Sukses

Upaya Menjaga Alam dalam Aksi Lintas Agama di OICCA 2023

Organization Islamic Cooperation Culture Activity (OICCA) 2023 juga membahas upaya penyelamatan lingkungan dan alam dalam sebuah konferensi internasional yang digelar di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Liputan6.com, Samarinda - Organization Islamic Cooperation Culture Activity (OICCA) 2023 yang digelar di Kalimantan Timur ternyata juga mengadakan kenferensi internasional yang membahas upaya penyelamatan lingkungan. Kali ini Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) ditunjuk sebagai tuan rumah konferensi tersebut.

Pertemuan tersebut bertajuk Konferensi Internasional tentang Pendekatan Multidisiplin untuk Pembangunan Berkelanjutan dan digelar di Aula Kampus UMKT, Jalan Juanda, Samarinda, Senin (10/7/2023). Tema yang dipilih adalah “Menjaga Alam, Menyelamatkan Umat: Aksi Lintas Agama”.

Hadir secara langsung sebagai pembicara antara lain Driector Generel of Research Centre For Islamic History, Art and Culture (IRCICA) Prof Dr Mahmud Erol Kilic, Hening Parlan dari PP Muhammadiyah, dan Dr Alexius Binawan dari Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo. Sementara hadir melalui daring antara lain Deputi Kementerian PMK Prof Warsito, perwakilan PBNU Dr Suhadi Cholil, dan lain-lain.

Mahmud Erol menjelaskan, salah satu yang dibahas dari pertemuan OICCA adalah fokus dengan lingkungan. Dia menyebut OICCA dikenal sebagai organisasi diplomatik internasional.

“Ada resolusi yang ingin dicapi OICCA. Tapi, tetapi pelaksanaan resolusi itu milik negara masing-masing. Jadi, OICCA tidak bisa melakukan apapun. Kami hanya menyarankan negara untuk "tolong lakukan ini". Jadi, saran itu terserah kepada tiap negara jika ingin dilaksanakan,” kata Mahmud usai koenferensi.

Dia menyebut, resolusi paling penting saat ini yang bisa dilakukan adalah mengurangi sampah plastik. Kebijakan setiap negara anggota Organisasi Kerjasama Islam diminta untuk mengedukasi warganya untuk mengurangi penggunaan plastik.

“Jadi, salah satu resolusinya itu untuk meminta para negara terkait lingkungan dan mengurangi penggunaan plastik dan lain-lain. Tapi pemerintah juga bisa mengajarkan warganya, itu jadi kewenangan mereka,” kata mantan Duta Besar Turki untuk Indonesia itu.

Mahmud Erol mencontohkan budaya Indonesia yang sejak lama tidak menggunakan plastik untuk mengemas makanannya. Salah satunya adalah lemper atau lontong.

“Contohnya, ada makanan yang dibungkus dengan daun. Daun itu organik, tapi saya masih lihat ada yang membungkusnya dengan plastik. Jadi, jangan gunakan plastik. Gunakan saja daun, itu sangat sederhana,” kata Mahmud.

Pendekatan lintas agama dalam upaya penyelamatan alam dianggap perlu karena setiap agama menganggap alam sangat sacral. Hanya saja, sebut Mahmud, ideologi modern menghancurkan alam dan kesakralannya.

“Tuhan menciptakan kita semua, dan Tuhan menciptakan alam itu dengan baik. Jadi, kita semua adalah bagian dari alam dan alam adalah bagian dari kita. Jadi, kita harus hidup bersama. Semua agama itu mengajarkan nilai-nilai tradisi,” paparnya.

OICCA 2023 yang digelar di Kaltim dan DKI Jakarta berlangsung selama sepekan sejak 7 hingga 14 Juli 2023. Kegiatan ini dihadiri oleh 56 delegasi negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang diinisiasi dan fasilitasi langsung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menjaga Alam itu Jihad

Sementara pembicara dari PP Muhammadiyah, Hening Parlan, menyebut menjaga alam dan lingkungan adalah bagian dari jihad. Jihad tak mesti diasosiasikan sebagai perang.

“Jihad itu tidak hanya perang atau sesuatu yang sulit. Tapi menjaga lingkungan juga merupakan jihad,” kata Hening.

Dr Suhadi Cholil yang merupakan representasi PBNU memaparkan upaya menjaga alam dengan perspektif fiqih. Sedangkan Deputi Kementerian Koordinator PMK Prof Warsito memaparkan melalui pendekatan Pancasila.

Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Prof Bambang Setiaji berharap konferensi internasional yang membahas upaya penyelamatan lingkungan ini bisa diseriusi semua pihak. Apalagi Kalimantan Timur termasuk provinsi yang kaya dengan Sumber Daya Alam yang pastinya bakal berimplikasi pada kerusakan lingkungan.

“Kita ingin mahasiswa menyadari lingkungan dan menyadari sumber daya alam yang banyak supaya bisa ikut mengelola dengan baik dan ramah lingkungan,” kata Bambang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini