Sukses

Bermain Cahaya dengan Para Seniman Video Mapping Kelas Dunia di Yogyakarta

SUMONAR memunculkan tren baru seni visual dan ini berbeda dengan light festival di tepat wisata, tidak hanya menghibur tetapi Sumonar juga bermuatan seni budaya.

Liputan6.com, Yogyakarta Jogjakarta Video Mapping Festival (JVMF) akan kembali digelar di Yogyakarta pada 26 Juli sampai 5 Agustus 2019. Namun, perhelatan yang memasuki tahun kedua ini berganti nama menjadi SUMONAR.

SUMONAR 2019 akan dilaksanakan di Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, antara lain Museum Bank Indonesia dan Kantor Pos Yogyakarta. Bukan hanya seniman dalam negeri yang berpartisipasi dalam acara ini, seniman asal Macau dan Filipina pun siap menyuguhkan karya-karya mereka.

Sekitar 13 seniman video mapping dan 12 seniman instalasi akan unjuk gigi dalam perhelatan ini.

"SUMONAR memunculkan tren baru seni visual dan ini berbeda dengan light festival di tepat wisata, tidak hanya menghibur tetapi Sumonar juga bermuatan seni budaya," ujar Ari Wulu, Festival Director Sumonar, dalam jumpa pers di Yogyakarta, Senin, 22 Juli 2019.

Ia menjelaskan, cahaya yang digunakan dalam acara ini bukan hanya berasal dari permainan lampu, melainkan presentasi objek secara keseluruhan. Ia juga tidak membatasi para seniman untuk membuat video mapping dengan konten lokal, sebab pameran visual ini bersifat kontemporer.

Menurut Ari, SUMONAR menjadi upaya untuk menjawab kegelisahan manusia terhadap ruang kota yang dihuninya melalui pertunjukan video dan instalasi seni yang interaktif. Bangunan, tembok, pagar, jembatan, gedung, monumen, dan bangunan lain yang kerap dianggap sebagai penghalang, bahkan kadang sama sekali tidak dipandang, ternyata memiliki fungsi lain dalam festival ini.

Kegelisahan ini juga direspons melalui tema yang diangkat pada penyelenggaraan SUMONAR tahun ini, yakni My Place, My Time. Ari bercerita segala sesuatu yang terjadi di kota ini tidak lepas dari stakeholder, pemerintah, dan masyarakatnya.

"Perubahan wajah kota itu berarti perubahan kita juga sebagai masyarakatnya dan ini yang ingin ditonjolkan melalui karya-karya seniman video mapping," kata Ari.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rebranding JVMF

Sumonar muncul menggantikan nama lama Jogja Video Mapping Festival (JVMF) bukan tanpa alasan. Menilik ke awal kemunculannya di Yogyakarta, seni cahaya ini mulai dikenal pada 2013. Ketika itu, kegiatan ini menempel pada Festival Kesenian Yogyakarta (FKY).

Secara konsisten program ini dilakukan setiap tahunnya dan mampu membentuk sebuah kelompok kolektif bernama Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP).  Video mapping menjadi program rutin dan akhirnya berdiri sendiri menjadi bentuk festival bernama JVMF.

"Tapi ternyata nama JVMF itu kurang bisa diangkat di dunia internasional, ide mengubah nama itu setelah kami ke Moscow dan Sydney, akhirnya dipilihlah nama SUMONAR yang lebih bisa merepresentasikan seni cahaya ini untuk Indonesia, bahkan kawasan Asia," tutur Ari.

SUMONAR berasal dari penggabungan dua kata, yaitu Sumon dan Sumunar. Sumon memiliki arti mengumpulkan, sementara Sumunar memiliki makna bercahaya.

Menurut Ari, pergantian nama dari JVMF ke Sumonar menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk bisa menjelaskan identitas dari festival ini kepada masyarakat Indonesia maupun dunia.

"Perkenalan melalui identitas tersebut dapat menambah keragaman video and art light festival internasional yang telah marak selama kurang lebih 10 tahun terakhir," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Kurasi yang Lentur

Kurator SUMONAR 2019, Sujud Dartanto, menuturkan proses kurasi karya seni yang tampil dalam perhelatan ini sangat lentur. Ia membebaskan seniman memilih media dan teknik yang dipakai. Video mapping tidak hanya membahas tentang bagaimana proses penciptaan video, tetapi juga ilustrasi musik, 3D desain, arsitektural, script writing, dan masih banyak lagi.

Ia menilai SUMONAR 2019 akan menjadi pertunjukan yang menampilkan kekhususan, yakni seni cahaya, dan menjadi pertunjukan pertama di Yogyakarta.

"Festival ini juga tidak lepas dari seni media baru di Indonesia, sejak 20 tahun terakhir, walaupun sebenarnya kita sudah punya dari dulu bernama wayang yang juga menggunakan multimedia," kata Sujud.

Ia tidak menampik seniman yang menghasilkan video mapping semakin banyak karena tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi digital saat ini.  Video mapping menjadi media seni yang pro anak muda dan diharapkan bisa memunculkan apresiasi baru.

"Jenis karya ini interaktif dan hiperteks, teksnya tidak konservatif, penuh eksplorasi," kata Sujud.

Selain itu, audiens dan karya seni menjadi tidak berjarak karena audiens melebur dengan video dan audio.

Berikut program acara SUMONAR 2019

1. 26 Juli 2019, pukul 19.30 – 20.00 WIB: Opening Ceremoy SUMONAR – Pertunjukan Video Mapping di Gedung Museum Bank Indonesia, sekaligus pembukaan pameran video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol Km.

2. 26 Juli – 5 Agustus 2019, pukul 10.00 – 21.00 WIB: SUMONAR Exhibition – Pameran seni video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol KM.

3. 1 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB: Video Mapping Show – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta.

4. 4 Agustus 2019, pukul 15.00 – 17.00 WIB: Creative Sharing oleh Ican Agoesdjam di Loop Station (gratis dengan mendaftar).

5. 5 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB: Closing Ceremony SUMONAR – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta oleh featured artist untuk menutup rangkaian SUMONAR – My Place, My Time.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.