Sukses

Regulator Dikabarkan Minta Didi Delisting dari Bursa Saham New York

Pengawas teknologi China menginginkan Didi keluar dari New York Stock Exchange karena khawatir tentang kebocoran data pribadi.

Liputan6.com, Jakarta - Regulator China meminta pejabat eksekutif Didi Global Inc untuk menyusun rencana penghapusan saham perusahaan dari daftar bursa Amerika Serikat (AS). Hal ini pertama kali dilakukan sehingga memicu kekhawatiran investor, Beijing kembali perketat industri teknologi raksasa.

Pengawas teknologi China menginginkan perusahaan keluar dari New York Stock Exchange karena khawatir tentang kebocoran data pribadi. Cyberspace Administration of China, badan yang bertanggung jawab atas keamanan data di negara itu,  mengarahkan Didi untuk menyusun rincian yang tepat. Namun langkah ini masih menunggu persetujuan pemerintah.

Proposal dalam tahap pertimbangan termasuk privatisasi langsung atau float saham di Hong Kong diikuti oleh delisting dari AS. Jika privatisasi berlanjut, saham kemungkinan akan diperdagangkan seharga IPO USD 14. Nilai ini lebih rendah daripada penawaran umum perdana pada Juni.

Menurut sumber yang tidak mau disebutkan, ini dapat memicu tuntutan hukum atau resistensi pemegang saham. Demikian dilansir dari yahoo finance, ditulis Sabtu (27/11/2021).

Jika ada pencatatan sekunder di Hong Kong, harga IPO mungkin akan mendapat potongan harga dari harga saham di AS menjadi USD 8,11 pada penutupan perdagangan pada Rabu, 24 November 2021. Saham SoftBank Group Corp, pemegang saham minoritas terbesar Didi, turun lebih dari 5 persen di Tokyo.

Perundingan terus berlanjut dan berpotensi regulator akan menarik kembali permintaan dislisting. Pilihan mana pun akan memberikan pukulan telak bagi raksasa ride-hailing yang memgantongi IPO AS terbesar sejak Alibaba Group Holding Ltd. pada 2014.

Perwakilan Didi dan Codex Alimentarius Commission (CAC) tidak menanggapi permintaan komentar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Aksi Pencatatan Saham Didi Memicu Kemarahan Regulator

Tindakan Didi melanjutkan perdagangan saham di bursa New Yok pada musim panas memicu kemarahan Beijing. Meskipun ada permintaan peraturan untuk memastikan keamanan datanya sebelum IPO.

Regulator China dengan cepat melakukan beberapa penyelidikan terhadap perusahaan. Pemerintah pun sedang mempertimbangkan berbagai hukuman yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Delisting dinilai sebagai bagaian dari paket hukuman bagi Didi. Pemerintah Beijing telah mengusulkan investasi di perusahaan yang akan memberikan kontrol efektif kepada perusahaan milik negara. Investasi tersebut dapat membantu Didi membiayai pembelian kembali sahamnya yang diperdagangkan di AS.

Saat ini, Didi dikendalikan oleh tim manajemen dari salah satu pendiri Cheng Wei dan Presiden Jean Liu, yang menerima suara agregat 58 persen setelah IPO perusahaan di AS. SoftBank dan Uber Technologies Inc. merupakan dua pemegang saham besar di perusahaan Didi.

Jika Didi menggeser listingnya ke Hong Kong, perusahaan harus mengatasi masalah keamanan data yang telah menarik pengawasan peraturan. Perusahaan mungkin harus menyerahkan kendali datanya kepada pihak ketiga dan berimbas pada penyusuan harga.

3 dari 4 halaman

Delisting Perusahaan

Regulator Beijing telah mempertimbangkan delisting untuk Didi sejak musim panas. Usai perusahaan ride-hailing terbesar di dunia itu membuat marah pejabat dengan melanjutkan IPO di AS.

Penarikan dari bursa AS dapat memicu kekhawatiran akan eksodus perusahaan China mengingat Washington dan Beijing bertengkar terkait akses ke pembukuan perusahaan yang terdaftar.

Pada Kamis, 25 November 2021, seorang pejabat senior regulasi China mengatakan penghapusan daftar tersebut akan menjadi kemunduran bagi hubungan China dengan AS. Dia pun seraya menawarkan dukungan luas untuk Hong Kong sebagai tempat alternatif.

Didi pernah dinobatkan karena mengalahkan Uber, kini berbalik menjadi ujian bagi upaya pemerintah China demi mengekang kekuatan raksasa internet. Pemerintahan Xi Jinping, yang memiliki visi untuk berbagi kekayaan atau "kemakmuran bersama".

Untuk mewujudkannya, pemerintah menargetkan sektor internet guna mengumpulkan keuntungan besar dengan beroperasi di pinggiran hukum. Sehingga dapat mencetak miliarder dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memperkaya investor lokal dan asing.

4 dari 4 halaman

Baru Pertama di China

Tindakan privatisasi dari regulator kepada perusahaan swasta seperti Didi tidak pernah terjadi sebelumnya. Jelas mempertegas pemerintah China tetap bertekad untuk membatasi kekuatan perusahaan internet negara itu.

Pemerintah pun membuka data dan kekayaan yang ditimbun selama satu dekade ekspansi yang memabukkan. Ini akan mengirimkan sinyal mengerikan kepada investor Amerika, yang sudah lama terbiasa berinvestasi secara bebas di perusahaan terbesar China dari Alibaba hingga Baidu Inc. dan JD.com Inc.

Langkah Beijing terhadap Didi terbilang cukup  keras, bahkan setelah tindakan ini secara tersirat menghukum yang Alibaba dan Tencent Holdings Ltd.

Cyberspace Administration of China melihat keputusan IPO Didi sebagai tantangan bagi otoritas pemerintah pusat, yang menyebabkan CAC, Kementerian Keamanan Publik, Kementerian Keamanan Negara dan beberapa lembaga lainnya memulai inspeksi di tempat di kantor Didi pada Juli.

Sejak itu telah terjerat oleh penyelidikan ke dalam keamanan data dan cara memperlakukan jutaan driver. Banyak opsi yang dipertimbangkan Beijing melibatkan penegasan kembali kontrol negara atas perusahaan yang secara tradisional beroperasi di zona abu-abu legal.

 

Reporter: Ayesha Puri

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.