Sukses

Harga BBM Naik, Sektor Ini Berpotensi Masih Moncer

Ekonom menuturkan, harga BBM naik bakal dorong inflasi dan pertumbuhan ekonomi melambat.

Liputan6.com, Jakarta - Chief of Economist Bank Permata Joshua Pardede menuturkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dapat dorong inflasi di kisaran 6,6 persen pada 2022.

"Dapat kami sampaikan dengan kenaikan BBM, kami perkirakan kenaikan harga tersebut akan mendorong inflasi kira-kira sekitar pada tambahan 2 persenan dari 4,6 persen. Jadi, kita melihat bahwa untuk inflasi akan ada di kisaran 6,6 persen pada tahun ini,” kata Joshua dalam paparan publik BNLI 2022, Selasa (6/9/2022).

Dia menambahkan, inflasi inti juga cenderung meningkat salah satunya karena kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah.

"Di mana inflasi inti cenderung meningkat, karena efek kenaikan harga pemerintah dan harga yang bergejolak. Kami melihat ada potensi BI mulai pengetatan kebijakan moneter dengan menaikan suku bunganya tahun ini dalam kisaran 4,5-4,7 persen,” ujar dia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diprediksi melambat pada 2022.

“Pertumbuhan ekonomi kami perkirakan tahun ini relatif terbatas. Namun, di tahun depan dampak kenaikan harga BBM cenderung mendorong perlambatan ekonomi 2023 be 4,9 persen di tahun ini di kisaran 5 persen,” kata dia.

Meskipun di tengah kondisi seperti ini, terdapat sejumlah sektor yang masih prospektif, yakni manufaktur, pertanian, dan perdagangan UMKM.

“Sektor manufaktur, pertanian dan perdagangan UMKM,” pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga BBM Naik, Pertalite Jadi Rp 10.000, Solar Rp 6.800 dan Pertamax Rp 14.500 per Liter

Sebelumnya,  Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Negara.

"Pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM subsidi," kata Menteri ESDM Arifi Tasrif.

Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter 

"Harga BBM naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.

Kenaikan harga baru ini berlaku mulai hari ini 3 September 2022 pukul 14.30 WIB. 

3 dari 4 halaman

Harga BBM Naik Mulai Hari Ini 3 September 2022 Pukul 14.30 WIB

Sebelumnya, kenaikan harga BBM akhirnya diumumkan pemerintah. Harga BBM yang naik meliputi BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar serta BBM nonsubsidi yaitu Pertamax.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan, kenaikan harga BBM untuk ketiga jenis bahan bakar minyak ini berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

"Ini berlaku 1 Jam sejak saat diumumkan penyesuaian harga dan akan berlaku pada 14.30 WIB," kata dia di Istana Kepresidenan, Sabtu (3/9/2022).

Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter 

"Harga BBM Pertalite naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.

4 dari 4 halaman

Harga BBM Naik, Apindo Yakin Inflasi Dapat Tetap Terjaga

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak membuat produsen langsung menaikkan harga produk. Adapun kenaikan harga BBM bersubsidi, Apindo mengatakan, hal tersebut sudah diperhitungkan oleh pemerintah untuk menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Kami melihat hal wajar (naikkan harga BBM subsidi-red) karena APBN tidak bisa (tahan-red) terlalu lama. Memang wajar, dari asumsi USD 60 per barel menjadi USD 109 per dolar, APBN tidak kuat,” ujar Haryadi Sukamdani saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (3/9/2022).

Ia mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi dapat pengaruhi inflasi. Namun, Haryadi melihat inflasi akan relatif terjaga karena produsen tidak dapat langsung menaikkan harga. “Inflasi relatif. Bicara menjaga daya beli, tidak bisa menaikkan harga semaunya,” kata dia.

Haryadi menambahkan, jika memang ada kenaikan harga dari produsen makanan minuman pun tidak akan terlalu besar. “Tidak bisa naikkan sembarangan. Jalur distribusi perlu diperhatikan,” kata dia.

Selain itu, ia yakin inflasi akan terjaga seiring tidak ada momentum yang dapat mendorong permintaan masyarakat lebih besar. Ia pun menekankan agar pemerintah dapat menjaga pasokan bahan baku sehingga inflasi terjaga. “Tidak ada momentum permintaan bisa besar seperti Idul Fitri. Tidak ada apa-apa. Menurut saya inflasi terkendali. Tidak ada hal yang drive harga itu menjadi naik, tidak ada momentum,” kata Haryadi.

Haryadi pun berharap pemerintah dapat menyalurkan subsidi tepat sasaran sehingga masyarakat yang rentan terhadap dampak kenaikan harga BBM dapat terjaga. Salah satunya dengan menerapkan subsidi BBM tertutup.  “Selama ini subsidi terbuka. Pemerintah harus mengubah jadi tertutup, oemerintah harus lakukan ini. Ke depan kalau hal ini terjadi lagi bisa fokus,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.