Sukses

Citarasa Manado Melebur dalam Sekeping Pastry: Keunikan dan Kenikmatan Kue Panada

Kota Manado, sebuah destinasi kuliner yang menggiurkan di utara Pulau Sulawesi, Indonesia, menawarkan pengalaman kuliner yang kaya dan beragam.

Liputan6.com, Jakarta - Manado, kota menawan yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi, Indonesia, terkenal dengan kuliner khasnya yang beragam rasa dan tradisinya.

Salah satu daya tarik utamanya adalah kue Panada, sebuah kue kering yang menghadirkan harmoni unik antara daging dan sayuran di setiap gigitannya. Kue panada merupakan cerminan lezatnya perpaduan budaya dan cita rasa Manado.

Dengan kulit yang renyah dan isian yang montok, Kue Panada memikat lidah dengan cita rasa yang tak terlupakan. Biasanya diisi dengan campuran daging babi atau ikan, dipadukan dengan bumbu lokal dan sayuran segar seperti wortel, kacang panjang, dan jagung manis, siomay ini menciptakan harmoni rasa yang menawan.

Kemampuan Kue Panada dalam memadukan berbagai unsur menjadi satu kesatuan yang nikmat mencerminkan keanekaragaman budaya dan alam Manado sendiri.

Saat berkunjung ke Manado, mencicipi Kue Panada merupakan pengalaman yang sayang untuk dilewatkan. Tak hanya memuaskan selera, kue ini juga mendekatkan pengunjung dengan warisan budaya dan kuliner yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam keseharian masyarakat Manado.

Di setiap gigitannya, kuliner kue panada mengajak kita menemukan cita rasa dan sejarah di baliknya, memperkaya pengalaman wisata kuliner di kota yang penuh cita rasa dan keunikan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Asal-Usul Kue Panada

Meski panada merupakan jajanan tradisional, ternyata terdapat sejarah panjang asal muasal kue tersebut.

Awalnya panada ternyata berasal dari Spanyol. Panada diyakini berasal dari Galicia, wilayah otonom Spanyol.

Di Spanyol, panada disebut empanada. Menurut informasi yang dihimpun oleh Liputan6.com, empanadas atau panada berasal dari kata empenar yang artinya membungkus atau menutupi kue. Galicia, wilayah otonom Spanyol konon merupakan asal muasal Panada atau empenada.

Hidangan ini mulai muncul selama invasi bangsa Moor di banyak wilayah Spanyol.

Di Galicia, kue panadannya jauh lebih besar. Apabila di Indonesia biasanya panadanya sebesar pohon palem, maka di Galicia, panadanya cukup besar, hampir seperti kue.

Hanya dengan sekali makan, Panada versi Galicia mengenyangkan perut Anda. Variasi kue pandannya banyak sekali

Panada pertama kali muncul di Galicia, Panada diisi dalam bentuk seafood dan chorizo​ (sosis babi). Saat ini, Panada menawarkan banyak variasi isian, mulai dari daging sapi atau ayam yang dicampur dengan sayuran. Di antara resep-resep yang diturunkan dari nenek moyang, banyak juga masakan yang didatangkan negara lain akibat invasi.

Pandana diperkenalkan oleh bangsa Spanyol ketika mereka menyerbu Indonesia setelah berakhirnya masa penjajahan Portugis.

Di antara sekian banyak daerah di Indonesia, Minahasa termasuk salah satu daerah di Sulawesi Utara yang banyak dikunjungi orang-orang Spanyol. Mereka pun memperkenalkan empanada atau Panada kepada masyarakat sekitar sehingga menjadi makanan khas Manado yang kita kenal sekarang.

Hal ini juga berlaku di negara lain yang memiliki Panada akibat akulturasi budaya akibat invasi Spanyol. Di Argentina, kota Famailla, di provinsi Tucuman, sering digunakan untuk menyelenggarakan festival kue tahunan Panada. Perayaan ini berlangsung pada bulan September.

Selain mencicipi Panada dengan berbagai isian, perayaan tersebut juga menampilkan terpilihnya Permaisuri Nasional Empenada (Panada). Ternyata perayaan ini sudah ada sejak tahun 1979 dan masih berlanjut hingga saat ini. 

3 dari 4 halaman

Proses Pembuatan

Bahan utama

250 gram tepung

100 gram tepung serbaguna

1 sendok makan ragi

1 sendok makan gula

1 sendok teh garam, larutkan dengan 125 ml air hangat

1 butir telur

1 sendok makan margarin

50 ml minyak

Isian panada

1 ekor ikan tuna tenggiri, bersihkan dan cincang

4 batang daun kemangi

1 lembar daun pandan, iris tipis

1 lembar daun jeruk purut, iris tipis

2 buah cabai merah, potong-potong

200 ml santan Gula Garam

2 buah tomat, potong-potong

Bumbu halus 

5 butir bawang merah

3 siung bawang putih

2 butir kemiri, sangrai

1 cm jahe, parut

 

4 dari 4 halaman

Proses Pembuatan

  1. Balur ikan yang sudah dibersihkan dengan garam. Rebus air dan daun salam. Masukkan ikan, didihkan ikan sampai matang. Sisihkan.
  2. Untuk bumbu halus, masukkan semua bahan mangkuk kecil. Tumbuk atau hancurkan hingga menjadi halus.
  3. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Tambahkan semua bahan pengisi, kecuali tomat dan santan, aduk rata. Tuangi santan, aduk hingga santan berkurang. Tambahkan tomat, aduk rata. Angkat, sisihkan.
  4. Campurkan semua bahan kering untuk adonan kulit. Tambahkan telur dan garam, aduk. Tambahkan margarin, aduk. Diamkan selama 30 menit.
  5. Kempiskan adonan dan bagi adonan dengan berat 40 gram.
  6. Ratakan adonan, taruh 2 sendok makan isian di tengahnya. Lalu lipat membentuk setengah lingkaran, dan tutup pinggirannya. 
  7. Panaskan minyak dalam wajan, goreng hingga berwarna cokelat keemasan dan matang. Angkat dan sajikan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.