Sukses

Teman Dekat Ungkap Perilaku Mencurigakan Penusuk Wiranto Selama di Medan

Pelaku penusukan Wiranto selama tinggal di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) pernah bercerita tentang sesuatu yang disebutnya sebagai saudara-saudara di Suriah dan berkeinginkan untuk ikut berjihad.

Liputan6.com, Medan - Pelaku penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto selama tinggal di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) dikenal pernah dekat dengan narkoba dan penceramah di musala.

Hal itu diungkapkan oleh Alex (39), teman dekat Syahrial Alamsyah (51). Tidak hanya itu, Syahrial pernah menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum salah satu universitas ternama di Sumut. Syahrial juga pernah ke Malaysia sekitar 5 bulan pada tahun 1999.

"Pulang dari Malaysia, saya bilang ke dia 'oh udah Islam'. Bercanda aja. Maksudnya, dia sudah pakai peci. Terus ke musala ngisi pengajian dan ceramah. Tapi kurang disukai warga. Dia narik diri," kata Alex, Kamis (10/10/2019).

Alex juga mengatakan, Syahrial sempat bekerja serabutan mulai dari membuka depot air, rental PlayStation, tetapi bisnis itu tandas. Kerjaan apa pun dilakukannya. Syahrial lalu berkenalan dengan Yuni hingga akhirnya menikah tanpa restu di Hamparan Perak, Deli Serdang, awal tahun 2000-an.

Setelah menikah dengan Yuni, Syahrial dikaruniai dua anak perempuan. Namun, saat anak keduanya baru berusia 10 hari, Yuni diambil paksa orangtuanya. Kemudian orangtua Yuni melaporkan Syahrial telah melarikan anak orang sehingga ditahan selama tiga bulan di penjara.

"Orangtua Yuni enggak setuju dengan hubungan mereka," ujarnya.

Pada tahun 2013, Alex mengaku Syahrial pernah bercerita tentang sesuatu yang disebutnya sebagai saudara-saudara di Suriah dan berkeinginkan untuk ikut berjihad. Syahrial juga pernah mengatakan adanya sebuah proyek di Sulawesi Selatan, tetapi batal.

"Jika proyek itu jadi, akan digunakannya untuk pergi ke Suriah. Kalau saya, jihad itu untuk keluarga," ucapnya.

Tidak hanya itu, Alex juga mengaku pelaku penusuk Wiranto itu pernah menyebut dirinya tidak menyukai Pancasila, dan mengatakan pemimpin-pemimpin kafir. Alex tidak sepakat dan mengaku NKRI harga mati.

"Dia ada nunjukin bendera, panji hitam. Dia juga menolak Pancasila, saya berbeda. Saya tetap NKRI harga mati," Alex menegaskan.

Selanjutnya di tahun 2015, Syahrial bertemu dengan istrinya yang bercadar. Syahrial bersama istri, dua orang anak perempuannya, dan juga dua anak laki-lakinya tinggal sekitar dua bulan di Jalan Alfakah VI, Medan.

"Sampai mereka meninggalkan rumah itu. Enggak tahu ke mana. Sampai akhirnya sekarang. Enggak habis pikir saya dia nekat nusuk Pak Wiranto," sebutnya.

Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Ikhwan Lubis mengatakan, pelaku penusukan Wiranto itu tidak memiliki catatan kriminal di wilayah hukumnya. Apalagi Syahrial diketahui telah meninggalkan Kota Medan sejak tahun 2016.

"Pelaku sudah lama merantau," Ikhwan menandaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keluarga Enggan Komentar

Sementara Ppemeriksaan terhadap rumah kakak ipar Syahrial Alamsyah di Jalan Alfaka V, Desa Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, oleh polisi berakhir sekitar pukul 19.30 WIB. Usai pemeriksaan masih terlihat beberapa petugas kepolisian berjaga di luar rumah kakak ipar Syahrial bernama Trisna.

Melihat pemeriksaan tersebut telah usai, beberapa awak media mencoba meminta keterangan dari pihak keluarga. Namun, saat hendak masuk ke dalam rumah Trisna, pihak keluarga menolak untuk diwawancari, bahkan mereka enggan membuka pagar rumahnya.

"Enggak bisa, maaf, tadi pesan polisi begitu, enggak boleh ditanya-tanya," sebut seorang wanita yang mengenakan daster putih.

Penusukan terhadap Wiranto berawal saat Menko Polhukam berkunjung ke Alun-Alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Saat itu Wiranto ditusuk oleh Syahrial Alamsyah bersama dengan Fitri Andriana Binti Sunarto.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.