Sukses

Polemik Patung Panglima Perang Tiongkok, Ini Tanggapan Kiai NU

Patung Panglima Perang Tiongkok di Tuban kini ditutup kain putih.

Liputan6.com, Tuban - Sejak ramai diperdebatkan di media sosial, patung panglima perang Kongco Kwan Sing Tee Koen di Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur, ditutup kain putih. Patung yang disebut-sebut sebagai panglima perang tertinggi itu, memicu perdebatan di kalangan masyarakat.

Hal itu menarik perhatian Rais 'Aam Syuriah PBNU, KH Makruf Amin untuk berkomentar. Ia meminta Pemerintah Kabupaten Tuban segera mencari solusi agar konflik dapat diredam.

"Untuk sesuatu hal yang sudah terjadi, pemerintah daerah harus segera mengambil langkan untuk meredam konflik sehingga tidak terjadi tindakan anarkis oleh masyarakat," kata dia, saat berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Cholil, Kabupaten Bangkalan, Rabu, 9 Agustus 2017.

Menurut Makruf, masyarakat harus mengambil pelajaran dari kejadian ini. Jika hendak membuat sesuatu, kata dia, sebaiknya dipikirkan kemungkinan akan menimbulkan protes atau tidak.

"Jika berpotensi jadi polemik, sebaiknya tidak usah dilaksanakan," kata dia.

Makruf melanjutkan, pemerintah daerah harus lebih peka membaca situasi. Bila ada pengajuan izin membangun sesuatu dari warga, pemerintah daerah mestinya mengkaji lebih dalu apakah berpotensi konflik atau tidak. "Kalau berpotensi konflik, jangan diberi izin," ungkap dia.

Sebelumnya, Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo. Mereka mengadu agar Patung Kwan Sing Tee Koen alias Panglima Kwan Kong tidak dirobohkan.

"Mendirikan patung adalah bentuk ekspresi keagamaan. Patung tersebut merupakan salah satu representatif dewa dari aliran Tri Dharma yang merupakan bagian dari Agama Buddha dan Agama Buddha pun statusnya saat ini diakui dan dilindungi di Indonesia," jelasnya dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com.

Lokasi berdirinya patung tersebut juga berada pada area kelenteng atau vihara, bukan di tempat umum sehingga keberadaannya tidak mengganggu ketertiban umum, bahkan patung dewa tersebut dapat menjadi daya tarik wisata lokal Kota Tuban bagi para wisatawan.

Oleh karena itu, mereka khawatir jika Patung Dewa Kwan Sing Tee Koen berhasil dirobohkan, bukan tidak mungkin akan muncul aksi-aksi intoleran serupa yang dapat mengancam simbol-simbol agama lainnya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Patung Dewa di Bali dan unsur-unsur budaya dan simbol agama lainnya di Indonesia.

"Pak Presiden dan para Menteri, kami sebagai Mahasiswa Buddhis tentunya ingin menjaga NKRI ini tetap utuh di bawah semangat Pancasila," tulisnya yang juga diunggah di situs petisi change.org.

 





 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.