Sukses

Gaza Monolog Bandung, Rapalan Doa untuk Saudara di Palestina (Bagian II)

"Saya percaya doa itu tidak jauh, mendekatkan antara kita".

Liputan6.com, Bandung - Ibarat burung dongeng phoenix yang cemerlang merah, bangkit dan terbang kembali dari abunya seusai hangus terbakar. Begitu kiranya penggambaran Teater Ashtar atas semangat program Gaza Mono-Logues.

Pada 2010 silam, kelompok teater nirlaba yang kini mukim di Jalan Al Irsal, Ramallah, itu mengajak anak-anak belasan tahun di Palestina untuk mencatat pengalaman pribadi mereka ketika perang. Ada sebanyak 33 anak yang terlibat, tulisan mereka kemudian dihimpun menjadi naskah The Gaza Mono-Logues.

Pada rentang 2008-2010 diketahui terjadi sejumlah agresi militer yang dilancarkan Israel, di antaranya adalah operasi yang disebut sebagai Operation Cast Lead, serangan selama 22 hari di Jalur Gaza. Naskah-naskah itupun memuat kesaksian dan pemaknaan mereka yang selamat dari pengepungan tersebut.

Meski diliputi kesedihan dan trauma, salah satu inisiator Gaza Mono-Logues dari Teater Ashtar, Iman Aoun mengatakan, anak-anak di Gaza mempunyai suara selain tangisan dan rintihan. Lewat tulisannya, anak-anak itu tengah menegaskan bahwa mereka berhak hidup dengan kondisi yang lebih baik, tanpa pengepungan dan penjajahan.

"The Gaza Mono-Logues adalah sebuah pertunjukan yang lahir dari keyakinan kami, bahwa memerdekakan tanah (Gaza) mesti juga dimulai dengan membebaskan pikiran," katanya dalam catatan mukadimah Gaza Mono-Logues.

Sementara, salah seorang anak Palestina yang menyumbangkan catatannya di Gaza Mono-Logues, Amjad Abu Yassin mengatakan, inisiatif tersebut telah membantunya untuk mengekpresikan diri, bagian penting dari pemulihan batinnya dari pengalaman perang.

"Sebuah proyek ekspresi diri, untuk menyalurkan energi negatif melalui tulisan tentang perasaan kami selama, sebelum, dan setelah perang," katanya dalam film dokumenter The Gaza Monologues, Ten Years and The Dreams Continues.

Monolog Gaza tidak hanya dipentaskan oleh para penulisnya di Gaza. Dibantu jejaring komunitas teater di negara-negara lain, naskah tersebut dipentaskan di banyak negara dalam terjemahan bahasanya masing-masing.

Merujuk catatan Teater Ashtar, pada 17 Oktober 2010, monolog Gaza telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa, dibacakan secara serentak di 36 negara seperti Yunani, Belgia, Zimbabwe, Perancis, Inggris, dan lainnya.

Di tahun yang sama, tepatnya pada Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina yang biasa diperingati setiap tanggal 29 November, monolog Gaza dibacakan oleh 22 aktor muda dari sejumlah negara di kantor pusat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat. Mereka mewakili para penulis yang saat itu dilarang keluar dari Gaza akibat blokade militer Israel.

Sejak awal hingga kini, Gaza Mono-Logues terus bergulir sebagai suatu gerakan global, seruan solidaritas dan juga galangan dana, khususnya bagi rakyat Palestina dan umumnya bagi perdamaian dan kemanusiaan, melalui kerja seni pertunjukan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terus Bergulir

Pada Ramadan 2024 ini, surat phoenix dari anak-anak Palestina itu beterbangan dan hinggap menyampaikan salam di Bandung, sebuah kota yang juga menyimpan catatan sejarah tentang gerakan kemerdekaan internasional bangsa-bangsa Asia-Afrika.

Teater Samana (Bandung) bersama Forum Teater Kampus Bandung dan Sekitarnya (FTKBS), atas kerjasama dengan Teater Ashtar, menginisiasi Gaza Monolog Bandung. Kegiatan itu berupa parade dramatic reading 33 naskah Gaza Mono-Logues.

Dihelat selama tiga hari di kampus Universitas Islam Bandung (8/3/2024), Gelanggang Olah Rasa (14/3/2024), dan Abraham & Smith HQ (19/3/2024). Secara keseluruhan, ada sekitar 50 orang dari 14 komunitas yang turut berpartisipasi dalam pembacaan Gaza Monolog Bandung.

Manajer Program Gaza Monolog Bandung, Ida Bagus Utta, berharap parade ini jadi upaya bersama untuk merawat kesadaran bahwa di Palestina penjajahan masih berlarut dan terus menimbulkan banyak korban jiwa.

Ashtar Theatre, kata Utta, mempersilakan negara-negara yang telah berjejaring untuk menggelar kegiatan serupa dengan teks terjemahannya masing-masing.

"Kebetulan juga kita jadi salah satu yang diminta untuk menggelar ini," katanya.

Sejak Desember 2023 lalu, pembacaan Gaza Mono-Logues sudah berlangsung di beberapa kota lain di Indonesia seperti Jakarta, Riau, dan Yogjakarta.

Tidak hanya di Indonesia, pada rentang 2023-2024, Gaza Mono-Logues pun masih terus dibacakan oleh banyak kolektif di negara-negara lain seperti Jerman, Itali, Norwegia, Mesir, india, hingga Amerika Serikat.

Seperti kata Iman Aoun 14 tahun silam, "Gaza Mono-Logues akan terus menyuarakan suara mereka yang selama ini tidak terdengar, sampai keadilan itu ditegakkan".

 

3 dari 3 halaman

Salam dan Doa dari Bandung

Debora Violin dari kolektif Gelanggang Olah Rasa, menjadi salah seorang pembaca pada gelaran Gaza Monolog Bandung di kampus Universitas Islam Bandung (8/3/2024). Ia membacakan naskah nomor 23 yang ditulis oleh Mahmud Bala’wi, Ash Shati' Camp.

Menurut laporan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina di Tepi Barat (UNRWA), ada sekitar 8 kamp pengungsian di Jalur Gaza yang masuk dalam wilayah kerja mereka. Satu di antaranya adalah kamp pengungsian Ash Shati atau yang juga disebut Beach Camp karena letaknya dekat pantai.

"Dalam naskah Ash Shati, Mahmud memimpikan laut. Ia selalu membayangkan dirinya bisa berlayar ke penjuru dunia. Tapi, bayangan itu selalu berakhir di kamarnya di kamp pengungsian," kata Debora kepada Liputan6.com.

Kamp Ash Shati terletak di garis pantai Laut Mediterania, menjadi tempat bagi ratusan ribu pengungsi, termasuk mereka yang mengungsi akibat penggusuran yang dilakukan Israel demi program pelebaran jalan.

Media lokal Al-Aqsa sempat melaporkan bahwa pada Oktober 2023 lalu, kamp pengsungsian Ash Shati telah menjadi target serangan jet tempur Israel. Dalam serangan itu, Israel diduga memakai bom fosfor, bom yang bisa memicu luka bakar hingga kematian akibat keracunan, juga menyebabkan cacat permanen.

Dalam sebuah unggahan di media sosial, dikabarkan bahwa Mahmud Bala’wi turut terdampak, bangunan tempat tinggalnya kini telah hancur akibat serangan tersebut.

"Kenapa saya mau terlibat di monolog Gaza ini? Karena perform tadi adalah wujud doa. Selain turut mengabarkan Gaza lewat pembacaan monolog, yang bisa saya lakukan untuk Palestina sekarang adalah memang berdoa. Saya percaya doa itu tidak jauh, mendekatkan antara kita," kata Debora.

 

Pembaca lain pada Gaza Monolog Bandung adalah Zahra Asy-Syifa Ayu Putri dari Teater Djati, Universitas Padjadjaran. Ia membacakan naskah nomor 30 yang ditulis Yasmeen Abu Amer di Al Shujaiya.

Dalam tulisannya, Yasmeen menyampaikan harapannya tentang mati dalam kondisi yang baik, tubuh yang utuh.

"Masalah terbesarnya adalah bila aku mati terhantam rudal, tubuhku akan hancur menjadi 100 bagian, sedangkan aku ingin mati dalam satu tubuh yang utuh. Ya, Gaza dan impiannya. Impian kami adalah mati dalam kondisi yang baik, bukan menjalani hidup yang baik," kata Yasmeen dibacakan Zahra  pada Gaza Monolog Bandung hari kedua, (14/3/2024).

Zahra mengaku, termasuk orang yang aktif mengikuti pemberitaan soal Gaza. Bersama neneknya, Zahra sempat turut dalam gelombang aksi demontrasi bela Palestina bersama ratusan ribu massa di Monas, Jakarta, 5 November 2023 lalu.

Selain itu, keluarga Zahra juga ikut aktif dalam gerakan boikot produk yang terafiliasi atau turut digunakan untuk pembiayaan aktivitas militer Israel.

Diketahui dari laporan jurnalis Al-Jazeera, Ismael al-Ghoul, sebagain wilayah di distrik Shujaiya itu telah hancur akibat serangan Israel pada 2 Desember 2023.

Bom jet tempur Israel menyasar 50 rumah. Pihak militer mengklaim, serangan itu dilakukan untuk memburu seorang komandan Hamas. Lebih dari 300 orang dilaporkan menjadi korban jiwa serangan tersebut, sebagian besar dari mereka terjebak di reruntuhan.

"Aku dari sini rasanya baru bisa ikut boikot. Ikut bantu sebarin kabar lewat dramatical reading ini, berharap kita makin aware sama keadaan di Gaza. Baru bisa ikut doa, berharap yang terbaik bagi mereka," kata Zahra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.