Sukses

Fenomena Maraknya Badut Jalanan di Gorontalo, Potret Meningkatnya Pengangguran?

Menurutnya, meski hanya dengan bermodalkan kostum badut jalanan yang dibelinya secara online pendapatnya sangat lumayan. Akan tetapi dirinya tidak mau membeberkan rincian pendapatan per hari.

Liputan6.com, Gorontalo - Akhir-akhir ini, banyak sekali badut jalanan yang muncul di Kota Gorontalo. Para badut yang mengenakan kostum dengan dengan wajah tertutup ini, kerap sekali ditemui di Kota Gorontalo.

Hampir di seluruh persimpangan jalan, para badut berdiri. Dengan speaker portable di dekatnya, badut sering kali bergoyang diiringi alunan musik.

Sesekali badut-badut itu mengayunkan wadah kecil layakya kotak amal kepada siapapun yang melintas. Sesekali juga mereka menarik perhatian anak-anak saat melintas dan berhenti di lampu merah.

Fenomena badut jalanan di tanah serambi madinah ini, baru muncul beberapa bulan terakhir. Entah apa motifnya, badut jalanan di Kota Gorontalo ini, makin hari makin bertambah.

Akhirnya Liputan6.com mecoba menyapa salah satu badut dengan kostum pemeran kartun anak-anak. Dari balik kostum itu dirinya mengaku, hanya dengan cara itulah dirinya memberi nafkah keluarga.

Sebab, kata dia, mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga sangatlah susah. Hingga akhirnya mereka mau bekerja menjadi badut penghibur.

"Cari kerja susah sekarang, kebutuhan keluarga meningkat dan bahan pokok terus naik," kata salah satu badut di persimpangan lampu merah Kota Gorontalo yang enggan menyebutkan namanya.

Menurutnya, meski hanya dengan bermodalkan kostum badut yang dibelinya secara online, pendapatnya sangat lumayan. Akan tetapi dirinya tidak mau membeberkan rincian pendapatan per hari.

"Pokoknya lumayan lah, daripada tidak ada pekerjaan mending saya jadi badut tapi kebutuhan terpenuhi," katanya.

Ia bercerita, sebelum menjadi badut jalanan, pria itu mengaku sempat kerja di sebuah toko. Namun karena pandemi Covid-19, toko tersebut harus mengurangi tenaga kerja yang pada akhirnya harus mengeluarkannya.

Setelah terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), kemudian dirinya bekerja menjadi buruh bangunan. Meski mendapat upah lumayan, tetapi jadi buruh bangunan tidak selamanya bekerja.

"Kalau jadi buruh bangunan, ketika proyek selesai maka kita juga berhenti bekerja. Nah, selama berhenti itu kita pasti pusing bagaimana anak istri bisa makan," ungkapnya.

 

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bukan Pengemis

Munculnya badut jalanan ini membuat sejumlah orang berspekulasi bahwa mereka adalah pengemis dengan modus baru. Padahal, badut jalanan itu hanya menawarkan hiburan.

"Banyak yang bilang kami mengemis. Dengan penuh kerendahan hati sampaikan kepada mereka itu keliru. Kami menawarkan jasa bukan meminta," tugasnya

Dengan bergoyang mengikuti alunan musik dari speaker portable yang mereka bawa, semata untuk menghibur masyarakat pengguna jalan. Mereka tidak harus memasang tarif berapa yang harus diberikan.

"Kalau ada yang memberikan, yah Alhamdulillah. Tapi kalau tidak ada, kami juga tidak minta. Seperti pengamen jalanan yang menawarkan hiburan, itu saja," imbuhnya.

Fenomena badut jalanan, sedikitnya memberikan gambaran betapa banyaknya pengangguran di Gorontalo. Mereka terpaksa menjadi badut agar dapur bisa mengepul untuk kebutuhan keluarga.

3 dari 3 halaman

Pengangguran Terbuka di Gorontalo

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per februari 2023 sebesar 3,07 persen atau mengalami penurunan 0,18 persen poin dibandingkan Februari 2022 dan mengalami penurunan 0,34 persen poin jika dibandingkan Februari 2021.

Penduduk yang bekerja sebanyak 622.929 orang, naik 34.782 orang dari Februari 2022. Lapangan pekerjaan utama di Gorontalo pada kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta kategori Perdagangan Besar Eceran, Transportasi, Penyimpanan, Akomodasi dan Layanan Makanan sebesar 387.821 jiwa atau mencapai 62,26 persen.

Selain itu ada sekitar 435.281 orang (69,88 persen) yang bekerja pada kegiatan informal, juga naik 7,65 persen poin dibanding Februari 2022. Persentase setengah penganggur naik 3,25 persen poin dan pekerja paruh waktu turun 4,61 persen poin dibandingkan Februari 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.