Sukses

Penyebab Banjir di Sulawesi Selatan

Banjir di Makassar, Sulawesi Selatan, kali ini terbilang paling parah sepanjang sejarah kota itu.

Liputan6.com, Makassar - Hampir tiap tahun saat musim hujan, empat kecamatan di Makassar terendam banjir. Keempat kecamatan tersebut, masing-masing Kecamatan Panakukang, Manggala, Tamalanrea, dan Biringkanaya.

Namun, banjir yang melanda Makassar dalam beberapa waktu ini dianggap banjir yang terparah. Lamrin (56), salah seorang warga Kecamatan Manggala, Makassar, mengatakan banjir kali ini cukup parah. Hampir semua daerah di Makassar terendam banjir.

"Hampir semua dataran rendah di empat kecamatan tersebut tak lepas dari genangan banjir. Meski dahulunya merupakan penyangga Kota Makassar," ujar Lamrin, yang ditemui di sela-sela memantau kondisi banjir yang ada di Jalan Poros Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala, Makassar, Kamis, 24 Januari 2019.

Banjir yang melanda empat kecamatan ini, kata dia, dianggap paling parah karena genangan air tak hanya mencapai pinggang orang dewasa. Bahkan, beberapa keluarga di perumahan terpaksa dievakuasi karena banjir sudah mencapai atap rumah mereka.

"Tahun lalu juga demikian, tapi hanya sebentar air sudah surut. Tahun ini, air surutnya agak lambat karena area hilir sudah banyak bangunan perumahan," ucap Lamrin.

Ia meyakini banjir yang menerjang sejumlah permukiman warga di empat kecamatan tersebut, tahun ini paling parah. Selain karena berkurangnya area resapan air, jalur-jalur air menuju bantaran sungai pun tidak lancar. Bahkan, ada beberapa jalur putus akibat keberadaan bangunan perumahan yang baru dibangun.

"Kayak yang di blok 8 dan 10 Perumnas Antang. Ketika air sungai yang mengelilinginya meluap akibat volume hujan meningkat, pembuangan air tak ada. Apalagi daerah tersebut terbilang dangkal," jelas Lamrin.

Sama halnya, dengan yang terjadi di daerah Tamalanrea area paling belakang. Di sana dulu, kata Lamrin, merupakan area persawahan dan boleh dikatakan hutan kota juga (penyangga).

"Tapi semuanya sudah disulap menjadi perumahan. Sehingga area resapan air otomatis berkurang dan hasilnya yah wajar jika banjir menjadi langganan," kata Lamrin.

Meski demikian, ia juga mengakui banjir itu diduga karena adanya fenomena air laut pasang. Sehingga air pembuangan dari permukiman warga tak bisa mulus keluar hingga ke laut. Malah sebaliknya.

"Terlepas dari itu, perbaikan dranaise hingga ke hilir menuju laut itu perlu maksimal. Serta area resapan dan penghijauan perlu digalakkan kembali," Lamrin menandaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wilayah Terdampak

Senada dengannya, Herman (48), warga Kecamatan Tamalanrea, Makassar mengatakan banjir di Tamalanrea tahun ini cukup parah. Selain banyaknya area resapan yang telah disulap menjadi area perumahan, saluran dranaise yang berhubungan dengan sungai yang berada di belakang perumahan tak maksimal.

"Perumahan tambah banyak, tapi dranaisenya tak maksimal. Air tidak mengalir lancar hingga ke sungai yang ada di area belakang Kecamatan Tamalanrea ini," ucap Herman yang mengaku sudah 30 tahunan menetap di Tamalanrea tersebut.

Tahun-tahun sebelumnya, banjir yang terjadi di Kecamatan Tamalanrea paling tinggi sebatas pinggang orang dewasa. Namun tahun ini, bahkan ada yang mencapai setinggi pagar.

"Yang lebih parah lagi di Biringkanaya yang berbatasan dengan Tamalanrea. Sudah banyak warga jual rumahnya karena banjir selalu menerjang tiap tahunnya. Ada rumah bahkan tinggal atap yang kelihatan karena terendam banjir," jelas Herman.

Empat kecamatan yang terkena dampak banjir terparah masing-masing di Kecamatan Manggala yang meliputi Jalan Tamangapa Raya III, Kampung Bontoa, Kampung Romang Tangaya, Kampung Kajang Kelurahan Tamangapa, Blok 8 dan 10 Perumnas Antang, Kompleks Pemda, Kompleks IDI Kelurahan Manggala, serta Perumahan Swadaya Mas Kelurahan Batua.

Kemudian di Kecamatan Biringkanaya, banjir merendam beberapa pemukiman yang ada di Kelurahan Paccerakkang diantaranya BTN Mangga Tiga, Perumahan Kodam III, BTN Nusa Harapan, dan Perumahan Al Marhama Kompleks Depag (Daya) Jalan Perintis Kemerdekaan serta Kampung Katimbang di Kelurahan Katimbang.

Kecamatan Tamalanrea sendiri, banjir kembali merendam pemukiman warga yang berada di Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Blok M, G, H, AC, AD, AE, dan AF, BTN Nusa Harapan Permai (NHP) Kelurahan Tamalanrea Indah, Perumahan Bung Permai di Jalan Bung, BTN Antara dan BTN Hamsi Kelurahan Tamalanrea Jaya.

Dan terakhir di Kecamatan Panakukang, di mana banjir kembali merendam area yang dekat dengan bantaran sungai Tello, yakni Asrama Polisi Panaikang Jalan Bilawayya Tello, BTN Citra Tello Permai Kelurahan Tello Baru.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.