Sukses

Hantu Bernama Suku Bunga di Industri Properti

Sektor properti masih dibayangi sentimen negatif naiknya suku bunga. Daya beli masyarakat menurun dan lebih memilih untuk menabung karena suku bunga yang naik.

Liputan6.com, Jakarta Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed masih belum memberi sinyal pasti kemana arah suku bunga. Pelaku pasar masih mencermati apakah The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan atau mulai melakukan pelonggaran.

Sementara kenaikan suku bunga dalam negeri oleh Bank Indonesia (BI) disebut salah satunya sebagai upaya menjaga stabilitas moneter. Senada, Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono mengatakan, kenaikan suku bunga BI juga untuk menjaga nilai tukar mata uang rupiah, menjaga capital outflow, hingga likuiditas.

"Kenaikan suku bunga mestinya baik buat perbankan. Namun bagi properti non subsidi akan berdampak pada daya tarik KPR dan beban konsumen makin berat," kata Wahyu kepada Liputan6.com, Selasa (7/65/2024).

Meski begitu, Wahyu menilai saat ini masih relatif stabil secara umum sepanjang fundamental domestik khususnya perbankan dan daya tahan ekonomi masyarakat masih kuat. Senada, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora mengatakan bunga KPR menjadi pertimbangan bagi konsumen saat suku bunga masih dalam tren tinggi.

"Sektor properti masih dibayangi sentimen negatif naiknya suku bunga. Daya beli masyarakat menurun dan lebih memilih untuk menabung karena suku bunga yang naik. Saat ini saham sektor properti masih dalam fase downtrend, para pelaku pasar bisa untuk trading jangka pendek dlu di emiten sektor properti," kata Andhika.

Sebelumnya, Research Analyst Mirae Asset, Christopher Rusli memperkirakan potensi perbaikan daya beli masyarakat dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia pada kuartal IV tahun ini.

"Saat ini daya beli masyarakat sedang tertekan karena kenaikan suku bunga yang menyedot uang beredar di masyarakat serta memicu kenaikan harga," kata Christopher.

Dengan asumsi suku bunga The Fed di AS akan turun pada September dan akan disusul oleh penurunan suku bunga acuan BI rate dua kali pada kuartal IV 2024, dan selama nilai tukar rupiah stabil, Christopher optimistis daya beli masyarakat akan membaik pada akhir tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Meneropong Prospek Sektor Otomotif di Tengah Kenaikan Suku Bunga

Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi sebesar 6,25%. BI diperkirakan akan melanjutkan kebijakan tersebut untuk mengendalikan nilai tukar rupiah.

Kenaikan suku bunga BI ini berdampak pula pada sektor otomotif. Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christopher Rusli mengatakan, secara umum prospek otomotif tergantung pada kondisi makro ekonomi. Seperti diketahui, sektor ini memiliki keterkaitan erat dengan sektor pembiayaan atau finance.

"Jadi kalau recently BI akan menaikkan suku bunga, menurut kami ada slight correlation dengan penjualan mobil baru. Karena again, financing selalu dipakai. Jadi kita berharap adanya potensi penurunan suku bunga mungkin akhir tahun," kata Christopher dalam Media Day, Senin (6/5/2024).

Menurut perhitungannya, jika suku bunga turun maka akan berdampak bagus ke penjualan mobil baru. Selain dari suku bunga, Christopher mengatakan katalis untuk sektor otomotif lainnya yakni terkait daya beli masyarakat yang diharapkan juga ada pertumbuhan.

"Jika purchasing powernya ada improvement, kita berharap harusnya kendaraan-kendaraan itu ada dampaknya untuk penjualannya. Dan ini juga bukan cuma buat di new car, tapi juga untuk used car," imbuh Christopher.

 

3 dari 3 halaman

Wait and See

Lebih lanjut, untuk jangka pendek atau setidaknya hingga kuartal III 2024, Christopher masih enggan untuk merinci lebih lanjut prospek sektor otomotif. Untuk itu, dia mengimbau investor untuk wait and see. Pasanya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia sendiri memiliki proyeksi penjualan mobil hingga akhir tahun di bawah target Gaikindo.

"Kita nggak bisa berpikir apakah akan bagus. Tapi akhir tahun seiring dengan proyeksi saya, kemungkinan besar kita akan mencapai 1,1 juta dari target Gaikindo. Menurut saya sih harusnya di 900 ribu aja untuk new car," kata Christopher.

Gaikindo menargetkan penjualan mobil sebesar 1,1 juta pada tahun 2024. Namun, ekspektasi penjualan mobil Mirae Asset Sekuritas hanya sebesar 900.000 pada 2024. Target Gaikindo itu masih bergantung pada kondisi perekonomian. Perbaikan perekonomian yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang dapat meningkatkan daya beli konsumen.

Penjualan mobil secara historis meningkat pasca pemilu karena konsumen menunda pembelian sampai hasil pemilu jelas. Berakhirnya masa pemilu diharapkan dapat menstabilkan pasar dan berpotensi meningkatkan penjualan mobil. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini