Sukses

Limbah Serat Kelapa Pangandaran Sukses Tembus Pasar Tiongkok Saat Pandemi Covid-19

Jangan dibuang, pengolahan sabut kelapa bisa memberikan nilai tambah yang menjanjikan bagi masyarakat, terutama pada masa sulit, seperti pendemi covid-19 saat ini.

Liputan6.com, Pangandaran - Masa sulit pandemi covid-19 saat ini yang dikeluhkan sebagian besar dunia usaha Tanah Air, rupanya tidak berlaku bagi Yohan Wijaya (37), warga Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Lewat Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK), Yohan bersama 71 pegawainya, justru tengah kelimpungan melayani pesanan pelanggan. Dia sukses besar mengolah limbah sabut kelapa, yang diubahnya menjadi dua produk unggulan yakni cocofeat, biasa digunakan sebagai media tanam tanaman organik.

Serta cocofiber, produk olahan serat tapas kelapa, yang digunakan industri otomotif part seperti bahan bantalan jok mobil, belt lading, peredam, pengganti kom, hingga pembuatan matras, tali, kasur, sofa, di beberapa perusahaan Tiongkok dan Jepang.

"Kecuali Februari hingga Mei saat China lockdown total, sekarang malah kami kelabakan akibat banyaknya permintaan," ujar Yohan, di pabriknya Kampung Sidahurip, Desa Cinta Karya, Kecamatan Parigi, Pangandaran, Rabu (11/11/2020) petang.

Menurutnya, usaha pengolahan limbah sabut kelapa banyak memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama saat pandemi Covid-19 saat ini.

"Kendala utama kami itu adalah cuaca, sebab berhubungan dengan pengeringan," ujar dia.

Selain itu, pengolahan limbah serabut kelapa praktis banyak menggunakan otot, tanpa melibatkan bahan kimia, serta alih teknologi canggih lainnya. "Asal alatnya mendukung dalam pemisahan sabut dan serbuk, di mana pun bisa dijalankan," kata dia.

Tak mengherankan, sejak pertama kali buka pada 2016 lalu, dalam waktu 3-4 tahun, koperasi ini berhasil menembus pasar ekspor hingga Tiongkok dan Jepang, dengan permintaan yang terus meningkat.

"Alhamdulillah dengan adanya bantuan BI (Bank Indonesia) kami bisa merambah ke pasar negara lain, seperti Korea Selatan, Belgia, Jerman, ada juga dari Israel untuk media tanam," kata dia merinci.

Simak Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cerdik Melihat Peluang

Yohan mengenang, awal mula terbesit keinginan mengolah limbah sabut kelapa saat melihat banyaknya limbah sabut kepala yang tidak termanfaatkan di kampungnya.

"Cocofeat ini awalnya pada 2015 lalu dinyatakan limbah yang meresahkan lingkungan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pangandaran," kata dia.

Akhirnya pada 2016, ia mengambil peluang itu dan mengolahnya menjadi barang dengan nilai jual cukup tinggi.

"Ada dua produksi olahan, kulitnya atau tapasnya kita urai menjadi serat untuk ekspor ke China, serta cocofeat untuk media tanam," kata dia.

Selain itu, melimpahnya sabut kepala, sebanding dengan melimpahnya sumber daya manusia di kampungnya terutama saat covid-19 ini.

"Kami ini awalnya karang taruna kemudian digerakkan untuk mengolah serabut kepala ini," ujarnya

Saat ini, produksi per bulan KMPK baru berkisar antara lima hingga delapan kontainer per bulan, atau sekitar 65 kontainer per tahun. "(Omzetnya) Sekitar Rp8 miliar per tahun," ujar dia.

Sebuah nilai yang terbilang besar dari usaha mengolah limbah sabut kelapa dengan peluang pasar yang begitu luas.

"Ini baru 5 persen yang kita penuhi permintaan dari satu buyer, padahal satu buyer itu ke kita minta hampir 200 kontainer per bulan," kata dia.

Dengan masih tingginya angka pengangguran, pengolahan limbah sabut kelapa bisa menjadi usaha menjanjikan yang menghasilkan bagi masyarakat.

"Targetnya tahun depan kalau bisa di 100 kontainer satu tahun, kendala saat ini satu cuaca," kata dia.

3 dari 3 halaman

Pembinaan Berkelanjutan

Kepala Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM Keuangan Inklusif dan Syariah BI Tasikmalaya Yusi Yuliana, menilai KPMK Pangandaran cerdik dalam mengoptimalkan setiap peluang yang ada, terutama saat masa sulit seperti pandemi covid-19.

"Sebelumnya sabut kelapa ini tidak termanfaatkan, sekarang bisa dimanfaatkan bahkan bisa menembus pasar ekspor," ujarnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan Yohan dan kelompoknya, diharapkan menjadi motivasi bagi masyarakat lain dalam upaya mengoptimalkan sumber daya alam di lingkungan sekitar.

"KPMK ini cukup sukses, baru didirikan 2016, tapi dalam kurun waktu tiga, empat tahun ini bisa menembus pasar ekspor," ujar dia.

Walhasil, dengan melihat keseriusan mereka akhirnya BI turun langsung memberikan pelatihan, mulai proses ekspor untuk meningkatkan jaringan pangsa pasar mereka ke depan.

"Kita berikan pembinaan bagaimana agar mereka siap ekspor sendiri tanpa melibatkan pihak ketiga," kata dia.

Kemudian, bisnis meeting yang baik saat bertemu dengan calon pembeli atau buyer dari negara tujuan yang membutuhkan. "Minimal dengan buyer bisa berkomunikasi dengan mereka, terutama dengan buyer baru," kata dia.

Serta pendampingan cara membuat laporan keungan yang profesional, sesuai dengan akuntan bisnis yang baik sebuah perusahaan.

"Laporan keuangan ini sangat pening terutama untuk meyakinkan buyer, agar percaya bahwa KPMK ini adalah lembaga yang cocok diajak kerja sama dengan mereka," kata dia.

Terakhir, pembinaan yang dilakukan BI yakni dengan pemberian bantuan peralatan pabrik untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka.

"Yang kami bagus dari KPMK ini mereka bisa melibatkan masyarakat atau kelompok masyarakat di sekitarnya, jadi mereka bisa tumbuh bersama tidak sendirian," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.