Liputan6.com, Jakarta Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan perusahaan menetapkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) konsolidasi sebesar Rp28 triliun pada 2025. Hingga kuartal pertama tahun ini, realisasi mencapai Rp4,5 triliun.
Namun, seiring dinamika ekonomi global dan nasional yang tengah berlangsung, proyeksi Capex Astra untuk tahun masih bisa berubah sesuai dengan kondisi.
Baca Juga
“Apakah Capex Rp28 triliun ini masih akan menjadi pegangan? Mungkin, paling tidak per hari ini kita melihat akan turun Rp25 triliun dan bisa saja lebih turun lagi, kita sesuaikan dengan situasi yang ada,” ujar Djony dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).
Advertisement
Penyesuaian ini, menurut Djony, juga mempertimbangkan kecenderungan pelemahan daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi global yang turut memengaruhi kehati-hatian perusahaan dalam merealisasikan investasi.
Fokus Capex
Meskipun begitu, Djony menegaskan fokus alokasi Capex tetap diarahkan pada sektor-sektor inti Astra seperti otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, dan properti.
“Bisnis inti ini tentunya menjadi perhatian kita, karena itulah yang men-generate profit yang lebih stabil, walaupun di tengah situasi yang kurang produksi,” jelasnya.
Selain memperkuat bisnis yang sudah ada, Astra juga membuka peluang untuk investasi di sektor-sektor baru yang dinilai potensial untuk pertumbuhan jangka panjang dan memiliki keterkaitan dengan bisnis utama perusahaan.
“Prioritasnya adalah investasi terhadap peluang-peluang bisnis yang tentunya ada keterkaitan keras dengan bisnis inti kita, sehingga pada akhirnya juga bisa memperkuat bisnis inti itu sendiri untuk menegaskan posisi kita di pasar,” pungkas Djony.
Astra International Tebar Dividen Final Rp 308 per Saham
PT Astra International Tbk (Astra) menetapkan pembagian dividen tunai sebesar Rp16,4 triliun kepada para pemegang saham. Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar, Kamis (8/5/2025).
Jumlah tersebut merupakan bagian dari laba bersih konsolidasian tahun buku 2024 sebesar Rp34,05 triliun.
Dividen tunai yang dibagikan setara dengan Rp406 per saham, termasuk dividen interim sebesar Rp98 per saham yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2024.
Sisa dividen final sebesar Rp308 per saham akan dibayarkan pada 5 Juni 2025 kepada pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada 22 Mei 2025 pukul 16.00 WIB. Perseroan juga memutuskan untuk membukukan sisa laba sebesar Rp17,6 triliun sebagai laba ditahan.
Astra membukukan laba bersih sebesar Rp34,05 triliun pada tahun 2024. Perolehan itu hanya naik 1% secara tahunan atau year on year (yoy) dari perolehan sebesar Rp33,99 pada tahun 2023.
Astra mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp330,92 triliun, tumbuh 5% yoy pada 2024. Adapun laba bersih terbesar disumbang dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi yang mencapai Rp12 triliun pada tahun 2024, turun 5% yoy.Perolehan laba bersih terbesar kedua berasal dari divisi otomotif, yakni sebesar Rp11,21 triliun pada 2024, turun 2% yoy.
Advertisement
Perubahan Direksi
RUPST juga menyetujui perubahan jajaran direksi dan komisaris Perseroan. Perubahan tersebut meliputi pengunduran diri dua petinggi dan pengangkatan kembali serta penunjukan baru dalam jajaran manajemen.
Rapat menerima pengunduran diri Bambang Brodjonegoro sebagai Komisaris Independen dan Suparno Djasmin dari posisi Direktur. Sebagai penggantinya, Astra menunjuk Rudy sebagai Wakil Presiden Direktur yang baru. Selain itu, John Raymond Witt dan Stephen Patrick Gore kembali diangkat sebagai Komisaris.
Dengan perubahan ini, susunan terbaru Direksi Astra adalah Djony Bunarto Tjondro (Presiden Direktur), Rudy (Wakil Presiden Direktur), serta delapan direktur lainnya. Sementara itu, posisi Presiden Komisaris tetap dijabat oleh Prijono Sugiarto, didampingi oleh sepuluh komisaris lainnya termasuk tiga komisaris independen.