Sukses

Harapan Investor Wall Street Terkait Penurunan Suku Bunga The Fed Memudar, Ada Apa?

Saat ini, terdapat peluang The Fed untuk memangkas suku bunga atau mempertahankannya pada Maret.

Liputan6.com, Jakarta - Pejabat the Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) berencana untuk memangkas suku bunga pada 2024. Wall street memperkirakan pemotongan pertama akan dilakukan paling cepat pada Maret 2024.

Namun, harapan investor Wall Street terkait pemangkasan suku bunga ini perlahan memudar. Saat ini, terdapat peluang The Fed untuk memangkas suku bunga atau mempertahankannya pada Maret, berdasarkan laporan berjangka. 

Angka tersebut turun dari ekspektasi yang sekitar 70% pada beberapa minggu lalu, karena pasar gembira melihat inflasi terus mendekati target The Fed sebesar 2% sepanjang 2023.

Beberapa perkembangan dalam seminggu terakhir melemahkan optimisme investor terkait The Fed yang akan memangkas suku bunga. Para ekonom mengungkapkan kemungkinan penurunan suku bunga pada Maret bisa saja dikesampingkan oleh The Fed.

Gubernur Fed Christopher Waller, seorang pejabat berpengaruh di bank sentral, mengatakan dalam pidatonya pekan lalu tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.

"Ketika waktunya tepat untuk mulai menurunkan suku bunga, saya yakin penurunan suku bunga dapat dan harus dilakukan secara metodis dan hati-hati,” ujar dia, dikutip dari CNN Business, Senin (22/1/2024).

Dia senada dengan pejabat Fed lainnya yang baru-baru ini mengatakan memulai penurunan suku bunga pada Maret adalah hal yang tidak realistis.

Selain komentar para pejabat, data ekonomi terkini juga bukan pertanda baik bagi penurunan suku bunga pada Maret.

Penjualan ritel naik 0,6% pada Desember dibanding bulan sebelumnya, Departemen Perdagangan melaporkan pada Rabu pekan lalu, mengalahkan ekspektasi para ekonom dan menunjukkan orang Amerika Serikat masih mendorong perekonomian dengan belanja mereka.

Perekonomian yang melemah dengan cepat biasanya akan mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih cepat dan lebih agresif, sehingga data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan berarti tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga.

Pasar memperkirakan penurunan suku bunga dua kali lebih banyak tahun ini dibandingkan perkiraan pejabat Fed dalam proyeksi ekonomi terbaru mereka yang dirilis pada Desember.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Wall Street Melejit, Indeks S&P 500 Sentuh Rekor Tertinggi Tersengat Aksi Beli

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 19 Januari 2024. Indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat pekan ini seiring investor kembali membeli saham usai merosot dalam jangka pendek.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (20/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,23 persen ke posisi 4.839,81. Indeks S&P 500 melampaui rekor intraday sebelumnya dan penutupan tertinggi Januari 2022. Untuk pertama kali, indeks S&P mencapai rekor tertinggi intraday dalam dua tahun.

Sementara itu, indeks Dow Jones mencetak rekor pada akhir tahun lalu dengan menguat 395,19 poin atau 1,05 persen ke posisi 37.863,80. Indeks Nasdaq bertambah 1,7 persen ke posisi 15.310,97. Indeks Nasdaq 100 naik 1,95 persen, dan mencapai rekor tertinggi.

Tiga indeks acuan berada di wilayah positif pada 2024. Indeks Dow Jones berada di zona positif seiring reli pada perdagangan Jumat pekan ini.

Usai alami koreksi 19 persen pada 2022, indeks S&P 500 kembali bangkit pada 2023 dan membukukan kenaikan 24 persen seiring ekonomi yang berhasil melewati resesi yang diperkirakan banyak orang. Selain itu, inflasi turun ke tingkat yang dapat mendorong the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS untuk menghentikan kenaikan suku bunganya.

Tolok ukur tersebut hampir mencapai rekor setelah reli yang kuat pada kuartal IV. Akan tetapi, akhirnya gagal. Reli pasar berhenti sebentar untuk memulai 2024 karena investor merealisasikan keuntungan dari raksasa teknologi seperti Apple.

Namun, investor kembali membeli saham teknologi dalam beberapa hari terakhir. Seiring tonggak sejarah pada perdagangan Jumat pekan ini menegaskan pasar saham secara resmi berada dalam pasar bullish yang dimulai Oktober 2022, dan bukan hanya memantul dalam pasar bearish. Indeks S&P 500 naik lebih dari 35 persen sejak titik terendah tersebut.

 

 

3 dari 4 halaman

Investor Bertaruh pada Euforia Kecerdasan Buatan

Chief Portofolio Manager Northwestern Mutual Wealth Management, Matt Stucky menuturkan, dalam benak investor, perusahaan yang memimpin artificial intelligence atau kecerdasan buatan memiliki rangkaian produk yang berbeda dalam bidang teknologi yang sangat kuat untuk memimpin pasar.

“Gelombang ini terus berlanjut sepanjang sisa tahun lalu dan hingga 2024,” ujar Matt Stucky.

Sektor teknologi naik 2,35 persen pada perdagangan Jumat pekan ini dan lebih dari 4 persen selama sepekan, dan membawa sektor tersebut mencatat kinerja terbaik dalam indeks S&P 500.

“Apakah indeks pasar yang lebih luas dapat mempertahankan momentum pertumbuhannya pada 2024 akan menjadi pertanyaan apakah the Fed mampu melakukan soft landing atau tidak,” ujar Stucky.

Dia mencatat, pendorong pertumbuhan indeks S&P 500 pada 2023 terkait dengan kelipatan bukan laba. “Banyak kenaikan akibat perlambatan ekonomi, karena investor memperkirakan ada pemulihan. Jika pemulihan tersebut tidak terwujud, Anda harus mempertanyakan keberlanjutan tidak hanya mempertahankan level tertinggi baru, tetapi juga mencapai level tertinggi baru di luar itu,” ujar Stucky.

 

4 dari 4 halaman

Data Konsumen

Data konsumen baru pada perdagangan Jumat pekan ini menunjukkan konsumen menjadi lebih percaya diri terhadap ekonomi dan inflasi. The University of Michigan’s Survey of Consumers menunjukkan lonjakan 21,4 persen dari tahun ke tahun dan mencapai level tertinggi sejak Juli 2021.

Saham perusahaan asuransi Travelers naik 6,7 persen setelah membukukan penurunan laba. Saham Schlumberger menguat 2,2 persen, dan saham Ally Financial melonjak lebih dari 10 persen setelah melaporkan hasil kuartalan yang kuat dan penjualan unit bisnis ke Synchrony Financial.

Di sisi lain, saham Nvidia melonjak hampir 20 persen pada 2024. Pada pekan ini, saham Nvidia naik hampir 8 persen, dikalahkan oleh saham Taiwan Semiconductor yang naik hampir 14 persen pada pekan ini dan saham Advanced Micro Devices melonjak hampir 11 persen.

Pada rekor tertinggi di posisi USD 591,99, saham Nvidia melonjak 19,5 persen dibandingkan penutupan perdagangan pada 2023, saat melonjak 239 persen.

Berdasarkan FactSet, target harga rata-rata di wall street saham NVDA adalah USD 672, atau 14 persen di atas level perdagangan pada Jumat pekan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini