Sukses

Sebelum Nyoblos ke TPS, Ulama Sukabumi: Salat Istikharah dan Dzikir Dulu!

Salah seorang tokoh ulama di Pondok Pesantren Dzikir Al Fath mengajak warga untuk tidak golput, dan panjatkan doa sebelum nyoblos ke TPS.

Liputan6.com, Sukabumi - Sehari menjelang Pilpres Pemilu 2024, salah seorang ulama di Kota Sukabumi KH Fajar Laksana mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.

Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath Sukabumi, KH Fajar Laksana mengatakan, masyarakat perlu menggunakan hak pilihnya pada pesta demokrasi tahun ini yang akan memilih calon pemimpin negara dan wakil rakyat.

"Kami dari ulama berharap jangan ada golput tetap harus memilih dari tiga calon harus dipilih jangan golput kalau golput berarti pertama tidak menggunakan hak kita sebagai warga negara artinya kita ini diberikan hak dan ambil hak kita,” kata KH Fajar saat ditemui, Selasa (13/2/2024).

“Kalau kita tidak memilih berarti kita tidak menentukan calon pemimpin kita sehingga itu menyebabkan kita tidak mendukung proses pembangunan," sambungnya.

Menurutnya, Pemilu dilaksanakan oleh pemerintah dengan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. Sehingga dia menilai, apabila warga memilih untuk golput tak jauh berbeda seperti tak mempedulikan dana tersebut.

"Negara ini mengeluarkan biaya triliunan untuk melakukan Pemilu untuk memilih pemimpin lalu kemudian masyarakatnya umatnya tidak memilih, artinya seperti tidak mendukung pembangunan. Kita berarti tidak memanfaatkan dana dari masyarakat itu sendiri," ujarnya.

Untuk mencegah golput, karena itu dia menyarankan kepada warga beragama Islam yang belum memiliki pilihan, untuk melaksanakan sholat istikharah dan dzikir. Hal itu bisa jadi upaya agar mempunyai keyakinan dalam mencoblos pilihannya.

"Kemudian kalau kita merasa belum punya keyakinan penuh pada setiap calon, saya sebagai ulama menganjurkan yaitu cara memilih yang baiknya agar timbul ketenangan supaya kita yakin dalam memilih kalau kita masih ragu-ragu bingung daripada bingung menjadi golput," tutur dia.

Dia menyarankan, sebelum berangkat ke TPS supaya jadi nilai ibadah jika masih ada keraguan agar melaksanakan shalat sunat Istikharah dua rakaat. Kemudian dibarengi dengan dzikir saat tiba di TPS, hal itu menurutnya akan mempermudah menentukan pilihan.

“Kemudian kalau mau berdoa saya anjurkan membaca doa Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil cukup Allah lah yang memberikan pertolongan. Datang ke TPS lalu dzikir dalam hati kemudian pejamkan mata, rasakan siapakah hati ini memilihnya apakah 01,02,03, dzikir kepada Allah, Insyaallah dapat hidayah Allah. Insyaallah pasti hati kita enggak bohong hati kita menentukan si anu, nah pilih lah," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jadi Lokasi TPS Khusus untuk Para Santri

Imbauan tersebut juga diperuntukkan bagi santri yang ada di pondok pesantrennya, sebab dalam Pemilu kali ini pihaknya juga membuka tempat pemungutan suara (TPS) khusus bagi santri pemilih yang berjumlah 600 lebih dari 24 provinsi pada Pemilu 2024.

"Karena kami tidak mempunyai kemampuan memilih menilai, karena kami di daerah kami tahunya di berita, maka cara memilih yang terbaik serahkan kepada Allah, biarkan hati nurani kita yang menunjuki. Saya sampaikan kepada para santri begitu," kata dia.

Pihaknya memastikan sejauh ini tidak ada intervensi dari pihak manapun kepada pondok pesantren di Sukabumi ini untuk memilih salah satu pihak demi menjaga netralitas di tempat pendidikan dan ibadah.

"Ketiga tokoh ini ada tokohnya langsung, ada perwakilannya datang ke sini semuanya dan kita di pondok ini lembaga yang independen kita mendoakan semuanya dan kami menyampaikan bahwa di TPS khusus di Pesantren Dzikir Al Fath untuk santri dari luar kota, tidak ada dari pihak manapun yang mengintervensi apalagi ngasih duit suruh milih, ga ada," tuturnya.

Dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk saling menghargai pilihannya masing-masing dalam pesta demokrasi kali ini sehingga Pemilu bisa berjalan damai dan kondusif.

"Kami dari sisi tokoh ulama berharap semua masyarakat bisa menjaga adanya perbedaan bukan menjadi suatu permusuhan. Dalam era demokrasi, perbedaan antara umat pasti terjadi dalam memilih. Tapi perbedaan itu adalah suatu kewajaran dan perbedaan itu jangan dijadikan ajang permusuhan dan perselisihan, jaga NKRI siapapun pilihannya," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.