Sukses

Gerbang Kabut Disinfektan, Mendobrak Rasa Pekewuh Melawan Corona

Upaya membatasi tamu dan memaksa untuk menggunakan disinfektan sering terkendala rasa pekewuh atau sungkan. Gerbang ini menjadi solusi.

Liputan6.com, Semarang - Satu lagi kabar baik corona. #Kabarbaikcorona ini datang dari warga perumahan Graha Wanamukti Semarang berupaya menjaga lingkungannya dengan gerbang disinfektan. Gerbang ini berada di pintu masuk, sehingga siapapun dan apapun yang melintas akan tersemprot cairan disinfektan secara otomatis.

Inilah babak baru perlawanan warga terhadap penyebaran virus corona covid-19. Ketua RT 03, Perumahan Graha Wanamukti, Samsul Effendi menjelaskan bahwa gerbang dibuat secara swadaya.

"Apalagi gedung diklat di sebelah itu kan sedang disiapkan menjadi ruang isolasi pasien corona oleh Wali Kota. Jadi kami mesti bersiap agar warga merasa nyaman dan tak khawatir,” kata Samsul kepada Liputan6.com, Minggu (29/3/2020).

Gerbang disinfektan ini dibuat dengan memanfaatkan tekanan yang keluar dari pompa air. Air yang sudah dicampur dengan bahan disinfeksi itu disedot dan dialirkan melalui sebuah selang yang dimodifikasi.

“Kepekatan kabut bisa disetting dari besarnya lubang. Sedangkan kepekatan cairan disinfektan tergantung pada saat menyiapkan bahan,” kata Samsul.

Awalnya, gerbang ini dijalankan secara manual, yakni menggunakan saklar saja. Namun mobilitas warga yang masih tinggi dan juga keluar masuknya binatang liar seperti kucing, akhirnya menimbulkan ide untuk memasang sensor gerak.

"Setelah melewati sensor gerak, sepersekian detik kemudian cairan akan menyemprot. Timingnya disetting agar tepat saat obyek bergerak ada di bawahnya,” kata Samsul.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak video gerbang kabut disinfektan ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pilih Sungkan Atau Virus?

Mulyo Hadi, salah satu warga menyebutkan bahwa kegelisahan warga berawal ketika ada informasi bahwa gedung Diklat Pemkot Semarang yang berjarak 200 meter untuk dijadikan ruang isolasi jika pasien meledak.

“Ini sesungguhnya bukan untuk sterilisasi. Yang penting kami berupaya dan meningkatkan ketenangan warga sehingga meningkatkan sistem imun tubuh,” kata Mulyo Hadi.

Disebutkan pula bahwa sebagai manusia Jawa dengan pemasangan gerbang otomatis itu, akan mampu menabrak dinding rasa sungkan atau pekewuh jika berhadapan dengan tamu.

“Rasanya kan nggak etis kalau ada tamu trus kita paksa cuci tangan. Jadi biar nggak tersinggung ini jadi solusi,” katanya.

Penyebaran corona covid-19 disadari bukan hanya melalui manusia. Namun bisa juga melalui binatang seperti kucing liar, bahkan mobil atau sepeda motor. Itulah sebabnya gerbang ini agar praktis dilengkapi dengan sensor gerak yang peka.

Jika mobil melintas, selain mobil diharuskan menembus kabut disinfektan, pengemudinya juga diminta membuka jendela dan ikut terkena pula. Tak ada jaminan bahwa kawasan tersebut menjadi steril, namun sebagai sebuah upaya, ini layak mendapatkan apresiasi, apalagi pemerintah terlihat kedodoran menghadapi serbuan kedatangan ODP, yakni para pemudik dari Jakarta dan juga zona merah lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.