Sukses

Peneliti Ungkap Perairan Gorontalo Tercemar Partikel Mikroplastik, Ini Bahayanya

Alhasil mereka menemukan, bahwa rantai makanan perairan Gorontalo telah tercemar mikroplastik.

Liputan6.com, Gorontalo - Institute for Humanities and Development Studies (InHIDES) Gorontalo berkolaborasi dengan Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) melakukan kajian Cemaran mikroplastik di Perairan Gorontalo. Alhasil, mereka menemukan, bahwa rantai makanan perairan Gorontalo telah tercemar mikroplastik.

"Kajian terbaru 2022 dari Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo menemukan bahwa ikan Cakalang di Tempat Pelelangan Ikan Gorontalo terkontaminasi mikroplastik," kata Titania Aminullah aktivis Jaring Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (Japesda) Gorontalo.

"Dalam lambung ikan itu ditemukan 1-4 partikel mikroplastik, penelitian sebelumnya pada tahun 2019 dalam sedimen di 5 lokasi di perairan Gorontalo sedimennya terdapat mikroplastik," ungkapnya.

Fakta ini menunjukkan, bahwa rantai makanan di Gorontalo telah tercemar mikroplastik. Menindaklanjuti kondisi pencemaran mikroplastik di perairan Gorontalo tim inHIDES dan ESN melakukan uji sampling di Sungai Bone yang bermuara di perairan laut Gorontalo.

Mereka mengambil air sebanyak 50 liter pada empat lokasi berbeda, pertama di bawah jembatan Kalengkongan, Jembatan Talumolo 1 dan 2. Kemudian di kawasan hulu sungai Bone di Kabupaten Bone Bolango atau tepatnya di Bendungan Alale.

"Hasil studi jenis mikroplastik yang kami lakukan, pada tiga lokasi, rata-rata mikroplastik dalam 100 liter air Sungai Bone adalah 300 partikel mikroplastik," kata Alif Lutfi Ikhsanul Fikri, Peneliti Bidang Ekologi dan Penanggulangan Bencana InHIDES.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bahaya Mikroplastik

Sementara itu, menurut Prigi Arisandi, peneliti ESN, mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran 5 mm yang berasal dari hasil pemecahan sampah. Seperti plastik saset, tas kresek, styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, dan popok yang dibuang di aliran Sungai Bone.

"Akibat paparan sinar matahari dan pengaruh fisik pasang surut, maka sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil," kata Prigi Arisandi.

Dirinya menjelaskan, bahwa meskipun persentase pelayanan sampah di Kota Gorontalo adalah sebesar 87% dari total penduduk Kota Gorontalo yang berjumlah 196.055 jiwa, tetapi fakta menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan timbunan sampah liar di bantaran sungai ataupun pada lahan-lahan terbuka.

"Pembuangan sampah di tepi sungai bisa menjadi sumber terbentuknya mikroplastik di perairan Gorontalo," ungkapnya.

Keberadaan mikroplastik dalam air Sungai Bone dan di dalam lambung ikan cakalang, sangat berbahaya bagi ekosistem Sungai Bone dan Kesehatan masyarakat Gorontalo.

Mikroplastik termasuk senyawa pengganggu hormon sehingga apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhi sistem hormon reproduksi dan metabolisme.

"Salah satu dampak mikroplastik dalam tubuh manusia adalah diabetes mellitus, penurunan kualitas dan kuantitas sperma dan menopause lebih awal," tuturnya.

"Jika dalam air terdapat mikroplastik maka mikroplastik akan menyerap polutan dalam air, dalam Sungai Bone juga saat ini tercemar logam berat Mn. Senyawa klorin dan phospat maka adanya mikroplastik akan menyerap dan mengikat logam berat," imbuhnya.

Dengan ditemukannya mikroplastik dalam tubuh ikan akan menjadi ancaman baru karena racun mikroplastik akan berpindah dari tubuh ikan ke tubuh manusia yang mengonsumsi ikan.

Sementara, keberadaan mikroplastik hanya bisa dikendalikan dengan, menghentikan penggunaan plastik sekali pakai. Mengendalikan sampah plastik agar tidak masuk ke dalam Sungai Bone atau ke Perairan Gorontalo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.