Sukses

Menikmati 'Sambal Goyang Inul' di Taman Wisata Papandayan

Kehadiran Sambal Khas Papandayan diharapkan menjadi pelecut ekonomi, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Liputan6.com, Garut - Hembusan sejuk semilir angin khas pegunungan, membuat acara semakin hidup. Sementara deretan koki ‘dadakan’ yang berasal dari kios dan warung sekitar Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat, nampak terlihat sibuk dari biasanya.

"Hah hah hah …seuhah," ujar Dini Turipanam Alamanda, Ketua Pelaksana Sayembara Sambal Khas Papandayan, membuat yel-yel lomba untuk menyemangati seluruh peserta lomba, di Aula TWA Papandayan, Sabtu (3/8/2019).

Untuk kali pertama, mereka sengaja diajak berkompetisi menghasilkan menu baru ‘Sambal Goyang Inul Papandayan’ yang tengah disiapkan, sebagai ikon baru kuliner unggulan Garut, selain sambal Cibiuk yang lebih dulu melegenda.

Santi Novani, Ketua Penelitian P3MI mengatakan, ide unik yang ia lakukan, merupakan bentuk kepedulian akademisi hasil dari survei lapangan, terhadap besarnya potensi kunjungan wisata Papandayan.

"Jumlah pengunjung memang banyak, tetapi tidak bisa lama-lama, karena tidak ada  kuliner khas yang bisa dinikmati," ujar dia, dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com.

Sayembara sambal yang diinisiasi Decision Making and Strategic Negotiation (DMSN), Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB, dengan Universitas Garut itu, diharapkan memberikan sentuhan inovasi bagi warga.

"Sebenarnya bukan buat kami, tapi buat mereka juga bagaimana memajukan kesejahteraan para pedagang di sana," kata dia.

Menurutnya, peningkatan pengunjung TWA Papandayan saat ini, tidak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan para pedagang, yang didominasi warga sekitar. "Makanya kita lakukan survei kecil-kecilan mahasiswa kenapa hal ini terjadi," ujar dia.

Dalam analisanya, salah satu keengganan pengunjung betah menghabiskan waktu  di sana, akibat tidak adanya makanan yang menjadi ciri khas Papandayan.

"Biasanya setelah kunjungan, makannya pengunjung itu di luar Papandayan, kan sayang kenapa tidak (makan) di sini saja," papar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Minim Produk Khas

Saat ini, sekitar 80 kios dagang yang berada di kawasan wisata Papandayan, hanya menyajikan makanan cepat saji seperti mie instan, kopi dan souvenir, tanpa memunculkan menu lokal yang menjadi ciri khas masyarakat sekitar.

"Bahkan penjual kopi pun yang ada malah kopi Toraja, bukan kopi Papandayan sebagai ciri khas masyarakat," kata Santi, mengomentari hasil survei lapangan.

Tidak hanya itu, makanan khas Garut seperti baso aci, dodol, dan makanan tradisional lainnya, justu disingkirkan, kalah dengan menu instan makanan cepat saji. "Makanya kami berupaya menghasilkan sesuatu dengan ciri khas daerah sekitar," papar dia dengan bangga.

Wati Susilawati, Dekan Fakultas Ekonomi UNIGA menambahkan, kegiatan sayembara sambal itu, diharapkan menjadi perekat rasa bagi pengunjung. "Bagaimana membuat mereka agar bisa berlama-lama lagi di Papandayan, dengan menikmati sajian khas daerah sekitar," papar dia.

Dalam prakteknya, panitia sengaja menyediakan seluruh bahan yang digunakan dalam sayembara itu. "Mereka tinggal datang, dan sajikan menu istimewa untuk kami uji," ujar dia.

Lidia Mayangsari, panitia lainnya menambahkan, untuk menghasilkan citarasa yang khas, seluruh peserta wajib menggunakan bahan utama cabai inul. "Itu kan potensi utama masyarakat sekitar," kata dia.

Selain para juri yang akan mencicipi, sambal Papandayan hasil ulekan peserta, bisa dinikmati pengunjung yang datang. "Nanti kami pun akan meminta testimoninya dari mereka," kata dia.

Dengan munculnya sambal Papandayan, seluruh tim ujar dia, mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata Garut, terutama di area Papandayan. "Intinya ada sesuatu baru ikon lokal Garut yang kembali muncul," kata Dini.

3 dari 5 halaman

Butuh Inovasi

Dedi Sitepu, Manajer Operasional TWA Papandayan mengaku bangga, dipercaya menjadi venue utama, salah satu rintisan rencana ikon kuliner Garut itu ke depan.

"Ini sebuah inovasi dan kemajuan, walaupun hanya sambal, terima kasih atas kesempatannya," kata dia. Sebagai pengelola baru kawasan wisata alam terbuka, pengelola sangat mendukung terhadap festival kuliner tradisional itu.

"Ke depannya kita berharap tim dari ITB dan Uniga ini, bisa fokus juga ke kuliner secara luas," ujarnya.

Menurutnya, sajian kuliner lokal khas Papandayan terbilang minim, sehingga munculnya festival ini, mampu menjadi pelecut bagi warga sekitar untuk menghasilkan produk khas yang cukup digemari.

"Kalau ada yang kurang soal rasa bisa ditanyakan secara langsung (ke panitia)," ujar dia menyemangati para peserta. Dengan munculnya ikon baru sambal Papandayan, pengelola berharap mampu menaikan jumlah kunjungan wisata yang menyenangkan.

"Saat ini salah satu yang terkenal di Papandayan itu pisang gorengnya, nah sekarang bertambah ada sambal Papandayan, semoga bisa lebih mengangkat kreasi yang terpendam," harap dia.

Tanggapan itu diamini Ikeu Kania, penggagas festival sambal Papandayan. Menurutnya, ide kreatif dari masyarakat sekitar, sangat ditunggu agar pengunjung betah dan senang selama berlibur di sana. "Banyak potensi lokal yang bisa dijual," ujarnya.

4 dari 5 halaman

Kategori Lomba

Setelah melalui tahapan penjurian yang matang, dihasilkan tiga juara pembuat sambal goyang goyang inul khas Papandayan. "Kami memberikan kategori untuk juara itu adalah enak, unik dan tentu rasa khas sambal Papandaya nya keluar," ujar Arfenia, salah seorang juri dari SBM ITB.

Meskipun terbilang singkat, namun respon peserta terbilang tinggi. Beberapa pengunjung bahkan sengaja mampir mencicipi hidangan sambal khas Papandayan itu.

"Rasa pedasnya nendang," ujar Nandi, (19) salah seorang pengunjung gunung Papandayan, yang sengaja masuk ke lokasi acara, untuk mencicipi sambal.

Menurutnya, secara umum sambal goyang inul Papandayan cukup nikmat, dengan sedikit catatan. "Seperti terlalu banyak bawang putih, jadi rasa pedasnya beradu sama bawang putih," ungkap dia.

Hal senada diungkapkan Roby, pengunjung lokal kawasan Cisurupan. Menurutnya, kejuaraan itu, mampu menghasilkan beragam sambal khas Papandayan, sebagai ikon baru kuliner di Garut. "Tadi saya ada rasa oncom, goang, termasuk sambal ijo, rasa pedasnya pas, selera cukup enak," papar dia.

Rismaram, (24), salah satu pengunjung asal Garut Kota mengakui, sambal goyang inul khas Papandayan, memiliki citarasa tersendiri. “Mantap, rasa pedasnya menggigit di lidah," kata dia. Dengan style ulekan dan campuran bahan yang berbeda, ia menilai, rasa sambal khas Papandayan lebih beragam.

"Ada yang mendekati rasa sambal Cibiuk, ada juga yang terasa campuran jeruk nipisnya dan banyak lagi," kata dia. Tak mengherankan, sambal goyang Inul Papandayan, bisa diadupadankan dengan berbagai makanan lainnya.

"Bisa (Sambal) buat ayam geprek enak, sama semua pun saya rasa bakal nikmat," ujarnya. Untuk menarik minat pengunjung, ia berharap kejuaraan serupa bisa digelar kembali, dengan pelaksanaan di luar akhir pekan.

"Lebih baik dilakukan di weekday saja, sehingga para pedagang bisa menyajikan sambal itu kepada pengunjung," kata dia.

5 dari 5 halaman

Pesona Wisata Garut

Selain pemandangan alam yang Indah, keunggulan lain wisata Kabupaten Garut, terletak dari beragamnya menu kudapan kuliner tradisional.

Sebut saja baso aci, baso daging, seblak, moring dengan rasa asin pedas, hingga oleh-oleh legendaris dodol khas Garut, dengan mudah bisa anda temui selama berkunjung di kota intan. Fenomena itu, mampu menempatkan Garut sebagai kota seribu kuliner di Jawa Barat.

"Kita berupaya dari sesuatu kecil menjadi hal yang menjadi kebanggan baru," ujar Santi.

Hadirnya sambal Papandayan ujar dia, diharapkan menjadi sektor baru ekonomi kreatif warga sekitar. "Nanti kita bantu soal uji labnya, kemasan termasuk merk dagangnya," kata dia.

Dengan upaya itu, sambal Papandayan, bisa menjadi ikon baru yang bisa dibawa pengunjung. "Jika dikemas sedemikian rupa, kan lebih menarik wisatawan," ungkap dia.

Yanti, salah satu pemenang lomba festival sambal Papandayan menyatakan, festival sambal Papandayan merupakan kali pertama digelar bagi pedatang sekitar. "Tentu kami bangga, apalagi ini ada perhatian serius dari kalangan kampus," ujar dia.

Dengan upaya itu, diharapkan masyarakat sekitar bisa lebih aktif memunculkan produk unggulan khas daerah, sehingga bisa dinikmati kalangan pengunjung. "Semoga saja perhatian mereka tidak cukup sampai di sini," pinta dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini