Sukses

Kondisi Darurat, Warga Masalembu Krisis Bahan Pangan karena Badai Tak Menentu

Badai menyebabkan aktivitas perekonomian di Masalembu lumpuh lebih dari dua pekan

Liputan6.com, Sumenep Sudah dua hari warga Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kesulitan beras. Stoknya di toko-toko banyak kosong, hanya satu atau dua toko yang masih punya persediaan itupun harganya melambung dari semula Rp 12 ribu jadi Rp 16 ribu perkilogram.

"Selain beras, tabung elpiji juga langka. Di agen sudah kosong," kata Iba, warga Masalembu, Senin (27/2).

Sepanjang Februari, Pulau yang terletak di pertigaan antara laut Jawa dan Selat Makassar ini kerap diterjang badai. Badai yang datang tak tentu waktu itu membuat aktivitas warga lumpuh, nelayan tak bisa melaut dan para pedagang sudah 20 hari tak bisa kulakan. Akibatnya, warga di sana mulai diterpa krisis bahan pangan.

Terjangan badai itu sebenarnya rutin terjadi tiap tahun antara Desember hingga Maret. warga pun hafal siklusnya, seminggu badai mengganas, seminggu kemudian tenang. Dengan siklus ini, warga tak khawatir kekurangan bahan pangan karena pemenuhan kebutuhan pokok bisa dilakukan saat jeda badai sepekan itu.

Namun tahun ini, siklus badai tak menentu. Alih-alih mereda, badai justru datang tanpa bisa diprediksi. Cuaca cerah pagi hari, bisa berubah sangat buruk di siang atau malam harinya.

Anggota DPRD Sumenep asal Masalembu Darul Hasyim Fath mengatakan sudah lebih dari dua pekan jalur pelayanan menuju Pulau Masalembu stagnan. BMKG memprediksi badai akan mereda pada 3 Maret mendatang.

"Selama sepekan terakhir Krisis bahan pangan tengah di alami warga pulau Masalembu. kami mendorong badan penanggulangan bencana daerah kabupaten sumenep mengambil langkah sebagai wujud dari tindakan proteksi atas warga," kata politikus PDIP ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menanak Singkong dan Pisang

Sembari menunggu pasokan kebutuhan pokok ke pulau normal kembali, warga yang kehabisan beras menggantinya dengan penganan pengganti yaitu singkong atau ketela.

Singkong bisa dimakan langsung dengan cara dikukus atau dibuat campuran beras dengan cara diparut.

Menurut Darul Hasyim, warga yang tak punya beras dan singkong, menjadikan pisang kukus sebagai pengganjal perut.

"Semoga situasi ini segera mendapat perhatian dari pemkab Sumenep dan Pemprov Jatim. Kapal perang milik TNI bisa dikerahkan untuk menyuplai sembako karena tahan terhadap badai," ungkap Ketua Komisi I DPRD Sumenep ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.