Sukses

Polusi Udara di Jakarta, Pj Gubernur Banten 'Interogasi' PLTU Suralaya dan PLN

PLTU Suralaya dan PLN sudah dimintai keterangan oleh Pj Gubernur Banten, Al Muktabar, terkait polusi udara yang memburuk di Jakarta dan sejumlah daerah di Banten.

Liputan6.com, Jakarta - PLTU Suralaya dan PLN sudah dimintai keterangan oleh Pj Gubernur Banten, Al Muktabar, terkait polusi udara yang memburuk di Jakarta dan sejumlah daerah di Banten. Sejumlah PLTU di Banten kerap dituding penyumbang polusi udara yang bisa mengganggu kesehatan manusia. 

"Saya sudah ketemu, jadi yang PLTU Suralaya sudah ketemu, Dirut PLN, kemudian juga kita akan proaktif mengunjungi langsung," ujar Al Muktabar, Pj Gubernur Banten, beberapa waktu lalu, ditulis Selasa (22/8/2023). 

Kepada Al Muktabar, PLTU Suralaya dan PLN menerangkan kalau cerobong asap pembangkit listrik yang ada di Kota Cilegon, Banten, itu telah menerapkan teknologi terkini dan mampu menyerap asap pembuangan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan polusi udara yang mengganggu kesehatan manusia. 

Sisa asap pembakaran batu bara yang telah di saring melalui cerobong asap pembuangan, di klaim Al Muktabar, di produksi menjadi bahan lainnya, seperti pupuk hingga campuran pembuatan semen. 

"Kalau (PLTU) Suralaya, mereka sudah punya tekhnologi, memfilter atau mengolah gas asap buang yang menjadi agenda kerja produksi listrik dan beberapa diantaranya menjadi bahan baku lanjutan," terangnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Polutan Terurai oleh Air Laut

Al Muktabar yang pernah menjabat sebagai Sekda Banten itu mengaku kalau asap pembuangan dari PLTU bisa terurai secara alami dalam radius 7 km sampai 9 km dari titik pembuangan. Begitupun dengan PLTU Suralaya yang berada di pesisir, air dan uap laut membantah percepatan proses pembersihan asap pembuangan produksi listrik yang menggunakan bahan baku batu bara tersebut. 

Kemudian, dalam satu tahun terakhir, arah angin di sekitar PLTU Suralaya lebih banyak mengarah ke barat atau Selat Sunda, sehingga bisa dibersihkan oleh uap dan air laut. 

"Itu juga kita dalami betul, sehingga kita tidak ingin harus mengorbankan salah satu industri yang juga kita butuhkan. Nanti akan diformulakan win win solution yang arif dan bijaksana untuk menyikapi itu," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini