Sukses

David Bakal Jalani Terapi Stem Cell untuk Tingkatkan Kesadaran, Berikut Pengertian Terapi Stem Cell, Kegunaan, dan Efek Sampingnya

Kondisi David, korban penganiayaan Matrio Dandy terus mengalami kemajuan, dia sudah mampu membuka mata dan menggerakan tangannya.

 

Liputan6.com, Jakarta - Sudah tiga minggu David Ozora, korban penganiayaan Mario Dandy, terbaring lemah di rumah sakit. Kemajuan demi kemajuan dicapai David, hingga akhirnya dia sudah mampu membuka matanya dan menggerakan tangannya. Paman David, Rustam Hatala mengabarkan kondisi keponakannya itu pada hari ke-24 dirawat di rumah sakit. 

Kondisi David makin membaik, terutama kesadaran kuantitatif atau gerak motorik, yakni gerakan yang melibatkan otot-otot kecil seperti tangan, jari, dan pergelangan tangan.

Rustam menegaskan, perjalanan David untuk benar-benar bisa pulih seperti semula masih sangat panjang. Doa-doa yang dilangitkan sampai saat ini cukup berdampak positif bagi kondisi David.

"Sepanjang apa pun jalannya, akan kita tempuh dan lalui. Karena tidak ada yang mustahil bagi kebesaran Allah," kata Rustam, Kamis (16/3/2023), dikutip dari akun Facebooknya.

Rustam mengatakan, demi meningkatkan kesadaran kognitifnya, David bakal menjalani terapi stem cell. "Kesadaran kualitatif (kognitif) masih terus berjuang, dan untuk support kesadaran kualitatif karena belum terlihat perkembangan yang signifikan, akan mulai dilakukan terapi stem cell," kata Rustam.

 

Lalu apa itu terapi stem cell? Dikutip dari Klikdokter, terapi stem cell atau sel punca merupakan salah satu teknik pengobatan yang dapat membantu memulihkan sel-sel tubuh yang rusak akibat penyakit berat. Terapi ini diyakini dapat mengatasi berbagai penyakit yang sulit disembuhkan. 

Stem cell adalah sel induk yang mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri dan berubah menjadi berbagai jenis sel. Sel punca adalah satu-satunya sel dalam darah yang mampu meregenerasi tipe sel baru. Karenanya, pengobatan menggunakan stem cell menjadi suatu terobosan yang berpotensi menyembuhkan berbagai penyakit berat, seperti penyakit kronis, penyakit degeneratif, dan penyakit autoimun. Dari Mana Asal Sel Punca?

Berdasarkan sumber asal sel, stem cell dikategorikan dalam beberapa jenis:

1. Stem Cell Embrionik

Sel punca ini diambil dari embrio yang berusia 3-5 hari. Embrio adalah sel yang terbentuk saat sel telur wanita dibuahi oleh sperma pria.

Sel-sel embrionik ini bersifat pluripoten, yang berarti mampu memperbanyak diri atau berkembang menjadi jenis sel apa pun dalam tubuh. Hal ini memungkinkan stem cell embrionik digunakan untuk memperbaiki jaringan atau organ tubuh yang rusak.

Karena sel ini diekstrak langsung dari embrio manusia yang dikembangkan di bawah mikroskop, hal ini masih dianggap tidak etis. Karenanya, stem cell embrionik hanya boleh dilakukan bila embrio tersebut merupakan donasi dari pendonor.

2. Stem Cell Dewasa

Jenis stem cell ini ditemukan dalam jaringan tubuh orang dewasa, seperti sumsum tulang. Dibandingkan dengan stem cell embrionik, stem cell dewasa memiliki kemampuan yang lebih terbatas untuk bisa berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh.

Para peneliti menemukan bahwa sel punca dewasa hanya bisa dikembangkan menjadi jenis sel yang sama sesuai asalnya. Sebagai contoh, sel punca yang diambil dari sumsum tulang hanya bisa memproduksi sel darah saja. Namun, beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa sel punca dari sumsum tulang juga dapat membantu membentuk sel tulang atau sel otot jantung. Namun, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

3. Sel Dewasa Biasa yang Dimodifikasi Jadi Stem Cell Embrionik 

Para peneliti berhasil mengubah sel dewasa biasa menjadi sebuah stem cell melalui teknologi genetic reprogramming. Sel dewasa tersebut diprogram ulang agar memiliki sifat yang sama seperti sel punca embrionik.

Teknik baru tersebut memungkinkan penggunaan sel punca dari tubuh sendiri sehingga mencegah terjadinya reaksi penolakan imun. Namun, efek samping dari metode ini masih belum jelas.

4. Stem Cell Perinatal

Peneliti menemukan bahwa sel punca yang terkandung dalam cairan ketuban dan tali pusat juga memiliki kemampuan untuk berkembang jadi berbagai tipe sel.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kegunaan Terapi Stem Cell

Mengingat sangat potensial mendukung pengobatan, sebenarnya stem cell bisa digunakan untuk mengatasi penyakit apa saja? Saat ini terapi pengobatan stem cell masih terus dikembangkan untuk mengatasi berbagai macam penyakit kronis dan degeneratif yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan biasa, seperti:

  • Kelumpuhan saraf tulang belakang
  • Diabetes
  • Parkinson
  • Amyotrophic Lateral Sclerosis Alzheimer
  • Gagal jantung
  • Stroke
  • Kebutaan
  • Pengapuran sendi
  • Penyakit autoimun
  • Patah tulang yang tidak tersambung
  • Luka bakar luas
  • Kanker

Satu-satunya terapi stem cell yang sudah dilakukan dan disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA), Amerika Serikat adalah transplantasi sel punca hematopoietik (darah). Terapi sel punca hematopoietik digunakan untuk mengobati pasien dengan kanker dan gangguan yang memengaruhi darah dan sistem kekebalan tubuh. Transplantasi ini menggunakan sel punca dewasa atau darah tali pusat.

Cara transplantasi stem cell yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Autologous: Sumber stem cell berasal dari diri sendiri
  • Alogenik: Sumber stem cell berasal dari orang lain

Stem cell yang berasal dari darah tali pusat dianggap yang paling aman. Sel tersebut diambil ketika bayi baru saja dilahirkan. Pengambilannya dibantu oleh dokter kandungan, selanjutnya proses pengolahannya dilakukan oleh bank darah tali pusat.

Sebelum ditransfusikan untuk perbaikan jaringan yang sakit atau terluka, sel punca akan dipanen terlebih dulu di laboratorium. Kemudian sesegera mungkin ditanamkan ke jaringan yang rusak agar stem cell tidak mati. 

Pada pasien dengan penyakit jantung misalnya, sel punca akan ditanamkan ke otot jantung untuk memperbaiki otot yang rusak.

Perkembangan Terapi Stem Cell di Indonesia

Saat ini, rumah sakit yang memiliki layanan terapi stem cell adalah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo di Surabaya.

Kasus yang paling banyak ditangani, yaitu diabetes melitus, nyeri sendi lutut, stroke, penyakit jantung. Sisanya adalah penyakit hati, saraf, serta penyakit darah berbahaya lainnya.

Selain dua rumah sakit di atas, tercatat ada dua laboratorium yang sudah mengantongi izin dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mengembangkan terapi sel punca darah tali pusat, yaitu ReGeniC milik PT Bifarma Adiluhung (Kalbe Group) di Jakarta serta Laboratorium Dermama milik PT Dermama Bioteknologi di Solo.

Untuk bank penyimpanan sel punca darah tali pusat sendiri didukung ProSTEM atau Prodia StemCell Indonesia, Jakarta.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) No. 32 Tahun 2018, stem cell yang berbahan baku dari embrio hewan ataupun tumbuhan tidak diperbolehkan. Alasannya karena sel punca dari sumber tersebut berisiko menjadi kanker jenis teratoma sebesar 20 persen, potensi penolakan tubuh juga besar, serta dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai etik.

Oleh karena itu, sel punca yang kini digunakan berasal dari stem cell dewasa atau jaringan tubuh pasien itu sendiri, seperti sumsum tulang belakang.

 

3 dari 3 halaman

Ada Efek Samping?

Adakah Efek Samping dari Terapi Stem Cell? Meskipun memiliki potensi besar dalam mengatasi penyakit berbahaya, terapi stem cell juga memiliki efek samping. Terlebih, penelitian mengenai sel punca masih terus berjalan. Efek samping yang mungkin muncul, di antaranya:

  • Memicu respons imun menyerang tubuh sendiri akibat reaksi penolakan terhadap sel yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh
  • Dapat tumbuh tidak teratur atau berspesialisasi dalam berbagai jenis sel secara spontan. Alhasil, sel punca tidak tumbuh menjadi sel yang diinginkan
  • Pertumbuhan tumor

Terapi stem cell yang belum terbukti efektivitasnya bisa menimbulkan efek samping berbahaya sehingga belum aman digunakan untuk pengobatan. Pernah ada kasus, satu pasien buta karena suntikan sel punca ke mata.

Kini, kamu jadi lebih tahu mengenai terapi stem cell, bukan? Diharapkan, satu hingga dua dekade ke depan, terapi sel punca dapat disempurnakan dan menjadi solusi bagi pengobatan berbagai penyakit berbahaya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini