Sukses

Tapak Tilas Hari Santri Nasional Lewat Perjuangan Para Kiai pada Masa Penjajahan

Perjuangan para kiai dan santrinya kala itu dikenal sebagai resolusi jihad, yang menyatakan perjuangan untuk merdeka adalah perang suci atau jihad.

Liputan6.com, Blora - Setiap 22 Oktober menjadi momen bahagia para santri karena pada tanggal itu diperingati hari santri nasional. Pengasuh Ponpes Khozinatul Ulum KH Muharror Ali, menuturkan rasa terima kasih kepada pemerintah karena telah menetapkan hari santri yang berlatar perjuangan para kiai mengusir penjajah.

"Menengok sejarah kemerdekaan Indonesia itu tidak lepas dari peran kiai-kiai dan para santrinya mengusir penjajah," katanya saat memberikan tausiah dalam acara istigasah hari santri nasional di halaman pondok pesantren, Senin (21/10/2019).

KH Muharror Ali mencontohkan ada peran kiai-kiai yang menjadi penggerak perjuangan santri mengusir penjajah. Mereka adalah Kiai Abbas Djamil Buntet dari Cirebon, Kiai Abdullah Faqih dari Langitan Tuban, dan Kiai Mahrus Aly dari Lirboyo Kediri.

"Kiai Hasyim Asyari di Pondok Pesantren Tebuireng yang menunjuk langsung dan ketiganya kemudian menyepakati dilakukannya jihad oleh para santri mengusir penjajah dari tanah air dalam pertemuan yang berlangsung pada 22 Oktober 1945," katanya.

Jihad para kiai dan santrinya kala itu dikenal sebagai resolusi jihad, yang menyatakan perjuangan untuk merdeka adalah perang suci (jihad). Artinya, berjuang melawan sekutu adalah wajib, atau fardu ain bagi setiap umat Islam.

Diketahui, meski Indonesia sudah menyatakan secara resmi kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, tetapi Indonesia pada saat itu masih belum terlepas dari belenggu penjajahan.

Lebih lanjut, KH Muharror Ali mengapresiasi adanya hari santri nasional. Dia juga bersyukur pondok pesantren Khozinatul Ulum bisa mempunyai lembaga pendidikan yang setara dengan pendidikan yang lain sehingga para santri bisa menimba ilmu dan melanjutkannya ke jenjang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri.

"Inikan suatu keuntungan luar biasa yang dicapai berkat santri. Mereka dari sini bisa meneruskan ke lembaga-lembaga di luar negeri," katanya.

"Santri dari Khozinatul Ulum ada yang di Al-Azhar, ada yang di Maroko, dan ada yang di Sudan," KH Muharror Ali memungkasi.

Salah seorang santriwati Khozinatul Ulum, Muthoharoh mengungkapkan adanya hari santri nasional memberikannya semangat untuk terus belajar. Dengan cara itulah, kata dia, santri sekarang bisa melanjutkan jihad para kiai pada zaman penjajahan.

"Semoga pada hari santri tahun ini, kami semakin semangat dalam belajar," pungkas santriwati yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah Khozinatul Ulum.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.