Sukses

Penjualan Lesu, Laba Mulia Boga Raya Turun 31,55% pada 2023

PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU), emiten produsen keju Prochiz mencatatkan penurunan pendapatan dan laba pada 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, kinerja Mulia Boga Raya mengalami penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (29/2/2024), penjualan pada 2023 tercatat sebesar Rp 1,02 triliun. Penjualan itu turun 2,36 persen dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1,04 triliun.

Sementara penjualan turun, beban pokok penjualan ada 2023 naik menjadi Rp 756,67 miliar dari RP 748,86 miliar pada 2022. Sehingga laba bruto 2023 turun 11 persen menjadi Rp 263 miliar dari Rp 295,5 miliar pada 2022.

Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban penjualan Rp 107,79 miliar, beban umum dan administrasi Rp 6,95 miliar, biaya keuangan Rp 1,06 miliar, penghasilan lainnya Rp 2,04 miliar, dan beban lainnya RP 3,99 miliar. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan pada 2023 sebesar Rp 80,34 miliar.

Laba itu turun 31,55 persen dibandingkan laba tahun berjalan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 117,37 miliar. Dari sisi aset perseroan sampai dengan 31 Desember 2023 turun menjadi RP 828,38 miliar dari Rp 860,1 miliar pada 2022. Liabilitas naik menjadi Rp 157,61 miliar pada 2023 dari RP 156,59 miliar pada 2022. Sementara ekuitas hingga akhir 2023 turun menjadi Rp 670,77 miliar dari Rp 703,51 miliar pada akhir 2022.

Pada perdagangan saham Kamis, 29 Februari 2024 pukul 14.25 WIB, saham KEJU turun 1,29 persen ke posisi Rp 1.150 per saham. Saham KEJU dibuka turun 10 poin ke posisi Rp 1.155 per saham.

Saham KEJU berada di level tertinggi Rp 1.160 dan terendah Rp 1.150 per saham. Total frekuensi perdagangan 23 kali dengan volume perdagangan 435 saham. Nilai transaksi Rp 50,3 juta.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Produsen Keju Prochiz Mulia Boga Raya Tebar Dividen 2022 Rp 112,5 Miliar

Sebelumnya diberitakan, emiten produsen keju Prochiz, PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) akan membagikan dividen tunai Rp 112,5 miliar untuk periode tahun buku 2022. 

Dividen tersebut setara dengan Rp 75 per saham. Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Jumat (14/4/2023), pembagian dividen tersebut sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Mulia Boga Raya  pada 12 April 2023.

Sementara itu, hingga 31 Desember 2022, laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak Rp 117,37 miliar, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya Rp 400,14 miliar serta total ekuitas senilai Rp 703,50 miliar.

JadwalCum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 27 April 2023

Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 28 April 2023

Cum dividen di pasar tunai: 2 Mei 2023

Ex dividen di pasar tunai: 3 Mei 2023

Recording date: 2 Mei 2023

Pembayaran dividen: 12 Mei 2023 

Pada penutupan perdagangan Jumat, 14 April 2023, saham KEJU naik 0,38 persen ke posisi Rp 1.310 per saham. Saham KEJU dibuka stagnan di posisi Rp 1.305. Saham KEJU berada di level tertinggi Rp 1.310 dan terendah Rp 1.300 per saham. Total frekuensi perdagangan 35 kali dengan volume perdagangan 889 lot saham. Nilai transaksi Rp 116 juta.

 

3 dari 4 halaman

20 Calon Emiten Antre di Pipeline IPO BEI hingga 17 Februari 2024

Sebelumnya diberitakan, minat pencatatan saham pada 2024 masih ramai. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Adapun hingga 16 Februari 2024, terdapat 18 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO itu sebesar Rp 3,38 triliun. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 20 perusahaan yang siap debut di Bursa.

Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor Industrials. “Hingga saat ini, terdapat 20 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, ditulis Minggu (18/2/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 2 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor basic materials

• 4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 0 Perusahaan dari sektor energy

• 0 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 6 Perusahaan dari sektor industrials

• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 3 Perusahaan dari sektor technology

• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

 

4 dari 4 halaman

Aset Perseroan

Bursa juga mengincar sejumlah perusahaan skala besar dengan aset di atas Rp 3 triliun untuk melantai di Bursa lewat penawaran umum perdana saham(initial public offering/IPO). Nyoman mengelompokkan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai lighthouse company atau perusahaan mercusuar.

"Tahun ini kita targetkan 3 lighthouse. Itu minimal dari jumlah total (target) pencatatan efek dari 200 menjadi 250 pencatatan," kata Nyoman pada pemberitaan Lipuan6.com sebelumnya.

Nyoman menjelaskan, perusahaan-perusahaan yang masuk kategori lighthouse, selain memiliki aset di atas Rp 3 triliun, yakni memiliki free float atau porsi saham yang dimiliki publik setidaknya 15 persen. Bursa sendiri terbuka untuk akomodasi kebutuhan pencatatan saham perusahaan mercusuar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.