Sukses

Mengenal Sinonggi Makanan Khas Sulawesi Tenggara Saat Paceklik Tiba

Sinonggi bahkan menjadi makanan pokok Suku Tolaki sejak jaman dahulu.

Liputan6.com, Kendari - Sulawesi Tenggara dikenal memiliki beragam kuliner yang menarik. Salah satunya adalah sinonggi makanan khas Suku Tolaki.

Sinonggi bahkan menjadi makanan pokok Suku Tolaki sejak jaman dahulu. Dikutip dari laman budaya-indonesia.org, bahan baku utama dari sinonggi ini adalah tanaman sagu.

Sinonggi ini merupakan makanan yang serupa dengan papeda. Tetapi, yang membedakannya adalah dari segi penyajiannya.

Jika papeda biasanya dicampurkan dengan kuah kuning atau sayuran, maka tidak dengan sinonggi. Cara memakannya lebih “bebas” sesuai dengan kemauan yang menyantapnya.

Penamaan sinonggi ini berasal dari bahasa lokal suku Tolaki yaitu “o songgi” atau “posonggi”. Kata ini merujuk pada alat yang serupa dengan sumpit yang terbuat dari bambu.

Gunanya untuk mengambil sinonggi ini dari wadahnya. Cara membuatnya juga sederhana.

Pertama, pati sagu direndam terlebih dahulu dengan air dingin semalaman. Kemudian, airnya pun dibuang dan dicairkan lagi dengan menggunakan air secukupnya. Setelahnya, air panas pun dituangkan sampai dengan sagunya mengental.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mosonggi

Dalam budaya suku Tolaki, ada sebuah tradisi yang bernama mosonggi Tradisi mosonggi adalah tradisi menyantap sinonggi bersama-sama. Sinonggi ini kerap dimakan dengan ikan berkuah santan dan sayuran.

Biasanya sinonggi dihidangkan bersama sayur bening yang terbuat dari kacang panjang serta bayam. namun seiring berjalannya waktu, lauk yang menjadi pendamping dari sinonggi ini juga semakin variatif.

Ada juga yang menggunakan sambal, cumi, bahkan daging untuk lauk ketika menyantap sinonggi. Sinonggi tidak menggunakan bahan apapun sebagai penambah rasa, sehingga cita rasa dari sinonggi ini cenderung hambar.

Rasa hambar dari sinonggi membuat makanan ini sangat cocok dimakan dengan makanan lain yang punya cita rasa kuat. Meskipun budaya makan sinonggi sebagai makanan pokok sudah semakin berkurang karena adanya nasi.

Sinonggi ini masih tetap jadi pilihan pada saat-saat tertentu, khususnya ketika musim paceklik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.