Sukses

Usai Pembacokan Ulama di Bandung, Giliran Kiai Garut yang Resah

Ahmad Satibi yang merupakan bendahara LDNU Garut ini mengatakan, penganiayaan terhadap santrinya itu disertai ancaman kepada dirinya.

Liputan6.com, Garut - Tak pernah terbayang dalam benak Uloh Abdulloh (21), santri ponpes Al Futuhat, di Kampung Pangauban, Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Jawa Barat. Niat hati menolong temannya sesama santri yang dikeroyok pemuda kampung, ia malah menjadi korban pengeroyokan oleh enam orang yang tak ia kenal pada Sabtu malam, 3 Februari 2018.

"Uloh dianiaya enam orang tak dikenal," ujar Pimpinan Pondok Pesantren KH Ahmad Satibi, saat dikonfrimasi, Liputan6.com, Minggu, 4 Februari 2018.

Ahmad Satibi yang merupakan bendahara LDNU Garut ini mengatakan, penganiayaan terhadap santrinya itu disertai ancaman kepada dirinya. Berdasarkan pengakuan Uloh, sebelum dikeroyok para pelaku sempat menanyakan keberadaan kiainya.

"Saat itu, santri saya sedang berencana pulang ke rumahnya. Ia tiba-tiba didatangi seorang pemuda yang mengabarkan jika ada temannya yang dianiaya," jelasnya.

Mendengar kabar itu, Uloh ingin menolong. Pelapor yang kebetulan membawa sepeda motor, menawarkan jasa untuk mengantar Uloh menuju lokasi yang menjadi tempat pengeroyokan rekannnya itu.

"Korban tidak curiga apa-apa, ikut saja," kata dia.

Namun di tengah perjalanan, di sekitar daerah Karang Tengah, Kecamatan Kadungora, tiba-tiba korban diberhentikan. Ia diminta menunggu sebentar dengan alasan mau menanyakan lokasi pengeroyokan kepada rekan pelapor.

"Dari sana mulai curiga," kata dia.

Tak lama kemudian datanglah enam orang dengan perawakan tinggi besar menemui Uloh. Enam orang itu menanyakan keberadaan KH Ahmad Satibi, pimpinan pondok pesantren tempat Uloh menimba ilmu.

"Manehnya (kamu) muridnya Ajengan Ahmad (dirinya) yang diiyakan korban," ujar Ahmad menirukan ucapan santrinya itu.

Setelah mengiyakan pertanyaan itu, Uloh langsung dikeroyok. Ia diberi bogem mentah, dan dipukul benda tumpul bertubi-tubi. Korban yang seorang diri, hanya bisa pasrah menerima perlakuan kasar para pelaku yang belum diketahui identitasnya itu.

"Awalnya masih bertahan, tapi namanya dikeroyok enam orang roboh juga," kata dia.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kiai Garut Merasa Terancam

Di tengah keroyokan itu, korban akhirnya berhasil meloloskan diri. Pakain korban juga robek yang diduga akibat sabetan benda tajam. Meskipun selamat, Uloh kini mengalami shock berat. 

Ahmed Satibi berharap, polisi segera dapat mengungkap motif kekerasan yang menimpa santrinya. Ia khawatir, para pelaku pada dasarnya sedangn mengincar dirinya.

"Mungkin saja awalnya mengincar saya," kata dia.

Dugaan itu menguat, sebab siang hari sebelum kejadian berlangsung, ada dua orang tak dikenal yang mengaku dari Bandung menanyakan keberadaan dirinya, kondisi pesantren dan santri.

"Kita akhirnya mulai curiga ada motif apa di balik ini," ujar dia.

Apalagi dalam sepekan terakhir, usai penganiayaan dua ulama di Bandung kata dia, ancaman pembunuhan dan penganiayaan secara masif banyak beredar di Kabupaten Garut yang ditujukan bagi pengasuh pondok pesantren, ketua DKM, hingga imam masjid.

"Ini adalah modus intimidasi, teror yang telah direncanakan oleh kelompok tertentu terhadap para ulama," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Dua Kiai Jadi Korban Penganiayaan Orang Gangguan Jiwa

Sebelumnya dalam sepekan terakhir, dua kasus pengeroyokan dan penganiayaan yang diduga dilakukan orang dengan gangguan jiwa menghebohkan masyarakat Jawa Barat.

Dua orang pimpinan jemaah umat Islam yakni KH Umar Basri, ulama Bandung Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah, Santiong, Cicalengka, serta Prawoto, Komandan Brigade Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis) di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung menjadi korban penganiayaan.

Beruntung nyawa kiai Umar masih terselamatkan meskipun dengan luka cukup parah di bagian kepala. Sementara perlakuan sadis yang diterima Prawoto, akhirnya mengakhiri hidup sang pimpinan Brigade Perdis itu pada Kamis, 1 Februari 2018.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.