Sukses

Cerita Pembuat Kue Keranjang di Medan Tak Terkendala Pandemi Covid-19

Tahun Baru Imlek 2021 berlangsung di tengah pandemi virus corona Covid-19. Ada penganan khas yang disajikan dalam setiap perayaan Imlek, yaitu kue keranjang atau biasa disebut kue bakul oleh orang Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Liputan6.com, Medan Tahun Baru Imlek 2021 berlangsung di tengah pandemi virus corona Covid-19. Ada penganan khas yang disajikan dalam setiap perayaan Imlek, yaitu kue keranjang atau biasa disebut kue bakul oleh orang Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Pembuat kue keranjang sekaligus produsen di Medan, Cece mengatakan, tidak merasakan kendala dalam membuat kue keranjang untuk Imlek tahun ini, meskipun dalam suasana pandemi Covid-19 yang masih melanda.

"Di suasana pandemi seperti saat ini, juga tidak ada penurunan omzet di banding tahun lalu," kata Cece, Jumat (12/2/2021).

Diungkapkannya, kue keranjang adalah penganan yang wajib hadir saat Tahun Baru Imlek. Selain untuk dikonsumsi, kue keranjang diutamakan sebagai pelengkap ritual sembahyang para dewa dan leluhur.

"Jelas, kue bakul (keranjang) akan selalu diincar oleh siapa saja yang merayakan tahun baru imlek, meski dalam kondisi saat ini (pandemi Covid-19)," ungkapnya.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lambang Manisnya Hidup

Menurut Cece, kue keranjang sebagai lambang pengharapan agar hidup di tahun baru menjadi manis. Sama manisnya dengan kue keranjang itu sendiri. Meski demikian, kue keranjang sering disangka mengandung gula merah karena warnanya cokelat tua.

"Padahal, gula merah tidak tercampur sedikit pun di dalam adonan. Rasa manis pada kue bakul murni dari gula putih," ujarnya.

Dijelaskan Cece, warna cokelat tua pada kue keranjang karena adanya proses pengukusan hingga belasan jam, yang menimbulkan proses karamelisasi pada adonan berbahan dasar tepung pulut dan gula putih itu.

"Proses pembuatannya panjang. Mulai subuh, bisa sampai jam 8 malam baru diangkat dari kukusan. Sekitar sampai 18 jam," jelas wanita 47 tahun itu.

Tidak sampai di situ, kue keranjang yang sudah matang kemudian harus didinginkan sempurna di dalam cetakan yang terbuat dari wadah sejenis kaleng, dilapisi daun pisang. Proses pendinginan bisa berlangsung hingga berjam-jam tanpa boleh disentuh.

"Hal itu dikhawatirkan dapat merubah bentuk sempurna kue bakul yang bulat dan gempal," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Kualitas Terbaik

Disebutkan Cece, kue keranjang buatannya memiliki kualitas terbaik, dan harus diimbangi dengan bentuk yang sempurna. Dirinya menggunakan resep warisan keluarga besar yang sudah memulai bisnis kue bakul sejak tahun 90-an.

"Saya jamin, rasa dan kualitasnya. Ini usaha mulai ama, akong, mama saya, ii (tante). Sekarang, saya yang melanjutkan. Sudah 5 tahun ini saya jualan kue bakul. Bahan bakunya sama, cara buatnya sama, dan rasanya sama," terangnya.

Cece menuturkan, pengulenan kue keranjang tidak bisa sembarangan. Adonan dan wadah pengulenan harus dalam keadaan bersih tanpa ada sisa minyak dan air di dalamnya. Selain bersih, kue bakul dapat dipastikan halal.

"Kalau yang buat perempuan sedang haid, dilarang. Harus mandi sebelum pegang adonan. Kalau itu tidak dilakukan, maka kue bakulnya enggak akan jadi. Ini yang disampaikan oleh orang tua," tuturnya.

4 dari 4 halaman

Proses Pengulenan

Cece sendiri melakukan pengulenan menggunakan tangan, karena produksi kue keranjang miliknya masih dalam jumlah kecil, yaitu 5 Kilogram (Kg) adonan tepung pulut basah. Adonan akan bertambah beratnya jika sudah ditambahkan gula pasir.

Berbeda dengan pabrik besar yang pengulenannya dibantu menggunakan mesin. Pengulenan dilakukan kurang lebih 1 jam tanpa air, tanpa pemanis buatan, dan tanpa pengawet. Cece sendiri sudah mulai produksi sejak tanggal 10 Januari 2021.

"Selain dari Medan, ada juga pelanggan dari Jakarta, Pekanbaru, Nias, Sibolga, dan Aceh. Saya jual mulai Rp 60.000 sampai Rp 90.000 per Kilogram. Satu pack ada yang isi 2, 3, atau 4 buah. Tegantung permintaan," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.