Sukses

Pemanfaatan Maggot BSF untuk Pertanian Terpadu di Borneo

Perempuan berusia 28 tahun ini tahu informasi soal biokonversi pengelolaan sampah organik dengan budidaya Maggot atau belatung Black Soldier Fly (BSF/lalat tentara hitam) dari sosial media

Liputan6.com, Pontianak - Irin senang. Ini karena lelah perjalanan darat dari Desa Kartamulia, Kecamatan Sukamara, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah terbayar sudah. Dia menempuh perjalanan 600 kilometer selama 12 jam untuk bisa tiba di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

"Kami datang kesini, ingin belajar mengolah sampah dengan biaya murah, ramah lingkungan, teknologi sederhana serta dapat meningkatkan keluarga masyarakat," katanya.

Perempuan berusia 28 tahun ini tahu informasi soal biokonversi pengelolaan sampah organik dengan budidaya maggot atau belatung Black Soldier Fly (BSF/lalat tentara hitam) dari sosial media.

"Yang kami tahu Kreasi Sungai Putat sudah mengembangkan metode ini. Sehingga kami datang kesini untuk belajar. Setelah melihat proses yang ada kami yakin bahwa kami bisa mengadopsi ini untuk kami bawa ke daerah kami," kata Irin yang juga didapuk sebagi Ketua BPD Desa kartamulia.

Pagi itu, belasan orang berkumpul. Jarum jam menunjukan pukul 09.30 WIB Rabu, 3 November 2021.

“Hari ini Kreasi Sungai Putat (KSP) menerima kunjungan kerja kelurahan dan kepala desa se- Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah,” kata Ketua KSP, Syamhudi.Kedatangan warga Kalimantan Tengah itu ke KSP demi belajar bersama biokonversi pengelolaan sampah organik dengan budidaya Maggot BSF.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pakan Alternatif

Dalam kesempatan itu, Camat Sukamara M Milan menyampaikan tujuan kedatangan ke KSP. Di antaranya untuk belajar sistem pengelolaan sampah organik dengan pengurai maggot dan akan mengadaptasi cara KSP yang sudah berjalan selama ini ke Kecamatan Sukamara.

“Materi cara kerja maggot sebagai pengurai serta relasi manfaat dengan sektor lainnya,” kata Millan.

Maggot selain akan menghadirkan solusi untuk lingkungan juga menegaskan konsep kemandirian pangan dengan kompos yang bisa digunakan oleh petani dan maggot sebagai pakan alternatif bagi pembudidaya ikan dan peternak unggas kecil.

Selain anggota KSP, tim Kunker lurah dan Kades Kecamatan Sukamara juga disambut oleh Lurah dan Camat Pontianak Utara.

Dalam kesempatan itu, Camat Pontianak Utara Dini Eka Wahyuni menyampaikan,”Kerja sama yang baik ke depannya dan tidak selesai hanya dengan kunjungan kerja saat ini,”.

Sementara itu, Lurah Siantan Hilir, Purwati, menyambut baik kegiatan itu. Dia bilang, dengan membuka informasi pengalaman kerja pemberdayaan masyarakat selama ini akan membuka peluang usaha rumahan mandiri.

Sedangkan Lurah Mendawai Kecamatan Sukamara, Hasanudin, juga berharap bisa mencontoh gerakan pemberdayaan ekonomi mandiri yang dilakukan Kreasi Sungai Putat ke Kecamatan Sukamara.

“Khususnya Kelurahan Mendawai, umumnya Kalimantan Tengah,” kata Hasanudin penuh harap.Kunjungan ini ditutup dengan studi lapang dan melihat secara langsung sentra budidaya BSF/Maggot di Demplot Pekarangan-KSP dengan konsep pertanian terpadunya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.