Sukses

Wall Street Beragam, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Merosot Sambut Akhir Pekan

Wall street beragam pada perdagangan saham Jumat, 26 Januari 2024 waktu setempat. Indeks Dow Jones menguat sendirian.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 26 Januari 2024. Indeks S&P 500 melemah tipis jelang akhir pekan, tetapi mencatat kenaikan secara mingguan seiring data ekonomi terbaru menambah gambaran positif perekonomian.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (27/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah terbatas 0,07 persen ke posisi 4.890,97. Indeks Nasdaq tergelincir 0,36 persen ke posisi 15.455,36. Koreksi indeks Nasdaq terjadi seiring penurunan laba di Intel.

Indeks Dow Jones melawan tren dengan menguat 60,30 poin atau 0,16 persen ke posisi 38.109,43. Indeks Dow Jones mencatat posisi tertinggi sepanjang masa. Rata-rata indeks acuan tersebut kini meraih kenaikan lebih dari 100 persen dari posisi terendah akibat pandemi COVID-19.

Sesi perdagangan saham meski bervariasi pada perdagangan Jumat pekan ini, rata-rata indeks acuan utama mencatat kinerja positif selama sepekan. Indeks S&P 500 naik 1,1 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,9 persen dan indeks Dow Jones mendaki 0,7 persen.

Koreksi saham yang terjadi pada Jumat pekan ini mengakhiri kenaikan selama enam hari berturut-turut untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq. Sepanjang akhir sesi perdagangan Kamis pekan ini, indeks acuan S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi selama lima hari perdagangan berturut-turut,rekor terpanjang sejak November 2021.

Saham mendapatkan dorongan pekan ini seiring data ekonomi yang menggembirakan. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti Desember sejalan dengan perkiraan ekonomi dari bulan ke bulan, tetapi sedikit lebih rendah dari perkiraan secara tahunan berdasarkan data yang dirilis pada Jumat pekan ini. Ini adalah ukuran inflasi pilihan bagi the Federal Reserve (the Fed) yang menetapkan kebijakan moneter.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Investor Nilai Perekonomian Hindari Resesi

Laporan Personal Consumption Expenditure atau indeks harga belanja personal (PCE) pada perdagangan Jumat pekan ini muncul sehari setelah data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal IV.

Hal ini memperkuat harapan investor kalau perekonomian telah terhindari dari resesi yang mendalam.

“Semua data ekonomi baik PDB dan PCE bagus pekan ini. Itu menghibur semua orang. Dan menurut saya, hal itu menunjukkan kita masih berada dalam potensi goldilocks, di mana perekonomian sedikit melemah tetapi tetap positif,” ujar Chief Strategist Spouting Rock Asset Management, Rhys Williams.

Namun, aksi jual saham di antara beberapa saham terkenal akibat lappran laba membatasi kenaikan pekan ini. Produsen chip Intel anjlok hampir 12 persen pada Jumat pekan ini setelah menyebutkan prospek tahun fiskal kuartal pertama yang mengecewakan.

Saham KLA turun lebih dari 6 persen pada sesi tersebut setelah perusahaan semikonduktor tersebut membukukan panduan ringan pada kuartal ketiga tahun fiskal.

Sementara itu, saham American Express reli lebih dari 7 persen setelah menyediakan perkiraan laba setahun penuh yang lebih baik dari perkiraan. Hal ini membantu indeks Dow Jones mengurangi koreksi akibat penurunan Intel.

 

3 dari 4 halaman

Investor Tata Portofolio Obligasi

Di sisi lain, Tesla mencatat kinerja mingguan terburuk sejak Oktober, turun 13,6 persen pada periode tersebut. Saham turun setelah produsen kendaraan listrik itu membukukan pendapatan yang mengecewakan dan memperingatkan ada masalah pada 2024.

Sementara itu, investor tampaknya akan menata ulang portofolio obligasi pada tahun baru. Analis Bank of America Credit Strategist, Yuri Seliger mengatakan, dana kredit kelas tinggi mendapatkan arus masuk bulanan terbesar sejak Januari 2021.

“Aliran dana obligasi atau ETF cenderung mengikuti imbal hasil dengan jeda sekitar satu bulan. Oleh karena itu, kenaikan besar suku bunga selama November dan Desember telah menghasilkan arus masuk yang besar ke tingkat suku bunga yang tinggi pada Januari,” ujar Seliger.

Peralihan ke dana obligasi jenis ini dapat menjadi tanda investor bersedia keluar dari obligasi pemerintah dan pasar uang untuk menghadapi lebih banyak risiko, sekaligus persiapkan penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed).

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 25 Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 25 Januari 2024. Indeks S&P 500 menguat dalam enam hari berturut-turut. Pergerakan indeks saham acuan itu di tengah saham Tesla yang tertekan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (26/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,53 persen ke posisi 4.894,16, dan meraih rekor penutupan tertinggi sepanjang masa.

Indeks Dow Jones bertambah 242,74 poin atau 0,64 persen ke posisi 38.049,13. Indeks Nasdaq naik tipis 0,18 persen ke posisi 15.510, terbebani anjloknya saham Tesla usai rilis laporan keuangan.

Kenaikan meski tidak terlalu besar pada perdagangan Kamis pekan ini, indeks Nasdaq telah unggul pekan ini. Indeks Nasdaq bertambah 1,3 persen. Indeks S&P 500 menguat 1,1 persen, sedangkan indeks Dow Jones mendaki 0,5 persen.

Baik indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat selama enam hari perdagangan terakhir. Indeks S&P 500 ditutup ke rekor tertinggi selama lima sesi berturut-turut, rekor terpanjang sejak November 2021.

Di sisi lain, produk domestik bruto (PDB) menunjukkan ekonomi Amerika Serikat tumbuh 3,3 persen pada kuartal IV. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan prediksi ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 2 persen. Hal ini yang menekankan berlanjutnya ketahanan ekonomi meski ada kenaikan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed).

Pada laporan Kamis pekan ini juga mencakup data yang menggembirakan mengenai inflasi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi mencatat kenaikan kuartalan sebesar 2 persen ketika tidak termasuk makanan dan energi yang merupakan ukuran inti yang disukai the Fed ketika menilai inflasi. Inflasi umum hanya naik 1,7 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini