Sukses

Menelisik Prospek Saham Sektor Teknologi, Masih Cuan?

Berikut sejumlalh tanggapan analis terkait prospek saham teknologi pada semester II 2023. Salah satu faktor yang akan pengaruhi terkait suku bunga.

Liputan6.com, Jakarta - Prospek sejumlah saham sektor teknologi diyakini masih memiliki potensi positif ke depan. Hal ini didorong dengan kinerja yang mulai mengarah positif. Terlebih ada ekspektasi penurunan suku bunga oleh pelaku pasar juga bisa menjadi sentimen positif bagi sektor teknologi.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menilai saham teknologi akan kembali naik jika kinerja keuangan mulai positif. Bahkan, beberapa perusahaan teknologi juga menargetkan kinerja EBITDA yang positif pada 2023. 

"Kami merekomendasikan beli untuk saham ARTO dan BBHI mengingat kinerja keuangan yang sudah laba. Kami targetkan ARTO Rp 3,790 dan BBHI Rp 2,020," kata Abdul kepada Liputan6.com, ditulis Selasa (4/7/2023)

Sementara itu, Head of Research Mega Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menuturkan, pada Senin, 3 Juli 2023  ada rilis inflasi Indonesia yang kembali turun dan sesuai dengan target Bank Indonesia (BI). Hal ini makin memperkuat kemungkinan BI memangkas suku bunga pada 2023.

Menurut ia, saham-saham teknologi mayoritas memiliki porsi utang yang besar sehingga potensi penurunan suku bunga akan jadi sentimen positif yang akan meringankan beban keuangan perusahaan. 

"Apalagi dengan berbagai strategi efisiensi yang dilakukan ditambah dengan beban yang menurun bisa membuat profitability rate meningkat. GOTO buy TP 128, SL 108," kata dia.

Meski demikian, pengamat trading dan investasi Desmond Wira menilai saham teknologi tidak menarik dan tidak ada sentimen yang pengaruhinya.

"Di AS saham teknologi naik karena sentimen AI (Kecerdasan Buatan). Di Indonesia kan tidak ada perusahaan yang bergerak di bidang AI. Tidak mungkin sentimennya merembet," kata Desmond.

Dia juga bilang, sentimen positif work from home sudah habis. Kebanyakan perusahaan teknologi atau start up di Indonesia yang melantai di bursa belum meraih laba.

i\Ia merekomendasikan untuk menghindari saham teknologi. Sebab, sementara ini kinerja sektor teknologi di bawah indeks acuan.

Pada penutupan perdagangan awal semester II 2023, Senin, 3 Juli 2023, sektor saham teknologi turun 8,07 persen year to date (ytd) ke posisi 4.780,31. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kinerja IHSG pada Semester I 2023

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merah pada perdagangan akhir Juni 2023. IHSG melemah 0,04 persen dibanding ke posisi 6.661,879 dari penutupan sebelumnya.

Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), IHSG turun 2,76 persen sepanjang paruh pertama tahun ini. Praktisi Trading dan Investasi, Desmond Wira menilai, terdapat beberapa sentimen yang menyeret IHSG ke zona merah. Sentimen negatif terutama berasal dari sektor energi dan komoditas yang terpuruk seiring turunnya harga energi dan komoditas.

"Kemudian ditambah China mempertimbangkan untuk mengakhiri pelarangan impor batu bara dari Australia. Sebelumnya permintaan batu bara ke China didongkrak sentimen ini. Sehingga harga energi termasuk batu bara melonjak gila-gilaan satu dua tahun lalu," ujar Desmond kepada Liputan6.com, Kamis (29/6/2023).

Ia menilai, secara umum sektor transportasi memimpin penguatan. Sedangkan sektor yang mengalami koreksi adalah sektor energi dan basic material. Sebagai gambaran, sektor transportasi atau IDX sector transportation & logistic telah naik 14,37 persen pada semester I tahun ini. Sedangkan IDX sector energy susut 23,76 persen dan IDX sector basic materials susut 18,35 persen.

Sepanjang semester I 2023, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 16,20 triliun. Kapitalisasi pasar menyentuh Rp 9.459 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI yang mencapai Rp 1.117 triliun. Lalu disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 814 triliun, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar Rp 517 triliun.

Selanjutnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 480 triliun, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 396 triliun.Di sisi lain, transaksi perdagangan merosot. Volume perdagangan saham susut menjadi 18,51 miliar saham, nilai transaksi menjadi Rp 10,34 triliun, dan rata-rata transaksi harian saham 1.184.594 kali.

 

3 dari 3 halaman

Proyeksi IHSG pada Semester II 2023

Untuk sisa paruh kedua tahun ini, Desmod mengamati belum ada sentimen kuat yang signifikan dari dalam negeri. Ditambah, pelaku pasar akan cenderung wait and see jelang pemilu 2024.

Selain itu di paruh pertama 2023 dampak positif dari penguatan pasar saham dunia juga tidak berpengaruh pada IHSG. Di sisi lain, sentimen dari ekonomi dunia juga perlu dicermati. Ekonomi China cenderung melemah. Ekonomi AS terlihat kuat tetapi sebenarnya keropos. Sementara Ekonomi Eropa masih terganggu inflasi.

"Kemungkinan sentimen negatif ekonomi dunia bisa menjadi pemberat kenaikan IHSG. Perkiraan saya, IHSG kemungkinan cenderung sideways cenderung koreksi di paruh kedua tahun 2023. Jika terjadi koreksi, pelaku pasar disarankan mencermati level support 6.500-an. Level ini sudah sering diuji, dan secara psikologis kalau tembus ke bawah kemungkinan besar berdampak negatif pada IHSG. Saran saya lebih berhati-hati di paruh kedua 2023," tutur Desmond.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini