Sukses

Wow, Olahan Sabut Kelapa Napi Lapas Pohuwato Tembus Ekspor ke 4 Negara

Produksi olahan sabut kelapa di Lapas Pohuwato tidak hanya mendatangkan penghasilan bagi para napi, tetapi juga suasana yang lebih nyaman bagi seluruh penghuni Lapas.

Liputan6.com, Gorontalo - Jumat pagi, 1 Juni 2018, sekitar pukul 09.00 Wita, para narapidana Lapas Kelas III Pohuwato yang menjadi karyawan Lapas Industri sudah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.

Sejumlah narapidana laki-laki bekerja memproduksi olahan kelapa berwujud coco peat atau disebut pula coco fiber. Sebagian lainnya bercocok tanam atau sibuk mengurus peternakan.

Sementara, para napi perempuan membuat aneka makanan seperti kue kering yang nantinya akan dimasukkan ke sejumlah warung dan supermarket yang ada di Kabupaten Pohuwato.

"Jadi kita berikan bekal kemandirian kepada warga binaan agar setelah bebas nanti bisa mandiri," kata Kepala Lapas Kelas III Pohuwato, Rusdedy.

Coco peat dikenal berfungsi sebagai media tanam. Bahan baku sabut kelapa diperoleh dari sekitar mengingat kelapa di Gorontalo memang banyak ditemui.

Rusdaedy mengatakan produksi olahan kelapa itu menjanjikan dengan perputaran uang yang lebih cepat dibandingkan hanya menggarap pertanian atau peternakan. Bahkan, produk tersebut diminati konsumen luar negeri.

Saat ini, Lapas yang bekerja sama dengan pemerintah daerah, telah sepakat untuk memasok coco fiber ke empat negara, yakni Maroko, Jerman, Jepang, dan Spanyol. Para warga binaan lah yang menjadi tumpuan.

Rusdaedy menerangkan, warga binaan sudah bisa manfaatkan kesempatan untuk bekerja seperti mereka bekerja di luar. Jadi, selain mendapat keterampilan juga mendapatkan upah layaknya karyawan pabrik. Pola itu sudah berjalan sejak 2017.

"Program ini baik sekali, efeknya warga binaan di dalam Lapas cenderung lebih baik, aman dan tentram layaknya rumah mereka masing-masing. Di samping itu, mereka bisa membantu keluarganya karena mereka bekerja bisa digaji," ujarnya.

Dalam kurun waktu dua bulan ke depan, Lapas akan membangun pabrik pengolahan sabut kelapa itu. Gedung pabrik itu diharapkan bisa membantu melatih para narapidana menjadi seorang perajin secara optimal.

"Pembangunan gedung pabrik industri pengolahan sabut kelapa menjadi coco fiber dan coco peat, terintegrasi dengan gedung Lapas Pohuwato," kata Rusdedy.

Salah satu yang mendapat manfaat dari produksi coco fiber adalah Loka (36). Ia mengaku sangat bersyukur dengan adanya program Lapas Industri Pohuwato ini. Selain bisa mendapatkan penghasilan, ia juga mendapatkan keterampilan.

"Bagi saya, berada di balik jeruji besi bukanlah salah satu penghalang untuk kita bekerja, dan alhamdulillah, meskipun saya berada di dalam lapas ini, saya bisa menghidupi keluarga, istri, dan anak dengan upah dari lapas industri ini," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.