra telah lama menjalankan strategi lokalisasi produksi sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan industri dalam negeri.
Advertisement
Djony menyebutkan lebih dari separuh produk-produk Astra saat ini telah diproduksi secara lokal dan hal ini telah membawa dampak luas terhadap pengembangan industri nasional.
"Kita sudah memperhatikan lebih dari 60 persen produk-produk kita itu sebenarnya lokal produk yang dibuat di tempat kita,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).
Meskipun begitu, Djony menyebut apapun yang disampaikan Pemerintah terkait TKDN, Astra akan tetap mengikuti aturannya.
Djony optimis, astra masih bisa bersaing meski aturan TKDN dilonggarkan. Ia menjelaskan, pangsa pasar produk yang didistribusikan Astra sempat menyentuh angka tertinggi, yaitu sebesar 56%. Angka tersebut bahkan naik sebelum produk China dan mobil listrik masuk ke Indonesia.
TKDN Menciptakan Lapangan Kerja
Ia menambahkan, TKDN tidak hanya menciptakan nilai tambah bagi industri otomotif, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperkuat rantai pasok nasional, sehingga meningkatkan daya saing industri.
“Kita juga bangun industri, bangun employment, supply chain sehingga akhirnya competitiveness dari industri kita juga semakin baik dari waktu ke waktu,” kata Djony.
Lebih lanjut, Djony menyampaikan bahwa secara historis, kebijakan TKDN berakar dari upaya pemerintah dalam mendorong substitusi impor dan mencegah Indonesia menjadi sekadar pasar. Menurutnya, TKDN adalah inti dari proses industrialisasi nasional.
“TKDN itu justru menjadi nukleus atau inti daripada industrialisasi. Bagaimana investor kita paksa investasi di negara ini. Itu sebetulnya adalah wisdom yang ada dari sejak 40 tahun lalu,” ungkapnya.
Realisasi Belanja Modal hingga Kuartal I 2025
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan perusahaan menetapkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) konsolidasi sebesar Rp28 triliun pada 2025. Hingga kuartal pertama tahun ini, realisasi mencapai Rp4,5 triliun.
Namun, seiring dinamika ekonomi global dan nasional yang tengah berlangsung, proyeksi Capex Astra untuk tahun masih bisa berubah sesuai dengan kondisi.
“Apakah Capex Rp28 triliun ini masih akan menjadi pegangan? Mungkin, paling tidak per hari ini kita melihat akan turun Rp25 triliun dan bisa saja lebih turun lagi, kita sesuaikan dengan situasi yang ada,” ujar Djony dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).
Penyesuaian ini, menurut Djony, juga mempertimbangkan kecenderungan pelemahan daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi global yang turut memengaruhi kehati-hatian perusahaan dalam merealisasikan investasi.
Advertisement
Fokus Capex
Meskipun begitu, Djony menegaskan fokus alokasi Capex tetap diarahkan pada sektor-sektor inti Astra seperti otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, dan properti.
“Bisnis inti ini tentunya menjadi perhatian kita, karena itulah yang men-generate profit yang lebih stabil, walaupun di tengah situasi yang kurang produksi,” jelasnya.
Selain memperkuat bisnis yang sudah ada, Astra juga membuka peluang untuk investasi di sektor-sektor baru yang dinilai potensial untuk pertumbuhan jangka panjang dan memiliki keterkaitan dengan bisnis utama perusahaan.
“Prioritasnya adalah investasi terhadap peluang-peluang bisnis yang tentunya ada keterkaitan keras dengan bisnis inti kita, sehingga pada akhirnya juga bisa memperkuat bisnis inti itu sendiri untuk menegaskan posisi kita di pasar,” pungkas Djony.