Sukses

Cerita Peternak Ayam Kampung di Sikka Sukses Tekan Kasus Kekerdilan pada Anak

Seorang peternak ayam kampung di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan telur untuk menjawab program pemulihan kasus kekerdilan pada anak di wilayah Kabupaten Sikka.

Liputan6.com, Sikka - Seorang peternak ayam kampung di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan telur untuk menjawab program pemulihan kasus kekerdilan pada anak atau stunting di wilayah Kabupaten Sikka.

Telur ayam kampung produksi lokal dinilai memiliki kandungan protein yang lebih baik jika dibandingkan dengan telur yang didatangkan dari luar. Apalagi waktu pengiriman telur dari luar membutuhkan waktu yang lama mengakibatkan protein dalam telur mulai berkurang atau bahkan, sudah mati akibat kedaluwarsa.

Rofin Muda, peternak ayam kampung, saat ditemui di rumahnya di Dusun Kloangbolat, Desa Geliting, Kabupaten Sikka, NTT, Jumat (27/8/2021) mengatakan, awalnya ia mulai beternak ayam kampung sejak 2016 menggunakan modal seadanya, sisa uang usai menikah.

Dia mengatakan, untuk wilayah Kabupaten Sikka khususnya dan NTT umumnya, sangat jarang sekali ditemukan adanya peternak ayam kampung dan telur ayam kampung dalam jumlah besar.

"Saya pernah bekerja di berbagai perusahaan distributor di Kota Maumere. Usai menikah, saya mecoba mulai terjun jadi peternak," sebut pria kelahiran Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur.

Rofin mengakui menjadi peternak merupakan sebuah mimpi yang dibangun sejak 2016. Awalnya, ia memulai usaha beternak ayam dari jumlah yang terbatas. Namun berjalannya waktu, usahanya terus berkembang dan mendapatkan dana dari Balitbang Kementerian Pertanian pada tahun 2019 lalu.

Lebih lanjut, ia mengatakan saat ini ayam ternak miliknya mencapai lebih dari 1.800 ekor, memiliki ayam dalam jumlah banyak seperti ini membuat dirinya bingung soal sasaran pemasaran.

"Saya bingung dengan pemasaran ayam dan telur dalam jumlah yang banyak, tetapi tiba-tiba saya mendapat tawaran sebagai pemasok telur secara rutin ke sejumlah desa dalam kaitan dengan program pemberantasan stunting," sebutnya.

Ia mengaku senang karena telur hasil produksi ayam peliharaannya memiliki pasar tetap. Pada Mei 2020 perangkat Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang datang menemuinya dan mengajak kerja sama memberantas stunting.

"Dari situ akhirnya desa lainnya di kecamatan tersebut dan Kecamatan Kewapante pun mengajak kerja sama hingga pihak Puskesmas," bebernya.

Khusus untuk program pemulihan stunting di Kabupaten Sikka,berkat telur dan usanya upaya pemerintah Kabupaten Sikka untuk menekan jumlah stunting pun berhasil, sehingga di sejumlah Desa yang secara rutin membelih telur ayam milknya.

Hal ini karena telur yang dikomsumsi balita adalah telur yang masih memiliki protein yang hidup bukan protein yang sudah mati karena sudah disimpan lebih dari 2 minggu.

"Untuk pemenuhan kebutuhan pencegahan stunting, saya menyuplai telur rata-rata 600 butir telur setiap minggu," ungkapnya.

la mengaku tidak menggunakan obat-obatan kimia dan membuat ramuan sendiri berbahan lokal, sementara makanan ayam dari bahan lokal berupa jagung, dedak padi, konsentrat, dan protein.

"Setiap minggu sekali saya memberi jamu sebagai ramuan untuk ayam dan dicampur dengan makanan agar telurnya lebih sehat dikonsumsi," paparnya.

Kami mengajak kerja sama dengan memberikan makanan tambahan berupa telur dan daging ayam kampung bagi balita dan ibu hamil. Jika program ini sukses maka kita akan alokasikan lagi.

Simak Juga Video Pilihan Berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.