Sukses

Impikan Museum, Pemburu Fosil Gajah Purba di Brebes Bentuk Tim

Sang pemburu fosil gajah purba meminta Pemda turut berperan mewujudkan impian membangun museum purbakala.

Liputan6.com, Brebes - Rizal Rafli (54) dan Karsono (45), pemburu fosil dan tulang belulang, terus berupaya mewujudkan impian mereka membangun museum situs purbakala di selatan Brebes, Jawa Tengah.

Keduanya bahkan telah membentuk tim Situs Purbakala Buton (Bumiayu-Tonjong) yang berjumlah delapan orang.

Rizal berharap, pemerintah daerah turut berperan mewujudkan impian membangun museum purbakala di Brebes. Apalagi, ia menganggap selama ini, peran pemerintah masih sangat kurang dan minim.

"Dalam tiga tahun terakhir ini orang Pemkab (Brebes) datang ke sini cuma sekali saja. Itu cuma melihat situasi museum saja," Rizal mengungkapkan saat ditemui Liputan6.com, beberapa hari lalu.

Sementara itu, Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Brebes Widjanarto mengatakan, pihaknya sudah berkunjung ke rumah Rizal di Bumiayu.

"Kami sudah berkunjung ke sana (Bumiayu) untuk melihat langsung penemuan ribuan fosil dan tulang belulang purbakala," tutur Widjonarto.

Menurut dia, potensi situs purbakala di Bumiayu dan Tonjong memang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Ia juga mengklaim telah berkoordinasi dengan tim Situs Purbakala Buton dengan Balai Arkeologi Yogyakarta untuk pengembangan lebih lanjut.

"Dan juga beberapa bulan lalu tim Balar sudah menginventarisasi fosil-fosil di sana untuk dilakukan penelitian," dia menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Butuh Penyimpanan Layak

Penemuan ribuan fosil hewan purba di Brebes, juga mendapat perhatian ahli fosil dari Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta Sofwan Nurwidi. Ia mengatakan, pemerintah berperan dengan mendirikan sebuah museum situs purbakala.  

Pembangunan museum, lanjut dia, sangatlah tepat apalagi penemuan situs purbakala di Brebes sudah memenuhi syarat dan unsur kepurbakalaan. Namun, ia menyadari membutuhkan proses yang cukup panjang untuk merealisasikannya.  

"Sudah seharusnya pemerintah ikut berperan menjaga situs purbakala di Brebes ini dengan membuatkannya sebuah museum. Karena, situs purbakala yang ditemukan sudah memenuhi syarat," ujar dia kepada Liputan6.com, pekan lalu.

Sebelum membuat sebuah museum, menurut Sofwan, memang harus digelar penelitian yang lebih mendalam lagi. Terlebih, diperkirakan masih banyak benda purbakala yang belum ditemukan.

"Membangun museum itu butuh riset, penelitian dan pengembangan lebih lanjut dulu. Karena membuat museum itu sama saja mendirikan sebuah institusi, sehingga harus memerlukan persiapan yang matang," ujar dia.

Sementara, kondisi ribuan fosil yang sudah terkumpul saat ini membutuhkan tempat yang layak sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah. Apalagi, sejumlah warga yang menyimpan benda-benda bersejarah itu mengaku terkendala tempat lantaran semakin banyak yang ditemukan.

Menurut Sofwan, kondisi tersebut tak sebanding dengan tempatnya yang luasnya terbatas. Yakni, hanya menggunakan ruang kosong di dalam rumah dan di garasi.

Keamanan Fosil Tak Terjamin

Jika disimpan di dalam rumah ataupun garasi, imbuh dia, faktor keamanan pun menjadi tidak memenuhi syarat. "Siapa yang akan bertanggung jawab jika benda bersejarah tinggi itu hilang ataupun dicuri oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab."

"Kalau disimpan di garasi saja ya sudah pasti keamanan dan kondisinya tidak memenuhi syarat. Harusnya pemerintah setempat berperan karena yang memiliki kawasan itu," Sofwan menambahkan.

Ia menyatakan pula, benda bersejarah apalagi dari zaman purbakala sekitar jutaan tahun lampau itu dilindungi oleh negara. Dengan demikian, tidaklah benar jika pemerintah hanya berdiam diri menunggu perintah.

"Warga di sana sudah menyimpannya sesuai kemampuannya. Mereka memiliki niatan yang baik mencari benda purbakala yang diduga masih tersimpan dengan biaya sendiri. Sekarang ini persoalan penyimpanan saja, karena benda ini dilindungi oleh negara," ahli fosil dan purbakala asal Yogyakarta itu memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.