Sukses

Kisah Kelenteng Lupan yang Bermula dari Dewa Kuli Kayu

Klenteng Lupan ini berlokasi di Jl. Pinangsia I No.49, RT.7/RW.5, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11110.

Liputan6.com, Jakarta -
Liputan6.com, Jakarta - Kelenteng atau lebih dikenal klenteng merupakan penamaan tempat ibadah bagi penganut kepercayaan Tionghoa. Namun, di Indonesia sendiri, agama Tionghoa kerap sekali disamakan dengan agama Konghucu.
 
Klenteng dapat dinisbatkan sebagai tempat peribadatan umat beragama Konghucu dan Budha. 
 
Klenteng Lupan, diambil dari nama seorang pangeran Lu Pan pada abad ke-19 atau jauh sebelum kemerdekaan 1870. Pangeran Lupan ini dahulu adalah seorang yang mahir akan seni ukir kayu! Pembuat senjata, tombak, panah, dan alat perang lainnya.
 
Klenteng Lupan ini sengaja dibangun khusus kepada Lu Ban Gong sebagai bentuk hormat pada dewa pelindung para tukang kayu. Dahulu kala, klenteng ini hanyalah tempat berkumpul para kuli kayu, murid-murid Pangeran Lupan hingga ketika pangeran meninggal tempat ini diabadikan menjadi tempat peribadatan umat Buddha.
 
Selain sebagai tempat ibadah, klenteng ini memiliki nilai historis yang kental. Pun terkenal akan luas, bersih dan nyaman.
 
Pak Alan, seorang Paman Tua yang menjaga klenteng ini juga menyinggung perihal Tri Darma. "Tridharma itu sebuah kepercayaan yang dapat digolongkan ke dalam agama Buddha. Tridharma disebut Samkau dalam bahasa Hokkian, berarti harfiah tiga ajaran. Tiga ajaran yang dimaksud adalah Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme. Sekarang saja di sebut agama, kalau dulu mah ajaran! Makannya sekarang juga sering orang-orang menyebutnya bukan klenteng, tapi vihara!".
 
Kelenteng Lupan ini berlokasi di Jl. Pinangsia I No.49, RT.7/RW.5, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11110. Vihara Lupan ini bersampingan dengan Yayasan Suci Hati.
 
Barangkali juga tak semasyhur Klenteng Jin De Yuan yang besar di Petak Sembilan. Tapi justru dengan Klenteng ini mematahkan anggapan bahwa pada masa lampau orang Tiongkok datang ke Nusantara dengan tangan kosong. Padahal, orang Tiongkok khususnya daerah Guang Dong, melekat di jiwanya akan kemahiran di bidang ukir pahat dan meramaikan seni ukir di Indonesia.
 
Dari kelenteng Lupan ini, dapat diketahui bahwa para kuli kayu di masa itu telah hidup terorganisir. Mereka tinggal bersama dan pindah dari satu proyek ke proyek lainnya. Kalau sekarang, mungkin mirip dengan serikat buruh atau ikatan profesi yang mengorganisir dirinya.
 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.