Sukses

Danny Pomanto Laporkan Orang yang Rekam dan Sebar Obrolan Soal JK 'Bermain' di Balik OTT Edhy Prabowo

Setelah berhasil mengidentifikasi orang yang merekam dan menyebar obrolan mantan Wali Kota Makassar itu soal Jusuf Kalla berada di balik OTT Edhy Prabowo, tim hukum Danny Pomanto langsung melapor ke polisi.

Liputan6.com, Makassar - Beredarnya video yang berisi rekaman suara mantan Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto yang menyebut mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) menjadi otak politik di balik penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo berbuntut panjang. Usai dilaporkan oleh putra kandung JK, kini Tim Hukum Danny Pomanto yang melaporkan orang yang merekam dirinya secara diam-diam. 

Tidak hanya melaporkan orang yang merekam Danny Pomanto secara diam-diam, tim hukum tim hukum Wali Kota Makassar periode 2013-2018 itu juga melaporkan penyebar rekaman tersebut ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulawesi Selatan. 

Menurut juru bicara tim kuasa hukum Danny, Ilham Rasyid, pelaporan ini dilakukan setelah terduga pelaku menyebar video berisi rekaman suara di grup obrolan WhatsApp dan Facebook, yang mana pembicaraan tersebut direkam tanpa izin di rumah pribadi Danny Pomanto.

"Kami melaporkan terduga pelaku perekaman berinisial SM (Syarif Mada), dan seorang oknum pengacara berinisial YGb(Yusuf Gunco) yang turut menyebarkan di media sosial," kata Ilham dalam keterangan tertulisnya yang diterima Liputan6.com, Minggu (6/12/2020).

Dalam laporannya, tim kuasa hukum Calon Wali Kota Makassar Nomor Urut 1 itu melampirkan bukti-bukti tangkapan layar penyebaran file rekaman di sejumlah grup di media sosial. Atas perbuatan para pelaku, lanjut Ilham, kliennya sangat dirugikan dan merasa dicemarkan nama baiknya.

"Perbuatan pelaku perekaman tanpa izin dan penyebarnya telah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik ITE yang diatur dalam UU RI No 19 Tahun 2016 tentang perubahan UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE," tutur Ilham.

Sementara menurut kuasa hukum Danny lainnya, Taslim Suarman, terkait laporan pengacara Yusuf Gunco pada polisi, yang berusaha menyudutkan Danny, sebagai laporan yang mengada-ada, karena setiap orang berhak berbicara, berpikir, dan berpendapat di rumahnya sendiri. Hal ini dilindungi UU RI Nomor 9 Tahun 1998, UUD 1945, dan Deklarasi Universal HAM.

"Apa yang disampaikan Danny dalam obrolan di rumahnya dalam konteks percakapan pribadi terkait kondisi politik nasional, laporan Yusuf itu sumir dan mengada-ada," tutup Taslim.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Identifikasi Perekam Suara

Sebelumnya, sebuah video berdurasi 1 menit 58 detik viral di media sosial. Video yang berisikan rekaman suara mirip dengan suara milik mantan Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto itu, diduga direkam diam-diam oleh seseorang pada Minggu, 27 November 2020 sekitar pukul 9.30 Wita. 

Kepada Liputan6.com, Danny Pomanto sendiri tidak menampik bahwa suara itu memang adalah dirinya. Ia pun menyebutkan bahwa rekaman suara itu nantinya akan diklarifikasi oleh juru bicaranya. 

"Semua juga sudah tahu kalau itu direkam diam-diam di kediaman pribadi saya. Jadi biar nanti lebih detil juru bicaraku yang klarifikasi, biar seragam," kata Calon Wali Kota Makassar Nomor Urut 1 itu kepada Liputan6.com, Sabtu (5/12/2020) sore. 

Terpisah, juru bicara Danny Pomanto, Alo Natsar Desi menerangkan bahwa pembicaraan itu adalah pembicaraan pribadi Danny Pomanto dengan koleganya. Menurut dia semestinya pembicaraan itu tidak direkam secara diam-diam. 

"Jadi memang ada yang rekam. Dengan tujuan menjatuhkan kami. Apalagi ini sebentar lagi hari pencoblosan," kata Alo kepada Liputan6.com, Sabtu (5/12/2020) malam. 

Alo menjelaskan bahwa Danny Pomanto tidak ada niatan sama sekali untuk menjelek-jelekkan JK, apalagi untuk memfitnah mantan Wakil Presiden RI itu. Menurut Alo, apa yang diucapkan oleh Danny hanyalah obrolan biasa saja. 

"Jadi itu cuma ngobrol, tidak ada niat seperti yang disebarkan oleh lawan politik kami," jelasnya.

Usai rekaman itu beredar luas. Tim internal Calon Wali Kota Makassar petahana itu pun berhasil mengidentifikasi siapa orang yang secara diam-diam merekam ucapan Danny. 

Menurut Alo, dugaan pelaku tertuju pada Ketua Umum Forum Komunikasi Bosowa Taksi, Syarif Mada. Pihak Danny pun dalam waktu dekat akan melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian. 

"Kita akan laporkan ke polisi," terangnya

 

3 dari 3 halaman

Isi Rekaman

Berdasarkan video editan yang berisi rekaman suara Danny Pomanto, mantan Wali Kota Makassar periode 2013-2018 itu menyebut mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) menjadi dalang penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo pada Rabu, 25 November 2020 lalu. 

"Makanya kalau urusannya Edhy Prabowo ini, kalau Novel yang tangkap itu berarti JK (Jusuf Kalla). Novel itu kontrolnya di JK," terang Danny, dalam video tersebut. 

Tidak hanya itu Danny bahkan menyebutkan bahwa penangkapan Edhy Prabowo juga merupakan upaya adu domba antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo. 

"Artinya begini, dia sudah mulai menyerang Prabowo. Yang kedua nanti seolah-olah Jokowi yang suruh, Prabowo dan Jokowi baku tabrak," terangnya. 

Selain menyebut adanya upaya adu domba antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo, Danny juga menyatakan bahwa penangkapan Edhy Prabowo merupakan pengalihan isu dari kasus yang tengah menjerat Habib Rizieq. 

"Ini kan politik, politik ini. Kemudian mengalihkan anunya Habib Rizieq, begitu. Habib Rizieq ini mau digeser," ucapnya. 

Danny Pomanto kemudian menegaskan bahwa penangkapan Edhy Prabowo merupakan permainan Jusuf Kalla, dengan alasan orang yang paling diuntungkan dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu adalah Jusuf Kalla. 

"JK yang main, JK yang paling diuntungkan. Coba kita lihat siapa yang paling diuntungkan dengan ditangkapnya Edhy Prabowo? JK lagi dihantam, beralih lagi ke Edhy Prabowo kan? Dia," ucapnya. 

Danny kemudian mengaitkan penangkapan itu dengan Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Ia menyebutkan bahwa dengan ditangkapnya Edhy Prabowo, pamor Prabowo Subianto pun akan turun sehingga kemudian Anies Baswedan dan Jusuf Kalla bisa memanfaatkan hal tersebut 

"Kedua, Prabowo yang turun. Karena dianggap korupsi pale di sini. Calon presiden toh? Berarti Anies sama JK yang paling menguntungkan. Apalagi? Dia mengkhianati Jokowi. Ketiga. Begitu. Jadi yang paling untung ini JK. Jago memang mainnya. Tapi kalau kita kan sudah hapal, apa dia mau main," ucap Danny. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.