Sukses

Rokok Elektrik Alias Vape, Efektif Bantu Berhenti Merokok?

Rokok eletrik atau vape diandalkan berbagai negara untuk membantu program pengurangan tren merokok.

Liputan6.com, Jakarta - Rokok menjadi masalah serius di berbagai negara. Dampak sosial ekonomi dan kesehatannya dinilai sangat merugikan. Namun, jumlah perokok tak kunjung berkurang.

Hasil survei global penggunaan tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobacco Survey – GATS), seperti dirilis Kementerian Kesehatan, menunjukkan peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021.

Sementara Tobacco Atlas pada 2015 melaporkan jumlah perokok aktif sebanyak 942 juta pria dan 175 juta wanita dengan usia 15 tahun atau lebih. Cina, India dan Indonesia menyumbang 51,4 persen perokok pria di dunia, sedangkan Amerika Serikat, Cina dan India menyumbang 27,3 persen perokok wanita di dunia.

Berbagai upaya pembatasan bahkan pelarangan rokok telah dilakukan pemerintah banyak negara. Kini, populer juga langkah alternatif untuk mitigasi maraknya perilaku merokok. Adalah penggunaan rokok elektrik atau vape sebagai sarana transisi perokok untuk berhenti merokok. Sejumlah negara melirik solusi vape tersebut.

Pemerintah Inggris melalui kementerian kesehatannya mengimbau warganya yang merokok untuk beralih ke vape sebagai terapi berhenti merokok. Pemerintah memberikan vape gratis bagi pasien yang merokok. Program “swap to stop” menjadi insentif nasional 2023 untuk membantu perokok berhenti merokok dengan vape kits gratis.

Pemerintah Selandia Baru menilai vape memiliki resiko lebih rendah dari rokok sehingga menyarankan perokok untuk beralih. Kementerian Kesehatan setempat meluncurkan website 'Vaping Facts' untuk membantu perokok beralih. Program vape digunakan untuk mencapai National Smokefree 2025.

Dr. Colin Mendelsohn, Chairman Australian Tobacco Harm Reduction Association mengatakan vape efektif sebagai alat bantu untuk berhenti merokok. Contohnya di di Australia, Selandia Baru, dan Inggris.

"Smoking rates di Australia dan NZ menurun drastis sejak vape diregulasi tahun 2020," paparnya secara virtual dalam workshop yang digelar RELX International di Manila, Filipina, Jumat 17 Mei 2023.

Dia menyebut vape sebagai terapi berhenti merokok 50-100 persen lebih efektif daripada program nikotin replacement lain seperti penggunaan permen.

Mengandung nikotin tanpa pembakaran atau asap, vape bisa mengurangi zat berbahaya dari asap namun bisa memberikan sensasi merokok.

"Tidak ada yang menyebut vape sehat. Tapi vape bisa jadi alternatif yang lebih baik dari rokok konvensional, less harmful substitution," kata Collin Mendelsohn yang sudah lebih dari 30 tahun fokus membantu dan melakukan penelitian untuk membantu orang-orang berhenti merokok itu.Elgin Seah, Senior Manager RELX International, di Manila 17 Mei 2023

Pada kesempatan sama, Elgin Seah, Senior Manager RELX International mengatakan produsen vape tidak pernah mengklaim bahwa produknya sehat. Namun vape relatif lebih baik karena tidak melewati proses pembakaran sehingga tidak ada tar dan sisa pembakaran.

Dia menjelaskan komposisi dalam produk RELX terdiri dari pcopylene clyco atau senyawa yang biasa digunakan dalam pembuatan roti, vegetable glycerin atau produk alkohol gula yang biasa digunakan dalam pembuatan cake, zat pemberi rasa, dan nikotin.

RELX International sendiri merupakan perusahaan rokok elektrik multinasional yang memasarkan dan mendistribusikan produk dengan merek vape RELX. RELX telah beroperasi di lebih dari 10 negara, yakni Indonesia, New Zealand, Australia, Filipina, Italia, Spanyol, Inggris, Belanda, Jerman dan Swiss.

RELX masuk Indonesia sejak 2019, kini memiliki 550 toko di 70 kota. RELX juga memasarkan produknya bekerjasama dengan jaringan ritel dan melakukan penjualan lewat e-commerce.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini