Sukses

Deretan 10 Makanan Khas Papua yang Siap Menggoyang Lidah

Meskipun jarang diekspos, ternyata ada sejumlah makanan khas Papua dan sekitarnya yang ternyata terkenal unik dan memiliki cita rasa yang menggiurkan

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia terdiri dari banyak pulau dan provinsi yang tersebar mulai dari barat hingga ke timur. Salah satu wilayah yang berada di timur Indonesia adalah Papua. Seperti daerah lainnya di Indonesia, provinsi ini juga memiliki berbagai hal unik yang hanya ada di tempat tersebut, seperti bahasa, pakaian, tarian, lagu daerah, senjata tradisional dan tentu saja kuliner khas.

Meskipun jarang diekspos, ternyata ada sejumlah makanan khas Papua dan sekitarnya yang ternyata terkenal unik dengan cita rasa yang menggiurkan.

Lalu, ada apa saja makanan khas Papua? Yuk, simak infonya lengkapnya berikut ini.

1. Papeda

Kuliner khas Papua yang sudah paling sering didengar tentu saja Papeda. Ya, papeda adalah makanan yang terbuat dari sagu.

Sagu seolah sudah menjadi makanan pokok pengganti nasi di Papua. Ini adalah makanan yang 100 persen terbuat dari sagu. Teksturnya sangat lengket seperti lem, tapi cukup mengenyangkan.

Papeda sendiri adalah bubur sagu. Makanan ini terbuat dari tepung sagu atau sagu segar dari pohonnya. Selain di Papua, Anda akan menemukannya juga di wilayah lainnya di Indonesia timur.

Sama seperti nasi putih, rasa papeda ini hambar. Umumnya, makanan ini dinikmati dengan ikan yang dimasak kuah kuning atau ikan bakar. Pilihan ikannya sendiri antara lain ikan tongkol atau ikan mubara.

Hal yang unik dari papeda tentu ada pada teksturnya yang kenyal seperti mochi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Ulat Sagu

Sagu di Papua bisa dijadikan banyak olahan makanan. Tidak terkecuali ulatnya. Warga di Papua sendiri sudah mengonsumsi ulat sagu sejak lama.

Berbeda dengan ulat-ulat pohon lainnya, ulat sagu memang bisa dimakan. Sebab, kandungan ulat berwarna putih dan gemuk ini mengandung 16 asam amino, 8 di antaranya ialah asam amino esensial. Lalu, kandungan protein dalam ulat sagu juga sangat tinggi.

Ulat yang gemuk ini akan memberikan energi pada tubuh kita dan kadar kolesterolnya rendah. Jadi, tak ada alasan untuk takut makan ulat sagu.

Bagi penduduk asli, ulat sagu dimakan mentah-mentah pun sudah biasa. Tapi, kita sebagai wisatawan coba saja versi yang sudah matangnya saja, yaitu ulat sagu yang ditusuk dan dibakar seperti sate.

3. Ikan Bungkus

Sekilas ikan bungkus ini tampak mirip dengan pepesan khas Jawa. Tetapi, apabila pepesan di Jawa dibungkus dengan daun pisang, ikan bungkus dari Papua ini justru dibalut dengan daun talas.

Untuk pemilihan ikannya sendiri tergantung selera, tapi biasanya adalah ikan laut.

Selain itu, bumbu yang digunakan untuk membuat pepes dan ikan bungkus ini berbeda. Masyarakat Papua menambahkan daun salam di dalam ikan yang akan dibungkus agar aromanya lebih harum ketika dibakar. Setelah dibungkus dan dibakar, Anda bisa menikmati ikan bungkus bersama dengan papeda atau nasi putih.

4. Udang Selingkuh

Nama kuliner asal Papua ini memang terdengar unik. Tapi ada alasan orang Papua memberi nama kuliner ini dengan nama udang selingkuh, karena capitnya menyerupai capit kepiting.

Jadi, meski tidak ada bukti perselingkuhannya, udang ini dituduh selingkuh dengan kepiting. Makanya, diberi nama udang selingkuh.

Untuk udangnya sendiri merupakan jenis udang air tawar. Biasanya mereka berkumpul di Sungai Baliem, Papua Barat.

Kuliner ini biasanya mudah ditemukan di restoran seafood di Papua. Ketika disajikan, udang selingkuh biasanya sudah direbus atau digoreng dan diberi aneka saus seperti saus tiram, padang, mentega, asam manis, dan lain-lain. Namun, warga lokal lebih sering membakarnya dan menikmatinya dengan sedikit garam sebagai penambah rasa.

3 dari 4 halaman

5. Martabak Sagu

Berbicara makanan khas Papua, sudah pasti tidak lepas dari namanya sagu. Olahan makanan masyarakat di Bumi Cendrawasih berbahan sagu ini selain papeda juga ditemukan pada martabak.

Ya, sagu yang sudah dihaluskan akan digoreng sampai kecoklatan. Kemudian, bagian dalam martabak sagu ini diberi olesan gula merah untuk menambah citarasa manisnya. Ini adalah cemilan yang wajib Anda cicipi ketika berada di Papua.

6. Cacing Laut

Cacing laut merupakan makanan favorit masyarakat Papua khususnya bagian timur. Untuk menemukan cacing yang panjangnya capai 30-40 sentimeter cukup mudah, yakni di pasir putih ketika air laut sedang surut. Meski demikian mencarinya harus teliti karena warnanya yang putih samar dengan pasir putih di pantai.

7. Sarang Semut

Kulier yang satu ini tidak secara harfiah sarang semut yang asli. Namun, makanan tradisonal dari Papua ini terbuat dari kue yang bentuknya mirip sarang semut.

Bahan utamanya tetap terbuat dari sagu. Untuk bahan lainnya, yaitu gula pasir, margarin, tepung terigu, susu kental manis, soda kue, telur, kayu manis, cengkih, dan air hangat.

Untuk teksturnya, sarang semut ini lembut dan manis. Sarang semut juga cocok untuk camilan sehari-hari.

4 dari 4 halaman

8. Aunuve Habre

Aunuve habre adalah masakan yang terbuat dari ikan cakalang atau ikan tuna. Ikan yang digunakan dipotong dan dibungkus menggunakan daun talas yang sebelumnya sudah direbus hingga layu.

Di Papua sendiri cara memasak ikan ini dikukus di dalam wajan berisi air garam. Sedangkan untuk bumbunya sangat sederhana tapi cita rasanya sangat menggugah selera. Bumbu-bumbunya cuma asam Jawa dan garam saja.

9. Ikan Bakar Manokwari

Mau coba menu makanan khas Papua selain berbahan sagu? Tentu saja ada. Ya, namanya ikan bakar Manokwari.

Manokwari sendiri adalah pusat ekonomi dan kuliner di Papua Barat. Kota ini memiliki beragam makanan yang terkenal hingga ke daerah lain. Ikan bakar di sini, biasanya menggunakan ikan tuna atau ikan tongkol, meskipun jenis ikan lain juga bisa saja digunakan. Yang menjadi ciri khas ikan bakar Manokwari sebenarnya adalah sambalnya.

Sambal ikan ini merupakan perpaduan cabai dan rempah yang digiling kasar, lalu dioleskan pada ikan bakar yang sudah matang.

10. Kue Lontar

Kue lontar awalnya dibawa oleh orang-orang Belanda. Saat itu namanya rontart, tetapi masyakat Papua sulit menyebutkan nama tersebut, sehingga mereka mengucapkannya dengan nama lontar.

Bentuk kuenya sendiri mirip seperti kue pie susu dari Pulau Bali. Perbedaannya, kue lontar lebih tebal dan tinggi. Kue lontar di Papua biasanya dibuat saat hari raya agama, seperti Lebaran dan Natal. Rasanya manis dan lembut di mulut. Kuliner khas Papua ini juga cocok buat oleh-oleh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.