Sukses

Pabrik Mi Lethek di Bantul Ini Pakai Tenaga Sapi, Kok Bisa?

Berkunjung ke pabrik mi lethek ini akan membuat para pengunjung seolah diajak memasuki mesin waktu ke masa lalu.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kemajuan teknologi memang sudah tersebar ke berbagai sektor, termasuk sektor produksi makanan. Namun, terdapat salah satu pabrik mi yang masih mempertahankan cara tradisionalnya, yakni dengan memanfaatkan tenaga sapi.

Pabrik tersebut adalah Pabrik Mi Lethek Cap Garuda. Pabrik ini berlokasi di Dusun Bendo, Kalurahan Trimurti, Srandakan, Bantul.

Sapi dimanfaatkan untuk memproses penggilingan tepung. Para pekerja mengaduk adonan tepung bersamaan dengan proses penggilingan menggunakan silinder yang digerakkan oleh tenaga sapi.

Para pekerja yang mengaduk adonan tersebut juga harus tetap bergerak mengikuti gerakan sapi. Selain itu, semua proses juga dilakukan secara manual.

Berkunjung ke pabrik mi lethek ini akan membuat para pengunjung seolah diajak memasuki mesin waktu ke masa lalu. Pemilik Pabrik Mi Lethek Cap Garuda, Yasir Ferry Ismatrada mengatakan, dirinya tetap berusaha mempertahankan cara tradisional ini agar rasa yang dihasilkan tetap terjaga keasliannya.

Pada 1940-an, Kalurahan Trimurti sisi utara memang merupakan daerah kawasan industri. Banyak warga keturunan China yang mendirikan industri di kawasan tersebut, satu di antaranya adalah mie lethek

Selanjutnya, pada 1950-an, warga keturunan China tersebut ditarik ke kota, sehingga perusahaan mie lethek hanya tinggal dikelola oleh pribumi saja, salah satunya adalah kakek dari Ferry. Lambat laun, para pengelola industri mie lethek mulai berjatuhan dan yang bertahan hanya kakek dari Ferry.

Usaha mie lethek tersebut kemudian diturunkan ke anak-anaknya. Hingga saat ini, pabrik itu menjadi satu-satunya perusahaan mi lethek dan tertua di kawasan tersebut.

Sementara itu, nama mie lethek disematkan ke hidangan ini karena warnanya yang kecokelatan. Masyarakat setempat kemudian menyebut makanan itu sebagai mie lethek yang dalam bahasa Jawa berarti dekil atau kusam.

Proses pembuatan mie ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat pagi hari, tepung digiling dengan silinder untuk mencampur tepung tapioka dengan tepung gaplek.

Setelah itu adonan dikukus. Proses silinder kemudian diulangi kembali dengan tetap mencampur adonan dengan tepung tapioka kering.

Selanjutnya, adonan akan melalui proses pengepresan, pemasakan, hingga kemudian didinginkan. Keesokan harinya, mie akan diuraikan untuk dijemur. Ketika sudah kering, selanjutnya dilakukan pengemasan. Mi Lethek Cap Garuda dijual di pasar-pasar tradisional seharga Rp90 ribu per lima kilogram. Selain dijual di pasar-pasar tradisional, mi ini juga dijual secara online.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.